Marilah kita bersyukur hidup di bumi Indonesia tercinta, di mana antarmanusia masih saling menyayangi, terjaga keamanannya, bebas berbicara dan bertindak, serta banyak kemudahan di berbagai bidang.
Oleh
Kosmantono
·3 menit baca
S
aya sangat menyukai dan mempunyai kesan mendalam atas tulisan ”Indonesia dari Seberang Batas” karya jurnalis Agustinus Wibowo. Tulisan yang dimuat secara bersambung di harian Kompas ini kini sudah selesai tayang.
Kisah itu tentang Papua Niugini, PNG, negara tetangga Indonesia di bagian timur. Bahasanya segar, mudah dimengerti, dengan makna kemanusiaan mendalam. Ada banyak rasa di dalamnya. Kesedihan, ketakutan, ketidakberdayaan, tetapi juga keindahan dan keluhuran manusia. Bahkan, ada secercah kebahagiaan dan kegembiraan meski menjalani hidup penuh tekanan.
Di era milenial seperti sekarang, di mana kemajuan teknologi bagai tak terbendung lagi, di mana pikiran dan emosi manusia sudah begitu mudahnya menjangkau liar ke mana saja, ternyata masih ada saudara-saudara kita yang hidup sederhana, terikat adat istiadat ketat, dengan hukum adat dan hukum alam yang mengerikan, tetapi mereka menjalaninya dengan biasa-biasa saja. Semua bisa kita baca lewat tulisan keren Agustinus Wibowo.
Marilah kita bersyukur hidup di bumi Indonesia tercinta, di mana antarmanusia masih saling menyayangi, terjaga keamanannya, bebas berbicara dan bertindak, serta banyak kemudahan di berbagai bidang.
Terima kasih Kompas yang telah menampilkan tulisan jurnalis yang benar-benar hebat karena memberi kita semua sesuatu hal yang membuat kita bisa bersyukur, lebih mempunyai nurani kemanusiaan, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Kosmantono
Mutiara Pratama, Berkoh, Purwokerto Selatan
Fitur Keselamatan
Terkait kecelakaan maut di jalan tol di wilayah Jatim, sopir mengaku sempat ber-HP sambil menyetir pada kecepatan melebihi batas maksimum 100 km/jam, sebelum terjadi kecelakaan. Hal ini mengingatkan kita tentang besarnya bahaya menyetir kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor, sambil ber-HP.
Kenyataannya, kita masih sangat sering melihat orang menggunakan HP saat menyetir, baik dengan kecepatan rendah maupun tinggi, di jalan desa, kota, dan jalan tol.
Saya menyerukan agar setiap pabrik HP segera membuat fitur keselamatan di HP. Fitur keselamatan itu berupa matinya HP secara otomatis jika HP dipakai sambil menyetir kendaraan.
Sebuah HP yang hidup otomatis mendeteksi jika HP bergerak (bersama pemakainya) dan sekaligus mendeteksi kecepatannya, seperti halnya HP mendeteksi kecepatan jalan pemakai saat berolahraga.
Jika kecepatan melebihi angka tertentu (misalnya 10 km/jam), HP otomatis mengaktifkan kamera untuk mendeteksi obyek di depan pemakainya. Karena obyek di depan penyetir mobil dan sepeda motor sangat spesifik, obyek-obyek tersebut dapat dibedakan dengan yang lain.
Jika obyek dan kecepatan spesifik terdeteksi, HP otomatis mati. Bilamana kamera HP tertutup sesuatu, HP juga dapat otomatis mati. Akan lebih baik lagi jika sebelum HP otomatis mati, otomatis juga merekam wajah pemakai.
Saya yakin jika fitur keselamatan seperti itu ada di setiap HP, risiko kecelakaan maut di jalan akan berkurang secara signifikan.
Handjono Suwono
Jl Bintaro Raya Tengah, Tangerang Selatan
Penjelasan PT Link Net Tbk
Berita harian Kompas berjudul ”Pekerja Proyek Serat Optik Alami Luka Bakar” (Kamis, 14/10/2021) halaman 12 menyebutkan, dua pekerja proyek serat optik yang mengalami luka bakar akibat ledakan kabel bawah tanah adalah rekanan First Media.
Berdasarkan hasil pengecekan kami bersama tim Regional 1 (tim Last Mile dan Backbone), yang di dalamnya meliputi Jalan Raya Plumpang Semper, Jakarta Utara, lokasi terjadinya ledakan, dapat kami sampaikan bahwa pada tanggal atau periode tersebut, PT Link Net Tbk dengan brand First Media tidak memiliki proyek pekerjaan apa pun di lokasi itu. Kami juga tidak sedang menjalin rekanan dengan pihak mana pun untuk proyek di sekitar lokasi.
Niki Sanjaya
Head of Marketing Communication PT Link Net Tbk (First Media)