Pemikiran dan Kesadaran Menyongsong Era Society 5.0
Perkembangan teknologi telah membawa kita masuk ke dalam sebuah peradaban baru yang berkonsepkan kemajuan intelektualitas. Bukan hanya masyarakat yang dituntut beradaptasi, melainkan juga pemerintah.
Oleh
AMRIN PANDIANGAN
·5 menit baca
Perkembangan tekhnologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia saat ini telah membawa kita masuk ke dalam sebuah peradaban baru yang berkonsepkan kemajuan intelektualitas. Hal ini mengarahkan kehidupan manusia saat ini masuk ke era digitalisasi sampai kepada artificial intelligence atau kecerdasan buatan.
Apabila kita menilik evolusi pemikiran manusia dari masa ke masa dalam kajian secara historis materialis, terdapat suatu karakter ataupun ciri sendiri. Tekhnologi yang berkembang secara dinamis turut serta mendorong pola perubahan sosial di kehidupan masyarakat, di mana masyarakat harus mampu secara adaptif mengikuti arus kemajuan agar tidak ketinggalan.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Talcott Parson di mana dalam proses evolusi setiap anggota masyarakat harus bisa beradaptasi ataupun menyesuaikan diri terhadap tantangan yang akan datang. Pada masa sekarang ini peradaban baru saat ini dalam konteks modernisasi pemikiran serta kesadaran telah membawa kehidupan manusia masuk ke arah Society 5.0.
Pola kehidupan Society 5.0 saat ini mendorong setiap manusia dalam kehidupan bermasyarakat harus mampu mengaplikasikan teknologi canggih yang ada untuk mempermudah kehidupannya sehari-hari. Beberapa negara Asia sudah menyesuaikan konsep Society 5.0 dalam mendukung kehidupan berekonomi, sosial, politik. Sebagai contoh di Jepang yang telah menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang berbasiskan internet untuk mempermudah kehidupan pemerintahan maupun warganya.
Pada 2016, Jepang membentuk sebuah skema baru mengenai masyarakat super cerdas, di mana akses internet yang merupakan dasar dari akses digitalisasi yang ada. Industri robotik, drone sebagai alat pengantar barang, perawatan daring secara virtual, dan beberapa teknologi modern lainnya yang menjadi sarana untuk mempermudah kehidupan masyarakat.
Pada 2016, Jepang membentuk sebuah skema baru mengenai masyarakat super cerdas, di mana akses internet yang merupakan dasar dari akses digitalisasi yang ada.
Di China, perkembangan kemajuan tekhnologi yang pesat dan disertai pertumbuhan jumlah penduduk yang besar membuat pemerintahan China menekan tindak sosial ataupun perilaku masyarakatnya. Negara yang dijuluki ”Tirai Bambu” ini memanfaatkan AI sebagai jalan untuk mengarahkan masyarakatnya agar sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah.
Kebijkan social credit menjadi salah satu contoh nyata dari kehidupan Society 5.0 yang berlangsung di China. Pemerintah China membangun sebuah basis data yang begitu besar dalam akses digitalisasi yang diatur oleh pemerintahnya sendiri, dengan membangun ratusan juta CCTV yang telah dilengkapi dengan AI. Secara tidak langsung kehidupan sosial masyarakatnya dipantau oleh pemerintah sebab sistem AI dalam CCTV tersebut dapat mengenal setiap warga yang ada.
Tantangan peradaban
Aspek digitalisasi yang berdasarkan internet conection bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Penerapan berbagai kebijakan ataupun konsep-konsep baru seperti smart city, literasi digital, desa pintar dan hal-hal lainnya memerlukan good internet conection. Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat di Indonesia, belum selaras dengan pemerataan pembangunan infrastruktur yang layak dalam mendukung akses kehidupan sehari-hari.
Selain itu, sosialisasi ataupun pemahaman digitalisasi kepada setiap masyarakat juga masih sangat kurang, terlebih dalam penggunaan akses teknologi yang berbasiskan internet conection. Tidak semua masyarakat memiliki perangkat ataupun alat eloktronik yang berbasiskan internet conection. Terjadi sedikit perbedaan di mana masyarakat perkotaan lebih fleksibel dibandingkan dengan masyarakat perdesaan yang masih terlihat kaku dalam menerima kemajuan teknologi. Hal ini karena keterbatasan informasi atau akses yang disampaikan.
Di sisi lain dalam kondisi sosial masyarakat saat ini, banyak masyarakat baik di daerah-daerah terpencil belum merasakan efek langsung dari kemajuan teknologi digital saat ini. Kondisi ini dapat menimbulkan ketimpangan sosial seperti yang dikatakan William Ogburn di mana ada perubahan sosial yang melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat yang saling berhubungan antara satu dan yang lainnya.
Ketimpangan sosial itu dapat terlihat jelas di Indonesia dari sektor kualitas sumber daya manusia dari setiap daerah, program pembangunan yang belum merata di mana aspek kehidupan masih berfokus kepada masyarakat industri di perkotaan. Hal ini tentu menjadi masalah dan pekerjaan rumah yang harus segera diatasi oleh pemerintah dalam menghadapi era Society 5.0.
Efek dari ketidaksiapan dalam menghadapi Society 5.0 dapat menimbulkan degredasi (turunnya) moral dalam masyarakat. Kemerosotan moral ini merupakan fenomena sosial yang dapat dilihat dari banyaknya peristiwa di social media (Facebook, Twitter, Instagram), media daring. Di mana dalam satu peristiwa yang begitu cepat dapat diakses masyarakat menjadi buah bibir karena adanya multi interpretasi, adanya hujatan, ujaran kebencian dan beberapa hal lainnya menjadi bukti masyarakat belum mampu secara positif dan adaptif menyambut kemajuan digitalisasi serta Society 5.0
Indonesia di arah Society 5.0
Dalam arus pemikiran Emile Durkheim, ada struktural yang saling menghubungkan setiap warga masyarakat dalam menjalanan peranan sosialnya masing-masing. Begitu pula dalam era Society 5.0 ini, setiap struktur sosial dalam masyarakat saling terkait. Sebab, penggunaan teknologi di mana manusia yang menjadi komponen utamanya (human based) mampu menciptakan suatu nilai yang berguna melalui perkembangan teknologi.
Pada era perkembangan zaman mutakhir yang serba akses digitalisasi dan munculya AI tersendiri tidak membuat Indonesia menjadi negara yang hanya diam di tempat dan melihat perkembangan Society 5.0 ke depan. Saat ini Pemerintah Indonesia juga turut serta dalam penyesuaian dan penggunaan teknologi yang serba modern di sektor pendidikan, ekonomi, sosial, dan lainnya.
Di bidang pendidikan, misalnya, Mendikbudristek Nadiem Makarim tengah gencar menyosialisasikan ide kampus merdeka menyongsong Society 5.0. Tujuannya, menciptakan generasi muda yang bisa bertransformasi dengan kreativitasnya memanfaatkan teknologi. Kita sadar bahwa dalam arah Society 5.0 diperlukan sebuah inovasi baru dari generasi milenial yang berwawasan global, adaptif, kreatif, dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang kompleks di era Society 5.0.
Dalam aspek ekonomi pun, seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahwa e-commerce merupakan salah satu sektor utama yang mendukung ekonomi digital di Indonesia. Teknologi digital digunakan dalam berbagai sektor ekonomi dan bisnis, layanan kesehatan, transportasi dalam jaringan (daring), ataupun Internet of Things yang menjadi kunci kesuksesan dalam menghadapi peradaban baru Society 5.0.
Menghadapi era baru yang berbasiskan teknologi saat ini dalam konsep Society 5.0, pemerintah pada dasarnya harus bersinergi dengan semua elemen masyarakat, baik itu akademisi, pengusaha, politisi, media, aparatur negara, ulama, dan lainnya. Titik capaian keberhasilan dalam menguasai era Society 5.0 dapat terlihat dari bagaimana seluruh lapisan masyarakat dapat menggunakan kemajuan akses teknologi secara positif agar tidak terjadi ketimpangan sosial yang mengarah pada kemerosotan yang semakin berlanjut serta tingkat kriminalitas yang tinggi masyarakat.
(Amrin Pandiangan, Pemerhati Sosial dan Politik, Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang)