Kurikulum Capaian Belajar
Kemendikbudristek akan meluncurkan kurikulum baru, yang diberi tajuk capaian belajar, pada tahun depan. Harapannya, kurikulum ini bisa menjadi api pemantik untuk mempersiapkan generasi-generasi muda di masa depan.

Supriyanto
Salah satu pemakalah kunci pada Semiloka Uji Kemahiran Berbahasa di Jakarta berasal dari Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP). Pada kesempatan itu, BSKAP menyebutkan bahwa pada tahun depan, kurikulum baru akan diluncurkan.
Apa pentingnya kurikulum sehingga harus selalu diperbarui, bahkan diganti? Jawabannya adalah karena zaman selalu berkembang. Dalam hal ini, pendidikan harus maju paling depan untuk mempersiapkan generasi muda agar tidak tergilas zaman.
Sebagaimana diketahui, pendidikan kita secara umum memang masih tertinggal. Hal itu menjadi sesuatu yang ironis dibandingkan dengan perkembangan zaman yang gesit.
Pada pertengahan tahun ini, misalnya, beredar sebuah video tentang anjing pelacak digital yang telah dipergunakan tentara Amerika Serikat. Menanggapi itu, dalam kolomnya di nytimes.com, Kara Swisher menyebut bahwa manusia mulai menyadari kalau-kalau era ”terminator” sudah tiba.
Saya lantas mempunyai pertanyaan mendalam: anjing yang tak bergaji saja sudah digantikan oleh robot, lantas bagaimana dengan manusia?
Baca juga : Membaca Peluang pada Era Kecerdasan Buatan
Pertanyaan ini menjadi bagian refleksi kita lantaran sudah sangat banyak pekerjaan manusia yang akan diambil alih oleh mesin. Masa depan sudah sangat misterius. Mengutip Yuval Noah Harari, misalnya, kita belum tahu bakal seperti apa pasar kerja pada tahun 2030 atau 2040.
Sayangnya, kita juga tak tahu apa yang harus diajarkan kepada anak-anak kita. Kenyataan ini tentu harus dihadapi seefektif mungkin dari pendidikan, salah satunya dengan merapikan kurikulum. Kita tidak mau setiap lulusan kita kelak akan menjadi pengangguran dan kalah saing dengan para mesin-robot, terutama dari para tenaga kerja asing yang sangat mungkin datang ke Indonesia.

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU Maarif Kudus mengoperasikan Programmable Logic Controllers (PLC) di laboratorium otomasi di sekolah tersebut, di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (22/1/2018).
Beberapa kelebihan
Sebagai informasi, dalam dokumen ”Future of Jobs and Its Implications on Indian Higher Education” yang disusun federasi industri India, diperkirakan 65 persen pelajar yang pada 2016 di jenjang SD akan berkarier dalam jenis pekerjaan benar-benar baru (Kompas, 1 Februari 2017). Pertanyaannya, untuk jenis pekerjaan-pekerjaan baru ini, apakah kita sudah siap?
Belum terjawab pertanyaan itu, data muram justru seperti menghantui. Dalam konteks India, misalnya, Mohandas Pai, sudah meramalkan bahwa pada 2025, akan ada 200 juta pemuda India yang menganggur dan belum ada yang tahu bagaimana solusinya.
Sebagaimana di India, ancaman pengangguran di Tanah Air juga sangat besar.
Sebagaimana di India, ancaman pengangguran di Tanah Air juga sangat besar. Justru karena itulah bisa dibenarkan bahwa kita memang harus merancang kurikulum baru sebagai bekal untuk mempersiapkan anak didik.
Kebetulan, saya berdiskusi secara sekilas dan cukup mendalam dengan perwakilan BSKAP tersebut. Menurut keterangannya, kurikulum baru ini dibuat bertajuk capaian belajar. Kurikulum ini akan dikhususkan bagi 2.500 sekolah terseleksi. Setelah menyimak, saya memperoleh beberapa kelebihan kurikulum tersebut.
Baca juga: Ganti Kurikulum Lagi
Walau begitu, peluncuran kurikulum baru ini nanti pasti akan semakin menegaskan pemeo abadi: ganti menteri, ganti kurikulum. Akibat turunannya, guru pun akan kelabakan di lapangan. Apalagi di pinggiran, sosialisasi kurikulum-lama belum jua tuntas, kini sudah akan muncul pula kurikulum yang baru.
Lagi pula, seakan sudah terpatri di benak guru bahwa jika muncul kurikulum baru, akan muncul pula beban yang jauh lebih berat. Namun, mari untuk tetap mengupas secara sekilas kurikulum capaian belajar pada artikel singkat ini.

Setidaknya, ada tiga poin kelebihan (sekaligus pembeda) kurikulum ini dengan kurikulum sebelumnya. Pertama, kurikulum ini bukan kewajiban. Berbeda dengan peluncuran kurikulum-kurikulum sebelumnya yang selalu disertai dengan kegaduhan dan kecemasan. Hal itu terjadi karena kurikulum dibuat menjadi kewajiban, bahkan paksaan.
Sebaliknya, kurikulum capaian belajar dibuat menjadi seperti rebutan, bukan paksaan. Siapa paling siap, maka mereka diberikan pelatihan bertahap. Sosialisasi kurikulum pun menjadi mendalam dan mendetail.
Dengan posisi sebagai rebutan, penerimaan kurikulum ini lebih pada tantangan (bahkan cita-cita), bukan lagi paksaan. Keikutsertaan pada sosialisasi dan penerapan kurikulum baru ini pun menjadi kebanggaan meski dengan berbagai kepadatan jadwal.
Baca juga : Menajamkan Program Sekolah Penggerak
Saya sudah mulai melihatnya dari berbagai postingan sekolah-sekolah terpilih. Artinya, besar kemungkinan kurikulum ini akan diterima dan dihikmati penuh jiwa oleh para perebutnya. Apalagi, dalam hal ini menjadi yang kedua, kurikulum ini memberi kebebasan penuh bagi para pemakainya.
Kurikulum capaian belajar tidak lagi otoriter seperti sebelumnya. Kurikulum capaian belajar hanya memberikan profil dan target. Tentang bagaimana mencapainya adalah tergantung pada sekolah. Tentu, sekolah akan bekerja keras untuk meraih capaian belajar.
Memberi kesempatan penuh pada sekolah adalah sesuatu yang baik, bahkan menjadi nama lain dari kemerdekaan sekolah itu sendiri. Pada pokoknya, kurikulum hanya mempersyaratkan empat perubahan penting dengan berbagai indikator pencapaian untuk hasil belajar, lingkungan belajar, pembelajaran, refleksi, dan pengimbasan.

Api pemantik
Supaya implementasi kurikulum ini terarah, pemerintah membuat tahapan demi tahapan. Pemerintah tidak angkat tangan begitu saja dari tanggung jawab. Artinya, meski diberi kebebasan sepenuhnya untuk merealisasikan target, pemerintah tetap memberikan pendampingan melalui tenaga ahli yang sudah dipersiapkan secara selektif dan terbimbing serta penyediaan ruang kolaborasi untuk setiap sekolah. Karena itu, poin ketiga kelebihan kurikulum ini, menurut saya, adalah besarnya peluang kolaborasi yang terbimbing dan terarah untuk setiap sekolah serta praktisi pendidikan.
Kolaborasi untuk pendidikan adalah sesuatu yang sangat mahal dan penting. Berbagai studi juga sudah menyebutkan bahwa pendidikan akan jauh lebih baik dengan tindakan kolaboratif. Kita harus jujur bahwa sebelum ini, sosialisasi dan pelatihan guru cenderung tidak terarah dan mengandalkan penunjukan atas dasar elitisme tanpa kompetensi mendalam.
Menjadi berbeda dengan kurikulum kali ini, pelatihan dibuat dengan format yang jelas dan terukur. Perekrutan tenaga ahli mulai dari pelatih, instruktur, fasilitator, dan pendamping, hingga asesor berasal dari berbagai kalangan (praktisi, akademisi, terutama guru berpengalaman).
Baca juga : Kebutuhan Pelatih Ahli Sekolah Penggerak
Kiranya, harapan kita, kerja keras ini dapat membuahkan hasil dan bukan lagi melulu sensasi dan debat berkepanjangan. Sekali lagi, masa depan sudah sangat misterius. Kita bisa saja tergilas jika tidak cekatan mempersiapkan generasi masa depan.
Saya tidak sedang menyangkal adanya kelemahan kurikulum rancangan baru ini. Namun, paling tidak, setelah saya pelajari secara saksama, setidak-tidaknya kurikulum ini sudah dipersiapkan dengan sangat matang serta melibatkan banyak pihak strategis. Semoga saja kurikulum capaian belajar ini bisa menjadi api pemantik untuk kita dalam mempersiapkan generasi-generasi muda di masa depan!

Riduan Situmorang
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Doloksanggul-Humbang Hasundutan, Instruktur Sastra Digital Tingkat Nasional