Dengan memahami penggunaan indikator teknikal, perdagangan saham, aset kripto, atau valuta asing dapat dilakukan lebih mudah dan terarah.
Oleh
Anastasia Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Indikator teknikal sangat membantu para investor dan trader dalam bertransaksi. Dengan memahami penggunaan indikator, perdagangan saham, aset kripto, atau valuta asing dapat dilakukan lebih mudah dan terarah.
Sayangnya, para investor atau trader pemula terkadang belum memahami fungsi indikator teknikal. Selain belum memahami fungsinya, sering kali para investor dan trader pemula mengunakan indikator yang sebenarnya berfungsi sama dengan indikator lain.
Ada beberapa jenis kelompok indikator teknikal. Salah satunya, indikator yang menunjukkan tren. Indikator seperti ini berfungsi memberikan arah ke mana aset sedang bergerak.
Aset seperti saham, kripto, dan valuta asing dapat bergerak ke atas (uptrend), ke bawah (downtrend), atau tidak ke mana-mana alias notrend atau sideways. Selain arah, indikator ini juga dapat memberi petunjuk seberapa besar kekuatan tren tersebut.
Indikator teknikal sangat membantu para investor dan trader dalam bertransaksi.
Trader yang memutuskan menggunakan strategi trend follower sebaiknya bersahabat dengan indikator tren ini. Adapun indikator yang sering digunakan untuk mengetahui tren, antara lain, adalah ichimoku, moving average, dan moving average convergence divergence (MACD).
Indikator lain adalah momentum. Indikator ini merupakan penunjang indikator tren dan digunakan untuk mengonfirmasi tren, apakah tren yang ditampilkan oleh indikator tren, seperti yang telah dibahas di atas. Indikator momentum yang umum dipakai adalah stokastik dan relative strength index (RSI).
Kekuatan pasar atau market strength juga menjadi indikator yang dapat dimanfaatkan. Dengan indikator ini, kita dapat mengukur seberapa besar kekuatan pasar, apakah kekuatan jual lebih besar daripada kekuatan beli atau sebaliknya.
Kekuatan ini akan mendorong pergerakan harga. Ketika harga sedang melemah atau downtrend, lalu ada kekuatan pasar yang membeli saham dalam jumlah besar, tren harga bisa jadi akan berbalik.
Indikator kekuatan pasaryang sering digunakan antara lain on balance volume (OBV), money flow index, dan accumulation/distribution.
Indikator lain adalah indikator volatilitas yang mengukur kisaran pergerakan naik dan turun saham, kripto, atau mata uang. Semakin besar kisarannya, misal 5 persen per hari, berarti semakin tinggi volatilitas aset tersebut.
Jika mengetahui kisaran naik dan turun harga suatu saham, trader dapat memperkirakan kisaran harga acuan untuk menentukan batas atas dan batas bawah sebagai area beli dan jual.
Trader yang mengunakan strategi day trading atau scalping biasanya menyukai saham, kripto, atau mata uang dengan volatilitas tinggi. Ini karena trader dapat mengambil keuntungan lebih mudah dengan memanfaatkan rentang selisih harga yang lebar.
Sebaliknya, para investor jangka panjang dengan toleransi risiko rendah menyukai aset dengan volatilitas rendah. Indikator volatilitas yang dapat digunakan, antara lain, adalah average true range dan bollinger band.
Setelah memahami fungsi setiap indikator, trader dan investor dapat memadukan indikator-indikator tersebut. Jika sudah memahaminya, tentu tidak akan menggunakan indikator yang berfungsi sama.