Tantangan Politik Luar Negeri 2022
Kita akan segera mengakhiri tahun 2021 dan memasuki tahun baru 2022. Terdapat pelbagai capaian politik luar negeri Indonesia di 2021 dan beragam tantangannya di 2022.
Kita akan segera mengakhiri tahun 2021 dan memasuki tahun baru 2022.
Terdapat pelbagai capaian politik luar negeri Indonesia di 2021 dan beragam tantangannya di 2022. Dari sisi capaian di 2021, pertama, Indonesia membangun kemandirian dan ketahanan kesehatan nasionalnya.
Dalam hal ini, Indonesia berupaya menjaga pasokan vaksin Covid-19 untuk rakyatnya dari pelbagai sumber, mulai dari kolaborasi internasional (contohnya: Covid-19 Vaccines Global Access/Covax) hingga secara bilateral dari negara-negara mitra. Dengan populasi Indonesia 270 juta jiwa lebih, kebutuhan vaksin Covid-19 (setiap orang dua dosis) sangat besar.
Menurut data Our World in Data yang dikeluarkan Universitas Oxford, jumlah rakyat Indonesia yang telah divaksin sampai 6 Desember 2021 mencapai 141,94 juta orang (51,63 persen). Perinciannya, dua dosis 35,9 persen dan satu dosis 15,73 persen.
Kedua, Indonesia berhasil memperkuat sistem perlindungan bagi rakyatnya di luar negeri. Indonesia terus melindungi para anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia yang bekerja dan beraktivitas di luar wilayah Indonesia, termasuk lewat optimalisasi platform peduli WNI untuk melindungi WNI yang sedang berada, tinggal, dan bekerja di Indonesia saat pandemi Covid-19.
Ketiga, Indonesia berupaya memulihkan ekonomi dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Indonesia menjajaki dan menjalin kerja sama untuk perluasan pasar dan memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangannya dengan negara-negara mitra, seperti pemanfaatan pelaksanaan Kesepakatan Kemitraan Komprehensif Indonesia-Australia dan penjajakan pembentukan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Eurasian Economic Union. Lebih lanjut, Indonesia menjadi troika G-20 saat Italia memegang presidensi G-20 dengan tujuan mempersiapkan presidensi Indonesia di G-20 pada tahun 2022.
Keempat, Indonesia menjaga kedaulatan wilayahnya. Pelbagai perundingan perbatasan darat dan laut antara Indonesia dan negara-negara tetangganya dilakukan dan dilanjutkan, seperti Vietnam, Palau, Malaysia, Timor Leste, dan Filipina. Untuk wilayah maritim, Indonesia memegang hukum internasional sebagai acuannya, termasuk UNCLOS 1982.
Indonesia mendorong ASEAN berperan aktif dan konstruktif dalam rangka merespons krisis Myanmar yang terjadi di Februari 2021.
Kelima, Indonesia aktif ikut serta dan berkontribusi penting terhadap beragam isu regional dan dunia. Indonesia mendorong ASEAN berperan aktif dan konstruktif dalam rangka merespons krisis Myanmar yang terjadi di Februari 2021. Indonesia mendukung kepemimpinan Brunei Darussalam di ASEAN pada 2021, khususnya mendorong posisi kolektif ASEAN terkait krisis Myanmar.
Pada 24 April 2021, ASEAN dan Myanmar menyepakati lima konsensus terkait krisis Myanmar di ASEAN Leader Meeting, 24 April 2021. Indonesia juga melanjutkan kerja sama dengan wilayah Pasifik dengan kegiatan Pacific Exposition dan juga kerja sama pembangunan Indonesia-Afrika.
Tantangan 2022
Pertama, Indonesia perlu menjaga pasokan vaksin Covid-19 bagi rakyatnya. Tujuannya, pembentukan kekebalan komunitas, melindungi rakyat dari varian baru (Omicron dari Afrika), dan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia.
Realitasnya, ketimpangan atas pasokan vaksin terjadi di sejumlah negara di Afrika, Asia, dan juga seluruh dunia. Target WHO untuk vaksinasi Covid-19 adalah semua negara sudah memvaksinasi 10 persen populasinya pada September 2021. Ironinya, ada lebih dari 50 negara di dunia belum dapat mencapai target tersebut.
Menariknya, WHO meningkatkan target vaksinasi jadi 40 persen di akhir 2021 dan 70 persen di 2022. Pada 6 Desember 2021, total dosis vaksin di seluruh dunia 8.205.952.968 dosis (BBC, 2021).
Saat ini, beragam faktor memengaruhi pasokan vaksin Covid-19 ke seluruh negara, yaitu peningkatan nasionalisme vaksin di negara-negara produsen vaksin, pembatasan ekspor vaksin Covid-19, belum tercapainya pelonggaran atas kesepakatan hak kekayaan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights/TRIPs) di WTO, kapasitas dan tantangan produksi vaksin, lambatnya proses birokrasi dan regulasi, dan adanya varian-varian baru, yang membuat negara-negara menutup perbatasannya.
Isu keamanan
Kedua, peningkatan rivalitas negara-negara besar di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik. Hal ini relevan karena Indonesia secara geografis berada di tengah persaingan kekuatan besar tersebut. Negara-negara besar yang terlibat dan mulai hadir di kawasan Asia Tenggara berupaya meningkatkan perluasan pengaruhnya (spheres of influence) ke negara-negara Asia Tenggara.
Konsekuensinya, Indonesia menghadapi isu geopolitik dan geoekonomi terkini di Asia Tenggara yang dihiasi dengan pembentukan beragam aliansi politik, ekonomi, dan pertahanan serta peningkatan proyeksi kekuatan dan potensi perlombaan senjata antara pelbagai kekuatan besar di Asia Tenggara. Tantangannya, politik luar negeri bebas aktif dari Indonesia menjadi penting dalam rangka menjawab perkembangan tersebut.
Adanya krisis Myanmar dan isu Laut China Selatan (LCS) menjadi tantangan nyata bagi Indonesia dan ASEAN di kawasan Asia Tenggara.
Ketiga, Indonesia ikut serta secara aktif dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Asia Tenggara. Adanya krisis Myanmar dan isu Laut China Selatan (LCS) menjadi tantangan nyata bagi Indonesia dan ASEAN di kawasan Asia Tenggara. Contohnya, rangkulan konstruktif dari Indonesia dan ASEAN terhadap Myanmar untuk mendorong pelaksanaan konkret atas lima konsensus terkait krisis Myanmar sedang diuji di lapangan.
Lalu, adanya eskalasi ketegangan antara negara-negara pengklaim dan persaingan negara besar di LCS memengaruhi perdamaian dan stabilitas keamanan di Asia Tenggara.
Keempat, optimalisasi peran dan posisi presidensi Indonesia tahun 2022 di G-20. Harapannya, Indonesia dapat secara maksimal memperjuangkan pelbagai kepentingan nasionalnya dan menjadi penengah yang efektif antara negara berkembang dan maju yang ada di dalam G-20 dan negara-negara berkembang di luar G-20.
Tema yang diusung Indonesia adalah ”Recover Together, Recover Stronger” (pulih dan lebih kuat bersama) dengan isu penguatan arsitektur kesehatan dunia, transisi pembangunan berkelanjutan, dan transformasi digital (G-20 Indonesia, 2021).
Ke depan, Indonesia diharapkan dapat mendorong kerja sama negara-negara G-20 dengan pelbagai inisiatif dan kemitraan yang konkret dalam rangka mendukung penanganan pandemi Covid-19 di seluruh dunia dan pemulihan ekonomi global.
Beginda Pakpahan, Analis Politik dan Ekonomi Global UI; Mendapatkan Gelar PhD dari University of Edinburgh, Inggris