Kita semua berharap pandemi terus terkendali sehingga kepesertaan Borobudur Marathon dan berbagai kegiatan lari lainnya di Tanah Air terus meningkat dan normal lagi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Borobudur Marathon 2021 selesai digelar pada Minggu (28/11/2021) dengan sejumlah inovasi dan adaptasi sebagai keniscayaan di tengah pandemi Covid-19.
Konsorsium penyelenggara Borobudur Marathon, yang terdiri dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Yayasan Borobudur Marathon, dan harian Kompas, meluncurkan beberapa inovasi dalam acara bertajuk ”Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng” itu.
Yang pertama, lomba lari yang digelar dua hari, yakni Sabtu dan Minggu (27-28/11/2021). Perlombaan hari Sabtu khusus bagi para pelari nasional, yang bertajuk ”Elite Race”, persis sama dengan pada tahun 2020. Adapun pada Minggu digelar ”Bank Jateng Tilik Candi” bagi para pelari umum yang diseleksi melalui undian (ballot), yang diikuti 128 pelari. Jumlah peserta ”Tilik Candi” yang di bawah 150 orang itu sesuai arahan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), seiring masih perlunya kehati-hatian dalam mengadakan kegiatan di tengah pandemi.
Jika ”Elite Race” pernah diselenggarakan tahun lalu, ”Tilik Candi” baru diadakan tahun ini. Itulah sebabnya, mayoritas pelari elite sudah memahami bagaimana protokol kesehatan (prokes) di gelembung antisipasi Covid-19. Situasi berbeda muncul di gelembung pelari umum yang baru diadakan tahun ini, seiring adanya sejumlah masalah. Meski demikian, prokes menjadi faktor penentu yang tak bisa dibantah, dan itu diterapkan tanpa pandang bulu.
Inovasi kedua tak lain penerbitan buku Borobudur Marathon Mewarnai Zaman. Penerbitan buku ini menjadi wujud pendokumentasian atas sejarah, berbagai ikhtiar, dan proyeksi ke depan acara ini. Harapannya, apa yang tersaji dalam buku yang didominasi foto-foto tersebut bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang membacanya.
Inovasi ketiga terkait diaktifkannya Pawone, program yang melibatkan pedagang di sekitar Borobudur untuk menyajikan makanan-minuman tradisional di arena perlombaan. Pawone aktif lagi setelah program ini absen pada 2020 karena pandemi yang belum terkendali.
Eksisnya kembali Pawone sekaligus menandai kembali bergairahnya ekonomi warga di sekitar kawasan Candi Borobudur seiring kasus Covid-19 yang melandai. Kita semua berharap pandemi terus terkendali sehingga kepesertaan Borobudur Marathon dan berbagai kegiatan lari lainnya di Tanah Air terus meningkat dan normal lagi.
Mengingat, sebagai sebuah perlombaan lari, selayaknya Borobudur Marathon dan perlombaan lari lain bukan semata kejuaraan olahraga. Di dalamnya ada berbagai unsur lain yang tak kalah penting, seperti upaya mengungkit pariwisata domestik melalui wisata olahraga dan pemberdayaan ekonomi warga lokal, dalam kaitan ini melalui Pawone.
Beragam upaya dan kerja keras dalam mewujudkan Borobudur Marathon di tengah pandemi Covid-19 penting untuk terus disosialisasikan kepada publik demi sebuah pemahaman bahwa Indonesia mampu menggelar lomba lari di tengah pandemi. Indonesia bisa....