
Cerita ”Anak Bajang Mengayun Bulan” ditulis dengan sangat bagus. Tanpa mengurangi apresiasi saya kepada penulis, ada sedikit catatan yang ingin saya sampaikan.
Salah satu tokohnya adalah Sukrosono. Huruf ”o” di sini dibaca seperti huruf ”o” dalam kata rokok, tokoh, atau mohon. Bukan seperti huruf ”o” dalam kata Solo atau piano. Sukrosono adalah nama Jawa.
Sebenarnya, penulisan dalam bahasa Jawa ialah Sukrasana. Huruf ”a” di sini dibaca seperti huruf ”o” dalam kata rokok. Hal ini lazim dalam penulisan kata dalam bahasa Jawa, dapat dilihat dalam majalah-majalah berbahasa Jawa, misalnya Jayabaya. Demikian pula penulisan dalam buku Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa) tulisan WJS Poerwadarminta.
Sebagai contoh, dalam bahasa Jawa kata sakit adalah lara. Huruf ”a” di sini dibaca seperti huruf ”o” dalam kata rokok. Sebab, kalau kata lara ditulis dengan huruf ”o” jadi loro yang artinya bukan ’sakit’, tetapi ’dua’.
Mengapa penulisan Sukrasana tidak memakai huruf ”a”? Sebaliknya, mengapa pertapaan Jatisrana tidak ditulis Jatisrono? Taranggana tidak ditulis Taranggono? Sungai Cirapatra tidak ditulis Ciropotro?
Demikian pula dengan nama ayah Sukrosono dan Sumantri, yaitu Begawan Suwandagni. Nama ini berasal dari kata Suwanda dan Agni. Mengapa bukan Suwondogni atau Suwondagni jika konsisten dengan cara penulisan?
Dalam hal nama Sukrosono, mana yang betul, Sukrosono atau Sukosrono? Yang betul adalah Sukosrono karena berasal dari kata Suko-sarono (Suka-sarana) yang berarti ’senang membantu atau menolong’.
dr Trijatmo Rachimhadhi, SpOG(K)
Jl H Batong, Cilandak Barat, Jakarta Selatan
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas kesetiaan Anda membaca Kompas, teristimewa telah cermat mengikuti cerita bersambung ”Anak Bajang Mengayun Bulan”.
Kami telah berkomunikasi dengan Sindhunata sebagai penulis cerita itu dan ia menyampaikan salam hormat dan terima kasih atas perhatian yang disampaikan.
Dalam penulisan bahasa Jawa memang ada dua aliran penulisan, bisa dengan huruf ”o” atau ”a”, tetapi tetap dibaca sama. Keduanya dapat diterima.
Ihwal penulisan cerita, ada faktor lain dalam pemilihan penggunaan huruf ”o” dan ”a”, yaitu rasa. Itu pula sebabnya lebih dipilih kata Sukrosono daripada Sukrasana.
Banjir
Saya setuju dengan surat dari Bapak Jimmy S Harianto (Kompas, 16/11/2021). Saya juga tinggal di Perumahan Taman Alfa Indah, resah dan khawatir setiap hujan lebat.
Pada 1 Januari 2020, misalnya, saat banjir melanda Perumahan Taman Alfa Indah, air masuk rumah setinggi 50 sentimeter.
Kemudian, kalau tidak salah pada 30 September 2020 banjir kembali melanda Perumahan Taman Alfa Indah. Air masuk rumah setinggi sekitar 10 cm.
Malu benar, pas kedatangan tamu, air masuk ke dalam rumah. Tamu saya panik, takut mobilnya terendam banjir, lalu memindahkan mobilnya ke tempat yang lebih tinggi.
Pada 7 November 2021, hujan sekitar 2 jam, banjir kembali melanda Perumahan Taman Alfa Indah, air masuk rumah setinggi 3 cm.
Hampir setiap hari ada petugas berseragam oranye di Taman Alfa Indah. Mengapa mereka tidak sekalian mengeduk lumpur tebal di got-got ataupun di kali? Mereka hanya menyapu daun dan ranting.
Julisar
Taman Alfa Indah, Jakarta Selatan
Sidang
Awal 2021, di televisi ada sidang anak yang menggugat ibunya agar membayar sewa mobil si anak Rp 200 juta. Ada juga anak yang menuntut ayahnya soal kepemilikan tanah.
Saya bayangkan, anak-anak itu sembilan bulan dikandung ibunya dan bertahun-tahun menjadi tanggungan orangtuanya sebelum mandiri.
Pesan moral sidang itu, anak wajib memuliakan orangtuanya, rezeki akan datang dengan sendirinya.
Titi Supratignyo
Bendan Ngisor, Gajah Mungkur, Kota Semarang