Namun, lepas dari kengerian soal saham, generasi Z memiliki nilai-nilai. Sebagai 33 persen dari total penduduk dunia, generasi Z adalah kekuatan.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
Lahir dengan konektivitas paling mulus lewat gawai dibandingkan dengan generasi mana pun. Itulah generasi Z, generasi kelahiran 1995 hingga 2010.
Generasi Z juga menghabiskan waktu lebih lama dengan gadget (gawai) jika dibandingkan dengan kaum milenial (kelahiran 1980-1994), generasi X (kelahiran 1960-1979), dan generasi baby boomers (kelahiran 1940-1959). Demikian menurut sebuah riset yang dituangkan dalam artikel berjudul ”True Gen’: Generation Z and its implications for companies” pada 12 November 2018 di situs McKinsey & Company.
Riset itu menemukan kekuatan bagus pada generasi Z, yang tak suka dengan rasisme, sektarianisme, dan sejenisnya. ”Mereka sangat yakin pada manfaat dialog untuk mencegah konflik. ...Mereka mengambil keputusan dengan daya analisis tinggi sekaligus pragmatis. ...Itulah sebabnya, gen Z adalah generasi yang lebih benar,” demikian McKinsey & Company.
Hanya generasi Z yang lebih ekspresif ini mendadak terkungkung sebab pandemi Covid-19 di awal 2020. Ini turut menjadi pendorong bagi generasi tersebut untuk bermain saham (USA Today, 27 Agustus 2021). Situasi ini muncul bersamaan saat Reddit dan Twitter gencar dengan informasi perdagangan mata uang kripto, saham, hingga kisah anak muda yang kaya mendadak. Generasi Z serasa ingin mencoba dengan antusiasme lebih tinggi ketimbang generasi lainnya.
Hanya generasi ini tidak lebih siap tentang taktik dan kiat perdagangan saham ketimbang generasi lainnya. Berdasarkan riset MagnifyMoney, pemahaman generasi Z soal saham lebih dangkal. Generasi ini membaca petuah tentang saham lewat Reddit, Tiktok, dan Discord (Forbes, 25 Januari 2021).
Berdasarkan riset MagnifyMoney, pemahaman generasi Z soal saham lebih dangkal.
Hal yang juga agak menakutkan adalah fenomena di mana generasi Z bermain saham dengan meminjam. Jessica Menton, wartawan keuangan USA Today, mengingatkan, pemain saham paling profesional sekalipun tak pernah bisa 100 persen menebak arah saham. Oleh sebab itu, ada risiko di balik pola perdagangan saham generasi Z ini.
Di sisi lain disebutkan juga bahwa generasi Z lebih kalem saat menghadapi kerugian dan bukan penakut. Usia muda membuat mereka merasa memiliki waktu yang cukup untuk memulihkan kerugian.
Karena eksistensi generasi Z ini juga, tindakan Warren Buffett, yang mencampakkan saham penerbangan Amerika Serikat, malah tak berhasil menjungkalkan saham Delta, American Airlines, Southwest, dan United Airlines. ”Di saat orang ketakutan, jadilah orang yang tamak. Sebaliknya, di saat orang tamak, takutlah sedikit”, sebuah petuah soal bermain saham yang diikuti generasi Z.
Namun, lepas dari kengerian soal saham, generasi Z memiliki nilai-nilai. Sebagai 33 persen dari total penduduk dunia, generasi Z adalah kekuatan. Membaca preferensi serta memahami pola dan moda penyampaian informasi yang paling mereka sukai amat penting. Jika bisnis tidak bisa memahami preferensi mereka, kelompok ini bisa amat disruptif, seperti disebut dalam laporan Bank of America, 2020.