Kue pengembangan kendaraan listrik jangan sekadar dinikmati badan usaha milik negara dan perusahaan multinasional raksasa. Siapa pun seharusnya dapat ikut berperan aktif membangun saat populasi kendaraan listrik tumbuh.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Cadangan nikel terbesar di dunia ada di Indonesia. Ketika baterai merupakan penyumbang komponen terbesar kendaraan listrik, Indonesia harus dapat unjuk gigi.
Total deposit nikel di Amerika Serikat (AS) dan China, yang kini unggul dalam teknologi kendaraan listrik, jika digabungkan tak sampai 15 persen dari potensi Indonesia. Deposit nikel AS bahkan tak sampai 1 persen dari deposit nikel Indonesia.
Oleh karena minimnya deposit nikel di AS, sempat ada rumor bahwa Elon Musk, sang pendiri Tesla, mengincar nikel dari Indonesia. Tesla memang membutuhkan banyak nikel untuk membuat baterai. Saham Aneka Tambang pun sempat digoreng. Namun, Musk ternyata lebih menginginkan nikel dari Kaledonia Baru dan Australia.
Keengganan Musk terhadap nikel Indonesia jelas tidak perlu diratapi. Ada banyak peminat dari negara lain. Bahkan, idealnya Indonesia tak mengekspor nikel dalam wujud bahan mentah.
Ketika nikel ibaratnya tetap ada dalam genggaman kita, Indonesia punya potensi besar untuk membangun ekosistem kendaraan listrik. Tidak sekadar membuat baterai, tetapi juga komponen, karoseri, stasiun pengisian, hingga kelak mesin kendaraan listrik.
Kegairahan untuk menaklukkan dunia dengan penguasaan atas nikel idealnya segera dimulai dari kampus. Ilmuwan dan sarjana teknik yang dilahirkan dari berbagai kampus serta riset yang dilakukan dapat mulai diprioritaskan terkait pengembangan kendaraan listrik.
Beberapa tahun ke depan, perusahaan rintisan baru terkait kendaraan listrik harus pula dilahirkan. Tidak hanya satu, dua, tetapi belasan, bahkan puluhan, perusahaan yang ambil peranan membangun ekosistem kendaraan listrik.
Tidak hanya satu, dua, tetapi belasan, bahkan puluhan, perusahaan yang ambil peranan membangun ekosistem kendaraan listrik.
Di Inggris, ambil contoh, ada POD Point Ltd, perusahaan rintisan yang melayani pengisian kendaraan listrik. Di seluruh Inggris kini tersedia sekitar 5.200 unit stasiun pengisian dalam jaringan POD Point itu.
Perusahaan rintisan semacam itu harus didorong untuk lahir. Fasilitas pengisian kendaraan listrik umum, misalnya, jangan hanya dibangun oleh PLN. Kue pengembangan kendaraan listrik jangan sekadar dinikmati badan usaha milik negara dan perusahaan multinasional raksasa. Siapa pun seharusnya dapat ikut berperan aktif membangun ataupun menikmati saat populasi kendaraan listrik terus bertumbuh.
Sudah saatnya pula untuk menumbuhkan merek kendaraan listrik lokal. China telah memberikan contoh dengan menghadirkan kendaraan listrik NIO yang sering disebut sebagai ”pembunuh Tesla”. Inovasi yang ditawarkan NIO memang tak kalah dari Tesla. Jarak jelajah NIO ETZ bahkan mencapai 1.000 kilometer.
Persoalannya, kita tahu, tak mudah berinovasi di negeri ini. Terkadang lebih mudah menjadi pedagang daripada produsen. Kita sungguh berharap pemerintah dapat menciptakan iklim usaha yang nyaman untuk itu.