Perkembangan metaverse beri peluang penampil seperti Bieber untuk konser di dunia baru. Investor memperhatikan konser itu. Mereka mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan ledakan bisnis tanah digital yang akan muncul.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Metaverse alias dunia berbasis teknologi virtual melesat begitu kencang. Hanya beberapa bulan teknologi ini ramai di publik, konsep metaverse ini menghasilkan berbagai bisnis baru dan juga lahan atau lapak virtual, semacam lahan milik perusahaan properti. Dunia baru itu langsung diburu oleh investor yang berusaha mencari bentuk investasi baru.
Begini ceritanya, seperti ditulis kolumnis Debra Kamin di laman The New York Times, penyanyi Justin Bieber tampil di konser langsung bulan ini, tetapi pertunjukannya tidak di stadion atau arena. Seperti penampilan terbaru Ariana Grande, the Weeknd, dan Travis Scott, konser ini diadakan di metaverse, dunia daring yang membentangkan sudut-sudut internet menjadi pengalaman empat dimensi yang imersif.
Fans dari seluruh penjuru dunia menyaksikan avatar Bieber. Ia menyanyikan lagu-lagu dari album hitnya Justice. Di sela-sela penonton juga terdapat orang-orang yang mencari peluang bisnis.
Investor memperhatikan konser tersebut. Mereka mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan ledakan bisnis tanah digital yang muncul hanya beberapa bulan lagi. Suatu saat mereka akan mengambil tempat konser, membangun pusat perbelanjaan, dan membuat properti lainnya di dunia metaverse ini. Mereka akan mengembangkan ruang-ruang baru sejalan dengan kenyamanan para pengguna di metaverse.
Tidak ada yang aneh. Sejak kemunculan metaverse, maka sebenarnya muncul dunia baru. Seperti zaman penjelajahan abad ke-15 dan seterusnya, dunia baru ini menantang orang untuk memasukinya. Mereka tentu berusaha mencari lahan, membangun properti, berbisnis di dalamnya, dan seterusnya. Di dalam metaverse kita akan menemukan makin banyak lahan untuk membuka bisnis baru. Dunia baru yang menantang.
Akan tetapi yang perlu diingat teknologi baru dan juga peluang bisnisnya masih bersifat spekulatif. Debra sendiri mengingatkan, investasi real estat di metaverse masih sangat spekulatif dan tidak ada yang tahu pasti apakah ledakan ini adalah hal besar berikutnya atau gelembung besar berikutnya.
Naluri bisnis tentu muncul di kalangan pemilik modal, tetapi risiko bisnis juga tidak kalah kecil. Bisa saja dunia baru ini merupakan lahan bisnis baru, tetapi bisa juga pepesan kosong yang telanjur direbut banyak orang.
Para ahli teknologi percaya bahwa metaverse akan tumbuh menjadi ekonomi yang berfungsi penuh dalam beberapa tahun mendatang. Dunia lain ini juga menawarkan pengalaman digital sinkron yang akan diintegrasikan ke dalam kehidupan kita seperti halnya surat elektronik dan jejaring sosial saat ini.
Jaringan ini akan menghubungkan kita di dalam metarverse. Mereka yang memiliki surat elektronik Google Mail bisa berhubungan di dunia yang sama melalui avatar kita setelah Google membangun dunia mereka yang dilengkapi dengan teknologi realitas virtual dan realitas tertambahkan.
Mereka yang mengembangkan metaverse sesungguhnya membuka dunia dan lahan baru sehingga orang akan mencari lahan itu apabila ternyata di dunia itu ditemukan potensi bisnis besar. Kembali pada model bisnis di industri digital secara umum, pengembang metaverse harus pintar-pintar mengajak orang untuk masuk ke dunia mereka. Justin Bieber dengan konsernya sangat mungkin menjadi bagian dari para pengembang teknologi agar khalayak masuk ke dalam platform mereka.
Fenomena ini sejalan dengan sejumlah perusahaan-perusahaan besar membayar jutaan dollar AS untuk mengambil real estat virtual bergaya Sim City dan langkah ini bisa menandai dimulainya pasar properti hibrida yang aneh. Laman Indy100 menyebutkan, Tokens.com, sebuah perusahaan teknologi rantai blok, baru-baru ini membeli 50 persen saham di Metaverse Group, salah satu perusahaan real estat virtual pertama di dunia.
Metaverse Group berbasis di Kanada, tetapi memiliki kantor pusat virtual di dunia bernama Decentraland di Crypto Valley. Decentraland ini adalah dunia virtual yang menampilkan kawasan untuk perjudian, belanja, mode, dan seni. Properti virtual tampaknya akan menjadi bisnis yang besar sehingga banyak perusahaan berlomba masuk ke dunia ini. Sekali lagi semua ini masih spekulatif, tetapi banyak orang yang berminat untuk masuk ke bisnis ini.
Apa maksud Tokens.com membeli saham Metaverse Group? Tokens.com telah melangkah lebih jauh. Mereka juga membeli sebidang ”tanah virtual” senilai 2,5 juta dollar AS di metaverse, yang direncanakan akan dikembangkan menjadi distrik perbelanjaan bergaya Rodeo Drive.
”Daripada mencoba menciptakan alam semesta virtual seperti Facebook, saya berkata, mengapa kita tidak masuk dan membeli sebidang tanah di metaverse ini dan kemudian kita bisa menjadi tuan tanah?” kata Andrew Kiguel, salah satu pendiri dan kepala eksekutif Tokens.com.
Salah satu pembahasan tentang fenomena baru ini, suatu saat kemungkinan orang akan lebih lama di metaverse dibandingkan di dunia riil. Orang melalui avatar akan lebih sibuk di dunia lain ini. Mereka bisa mengerjakan berbagai hal. Produk-produk digital yang selama ini masih dirasa aneh seperti karya seni yang ditokenkan (NFT), mata uang kripto, ibadah virtual, dan lain-lain akan mendapatkan dunianya.
”Saya menemukan Decentraland beberapa bulan yang lalu dan masih tidak yakin apa yang membuatnya bertahan lama sebagai ekosistem virtual di mana orang akan menghabiskan lebih banyak waktu daripada berinteraksi dengan dunia ’nyata’. Uang dan bisnis yang terlibat di dalamnya menunjukkan dunia baru itu memang ada!” komentar salah satu pemilik akun Linkedin ketika ada orang menawarkan lahan virtual dengan harga 500.000 dollar AS.