Nyeri Dada Pasca-Covid dan Sindrom ”Long Covid”
Nyeri dada pasca-Covid-19 harus diwaspadai, bisa jadi itu sindrom long covid. Ini bisa terjadi baik pada orang dewasa maupun anak-anak, baik yang waktu terinfeksi Covid-19 bergejala ringan maupun tanpa gejala.

Supriyanto
Jika Anda telah pulih dari Covid-19, tetapi masih mengalami beberapa gejala, Anda mungkin mengalami apa yang disebut dengan kondisi pasca-Covid-19. Kondisi Ini disebut juga sebagai long covid syndrome atau sindrom pasca-Covid.
Penyakit yang disebabkan virus korona SARS-CoV-2 ini dapat merusak otot jantung dan memengaruhi fungsi jantung. Sel-sel di jantung memiliki reseptor angiotensin converting enzyme-2 (ACE-2) tempat virus korona menempel sebelum memasuki sel. Kerusakan jantung dapat disebabkan oleh tingginya tingkat peradangan yang beredar di dalam tubuh. Saat sistem kekebalan tubuh melawan virus, proses peradangan dapat merusak beberapa jaringan sehat, termasuk otot jantung.
Infeksi virus korona juga dapat memengaruhi permukaan bagian dalam vena dan arteri, yang dapat menyebabkan peradangan pembuluh darah, kerusakan pada pembuluh darah, dan mengakibatkan pembekuan darah. Semua itu dapat mengganggu aliran darah ke jantung atau bagian tubuh lainnya.
Baca Juga: 55 Komplikasi Covid-19 yang Berkepanjangan
Sindrom ”long covid”
Sindrom long covid merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala yang berlangsung selama lebih dari empat minggu setelah infeksi akut Covid -19. Sindrom long covid ini dapat muncul secara berbeda-beda pada setiap pasien dan dapat memengaruhi banyak sistem organ, bahkan pada mereka yang bergejala ringan atau pun tanpa gejala.
Sindrom long covid menurut National Institute for Health and Care Excellence (NICE) adalah gejala lebih dari 12 minggu setelah infeksi Covid -19 akut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sindrom long covid sebagai kondisi pasca-Covid-19 yang terjadi pada individu dengan riwayat kemungkinan atau terkonfirmasi Covid-19, biasanya tiga bulan sejak awal infeksi Covid-19 dengan gejala dan berlangsung setidaknya selama dua bulan serta tidak dapat dijelaskan dengan diagnosis lainnya.
Sindrom long covid ini dapat muncul secara berbeda-beda pada setiap pasien dan dapat memengaruhi banyak sistem organ, bahkan pada mereka yang bergejala ringan atau pun tanpa gejala.
Menurut penelitian pada pasien yang melaporkan gejala sindrom long covid di aplikasi penelitian gejala Covid-19, terdapat dua kelompok gejala utama. Kelompok pertama mengalami gejala gangguan pernapasan, kelelahan, dan sakit kepala. Sementara kelompok kedua mengalami gejala yang memengaruhi banyak bagian tubuh, termasuk jantung, otak, dan usus.
Pada penelitian terhadap 4.182 orang, gejala jantung yang sering dilaporkan adalah berdebar-debar, selain itu bisa terdapat keluhan kesemutan, mati rasa, dan brain fog. Sebenarnya ada lebih dari 200 gejala yang telah dilaporkan. Gejala lain yang mungkin dialami pasien termasuk seperti nyeri dada, kesulitan berbicara, kecemasan atau depresi, nyeri otot, demam, kehilangan penciuman, dan kehilangan rasa.
Menurut perkiraan Office for National Statistics (ONS), 970.000 orang di Inggris melaporkan gejala sindrom long covid dalam empat minggu hingga 1 Agustus 2021. Empat dari 10 orang tersebut mengalami gejala Covid-19 yang berkepanjangan lebih dari setahun setelah dugaan infeksi pertama mereka. Dua pertiga mengatakan gejala mereka membatasi aktivitas sehari-hari mereka.
Sebuah penelitian pada Juni lalu oleh Imperial College, London, menyatakan bahwa setengah juta orang dewasa di Inggris yang menderita Covid-19 ternyata lebih dari sepertiganya masih memiliki setidaknya satu gejala setelah 12 minggu kemudian.
Sebuah penelitian terhadap lebih dari 270.000 pemderita Covid-19 di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari sepertiga (37 persen) memiliki setidaknya satu gejala sindrom long covid dalam 3-6 bulan setelah didiagnosis Covid-19. Penelitian pada September 2021 menemukan, gejala sindrom long covid paling sering terjadi pada mereka yang dirawat di rumah sakit, dan sedikit lebih sering terjadi pada perempuan.
Penelitian University of Leicester terhadap lebih dari 1.000 orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 menemukan bahwa mayoritas pasien (7 dari 10) belum sepenuhnya pulih dalam lima bulan setelah mereka diperbolehkan pulang.

Siapa yang berisiko?
Hasil analisis data dari aplikasi Covid Symptom Study menemukan bahwa orang dengan usia lebih tua, perempuan, dan yang memiliki lebih dari lima gejala pada minggu pertama infeksi Covid-19 memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk mengalami sindrom long covid.
Sindrom long covid memengaruhi sekitar 10 persen orang yang berusia 18-49 tahun yang terkena infeksi Covid-19. Risiko ini akan meningkat menjadi 22 persen pada orang yang berusia lebih dari 70 tahun. Para peneliti juga menemukan orang dengan riwayat asma juga lebih berisiko mengalami long covid.
Penelitian yang dilakukan Imperial College, London pada setengah juta orang dewasa yang menderita Covid-19 antara September 2020 hingga Februari 2021 menunjukkan bahwa risiko sindrom long covid cenderung meningkat seiring bertambahnya usia (terdapat peningkatan 3,5 persen dengan setiap peningkatan dekade kehidupan) dan cenderung berisiko lebih tinggi pada perempuan.
Baca Juga: Covid-19 Memicu Pembekuan Darah
Sindrom long covid juga berisiko lebih tinggi pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas, pasien yang merokok, tinggal di daerah kumuh, atau memiliki penyakit Covid-19 yang parah dan perlu dirawat di rumah sakit.
Bagaimana dengan anak-anak? Survei Infeksi Corona yang dilakukan Office for National Statistics (ONS) menunjukkan sekitar 13 persen anak-anak berusia 2-11 tahun dan 14,5 persen anak-anak berusia 12-16 tahun melaporkan gejala yang meliputi kelelahan, batuk, sakit kepala, nyeri otot atau kehilangan rasa atau bau lima minggu setelah infeksi Covid-19. Data tersebut berdasarkan survei terhadap 2.326 murid sekolah di Inggris pada 2-26 Juli 2021.

Gejala
Sindrom long covid tidak menular. Gejala sindrom long covid disebabkan oleh respons tubuh Anda terhadap virus yang berlanjut di luar infeksi awal.
Bagi sebagian orang, sindrom long covid ini dapat terlihat membaik untuk sementara waktu dan kemudian memburuk lagi. Sindrom long covid ini tidak hanya terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit, atau pada yang merasa sangat tidak sehat saat pertama kali tertular virus korona.
Gejala long covid dapat meliputi kelelahan, sesak napas, sulit tidur, kecemasan dan depresi, berdebar-debar, nyeri dada, nyeri sendi atau otot, tidak bisa berpikir jernih atau fokus (brain fog), perubahan pada indra penciuman atau perasa, batuk terus-menerus.
Gejala nyeri dada dapat ditemukan pada hingga 22 persen pasien dua bulan setelah infeksi Covid-19 akut. Pada sebuah penelitian oleh Huang dkk, nyeri dada dapat terjadi pada 5 persen pasien Covid-19 hingga enam bulan setelah keluar dari rumah sakit.
Pada penelitian terhadap 100 pasien, 17 persen pasien mengalami nyeri dada atipikal dan 20 persen pasien mengalami palpitasi 2-3 bulan setelah infeksi Covid-19 akut, dimana pada tes pencitraan didapatkan adanya keterlibatan jantung pada 78 persen pasien dan tanda-tanda peradangan otot jantung pada 60 persen pasien.
Nyeri dada dapat menjadi gejala sindrom long covid, dan merupakan hal yang penting untuk menyingkirkan penyebab alternatif, terutama jika nyeri dada merupakan satu-satunya gejala yang muncul.
Nyeri dada dapat menjadi gejala sindrom long covid, dan merupakan hal yang penting untuk menyingkirkan penyebab alternatif, terutama jika nyeri dada merupakan satu-satunya gejala yang muncul. Penilaian klinis yang harus dilakukan sama dengan pasien yang mengeluh nyeri dada lainnya, yaitu meliputi sifat dan waktu nyeri, gejala lain yang menyertai, riwayat penyakit dahulu dan faktor risiko, diikuti dengan pemeriksaan lanjutan sesuai indikasi.
Sebuah peneltian di Jerman, MRI jantung pada 100 orang yang sembuh dari Covid-19 menunjukkan gambaran MRI abnormal pada 78 pasien. Dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki Covid-19, pasien ini menunjukkan bukti adanya jaringan parut dan peradangan pada otot jantung dan jaringan sekitarnya (perikardium). Namun, penelitian ini dibatasi oleh kurangnya kelompok pembanding yang tepat, dan penelitian selanjutnya menemukan insiden miokarditis yang jauh lebih rendah pada mereka yang memiliki infeksi Covid-19 sebelumnya.
Gagal jantung setelah Covid-19 jarang terjadi. Tetapi jika Anda mengalami sesak napas atau kaki bengkak setelah Covid-19, Anda harus menghubungi dokter yang dapat merekomendasikan evaluasi oleh kardiologis jika tes menunjukkan Anda berisiko. Tanda gagal jantung adalah sesak napas, tetapi gejala ini memiliki banyak penyebab potensial lainnya, termasuk pneumonia terkait Covid-19 dan penyebab nonkardiak lainnya. Gejala gagal jantung dapat meliputi sesak napas terutama saat beraktivitas, kelelahan, sesak napas saat berbaring, kaki bengkak.
Baca Juga: Gejala Sisa yang Tak kunjung Reda
Durasi sindrom long covid belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan penjelasan yang ada, kondisi long covid dapat berlangsung tiga bulan, beberapa ada yang menggambarkan hingga enam bulan dan berpotensi hingga sembilan bulan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti Leicester menunjukkan bahwa pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dapat menderita sindrom long covid selama lebih dari 5 bulan, dan ada laporan tentang sindrom long covid yang berlangsung lebih dari 12 bulan (termasuk pasien yang pada awalnya tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan mereka yang dirawat di rumah sakit.
Karena itu, segera hubungi dokter jika Anda mengalami nyeri dada yang tiba-tiba atau parah dan tidak hilang; nyeri dada tiba-tiba yang disertai muntah, mual, berkeringat, atau sesak napas; nyeri dada tiba-tiba yang disertai dengan hilangnya kesadaran. Jika Anda mengalami nyeri dada yang datang dan pergi, Anda tetap harus membicarakannya dengan dokter karena nyeri dada tidak boleh diabaikan.

Sejumlah pasien Covid-19 menjalani perawatan di selasar ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dok II Jayapura, Selasa (20/7/2021).
Penatalaksanaan
Jika ada tanda-tanda klinis perikarditis atau miokarditis, pasien harus segera dirujuk ke tim medis untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pasien akan membutuhkan pemeriksaan EKG, troponin, dan ekokardiogram untuk penatalaksanaan selanjutnya. Pasien yang dicurigai terjadi emboli paru harus dirujuk ke perawatan tim medis yang sesuai dan dilakukan penatalaksanaan yang sama dengan emboli paru yang tidak terkait dengan Covid-19.
Nyeri dada muskuloskeletal dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan pemberian obat analgesia. Nyeri dada sebagai satu-satunya keluhan dapat terjadi sekunder dari penyakit jantung tertentu sehingga merujuk langsung ke kardiologi dapat menjadi pilihan yang lebih tepat.
Jika nyeri dada memengaruhi kualitas hidup meskipun telah diberikan analgesia yang memadai, atau pasien masih tetap memiliki beberapa gejala yang berkelanjutan, pasien dapat dirujuk ke klinik long covid untuk penilaian tim multidisiplin yang lebih holistik, yaitu meliputi penilaian medis oleh dokter, fisioterapis, terapis okupasi, dan psikolog klinis. Tergantung pada gejalanya, pasien dapat dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut, termasuk CT scan dan ekokardiogram, atau dirujuk ke kardiologi untuk pemeriksaan lebih rinci.
Tergantung pada gejalanya, pasien dapat dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut, termasuk CT scan dan ekokardiogram, atau dirujuk ke kardiologi untuk pemeriksaan lebih rinci.
Ada beberapa tips untuk mengelola gejala Anda. Pertama, kelola kelelahan dan sesak napas. Rencanakan apa yang akan Anda lakukan dan jangan terlalu memaksakan diri. Cobalah membagi tugas yang terasa sulit menjadi tugas yang lebih kecil, dan bergantian melakukan aktivitas yang lebih mudah dan lebih sulit. Pertimbangkan waktu terbaik dalam sehari untuk melakukan aktivitas tertentu berdasarkan tingkat energi Anda. Istirahat singkat yang sering lebih baik daripada istirahat yang lebih lama, jadi istirahatlah sebelum Anda kelelahan.
Jangan berhenti melakukan aktivitas sehari-hari. Jika Anda berhenti menggunakan otot Anda, otot anda akan menjadi lebih lemah dan dapat membuat Anda lebih terengah-engah saat Anda beraktivitas. Secara bertahap tingkatkan jumlah latihan yang Anda lakukan. Cobalah berjalan-jalan singkat atau lakukan latihan kekuatan sederhana.
Kedua, tingkatkan mood Anda dan jaga kesehatan mental Anda. Berhubungan dengan orang lain dapat membantu Anda merasa lebih bahagia, pastikan untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan teman. Melakukan rutinitas sehari-hari bisa baik untuk suasana hati dan stabilitas Anda. Tetap aktif—terus bergerak akan membantu melepaskan endorfin dan memperbaiki suasana hati Anda.
Ketiga, kiat untuk masalah berpikir atau ingatan. Buat catatan untuk membantu Anda mengingat sesuatu—baik itu dalam rapat kerja atau janji kontrol dengan dokter. Cobalah mengurangi gangguan. Buat rencana yang jelas sebelum mengatasi masalah atau situasi baru. Bagi menjadi beberapa langkah, dan terus periksa rencana Anda saat Anda melangkah.
Keempat, meredakan nyeri sendi atau otot. Latihan kelenturan (seperti peregangan, yoga, dan tai chi) dan latihan kekuatan (seperti menaiki tangga, mengangkat beban, dan bekerja dengan resistance bands) dapat bermanfaat. Periksa dengan dokter Anda sebelum memulai olahraga.
Baca Juga: Hipertensi Perburuk Covid-19
Adakah obat-obatan yang dapat membantu mencegah sindrom long covid? Para peneliti di Universitas Cambridgesedang meneliti apakah ada obat-obatan yang dapat membantu mencegah sindrom long covid dan mengurangi gejala Covid-19. Penelitian ini akan melibatkan peresepan obat kepada 2.500 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 segera setelah keluar dari rumah sakit. Dua obat pertama yang diuji adalah statin (atorvastatin) dan antikoagulan atau 'pengencer darah' yang dapat mengurangi risiko pembekuan darah (apixaban).
Vaksinasi dapat mengurangi risiko sindrom long covid. Penelitian dari King's College, London menunjukkan, risiko sindrom long covid pada pasien yang telah diberi dua dosis vaksin berkurang separuhnya. Data dari ZOE Covid App antara 8 Desember 2020 sampai 4 Juli 2021 menunjukkan, orang dewasa yang divaksinasi lengkap akan memiliki probabilitas yang jauh lebih kecil untuk membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan cenderung memiliki gejala Covid-19 yang lebih ringan daripada mereka yang tidak divaksinasi.

(Dewi Ayu Paramita, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Rumah Sakit Siloam Balikpapan, Instagram: @dewiayu.jp)