logo Kompas.id
OpiniJalur Rempah dan Despotisme...
Iklan

Jalur Rempah dan Despotisme Masa Lalu

Dalam eksotisme Jalur Rempah tersekam sisi kelam masa lalu, antara lain perilaku eksploitasi alam secara masif dan merusak dalam praktik monopoli rempah-rempah. Perilaku yang masih lestari di Negeri Rempah-rempah.

Oleh
FADLY RAHMAN
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JpITcKD7lfVYsrLW4seiQ6WaJF0=/1024x575/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F20211105-OPINI-Jalur-Rempah-dan-Despotisme-Masa-Lalu_1636117397.jpg
Kompas

Supriyanto

Beberapa tahun terakhir, acara-acara bertema jalur rempah bergema semarak di Indonesia. Berbagai pameran, seminar/webinar, hingga ekspedisi bahari dilakukan demi membangunkan kembali ingatan masyarakat terhadap kejayaan masa silam Nusantara sebagai poros jalur rempah yang terlupakan. Semua ini bersinergi dengan upaya pemerintah melalui Kemendikbudristek yang pada 2020 mengajukan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia ke UNESCO.

Proyek revitalisasi pemerintah terhadap Jalur Rempah ini adalah salah satu perkembangan mutakhir dari Maritime Silk Road yang bergaung pertama kali pada paruh pertama abad ke-20. Maritime Silk Road merupakan konsep imajiner spasial rute perdagangan rempah-rempah pada masa lalu yang menghubungkan China, Asia Tenggara, anak benua India, Semenanjung Arab, Afrika, dan Eropa. Ide menghidupkan rute jalur rempah ini merupakan pengembangan dari die Seidenstrasse alias Jalur Sutra (Silk Road) yang dicetuskan pertama kali pada 1877 oleh ahli geografi Jerman, Ferdinand Freiherr von Richthofen.

Editor:
yovitaarika
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000