Pengalaman adalah guru paling berharga. Jangan sampai euforia berlebihan memunculkan gelombang ketiga. Ibarat kendaraan atau rumah, meski telah dilengkapi sistem antimaling, masih dapat bobol jika kita lengah.
Oleh
Pangeran Toba P Hasibuan
·3 menit baca
Dalam penanganan pandemi Covid-19, pemerintah telah menerapkan pelbagai peraturan dengan target terukur, diikuti evaluasi dan koreksi. Langkah tersebut saat ini berhasil mengendalikan laju penularan Covid-19.
Namun, penurunan laju penularan masih harus tetap dikawal dan diwaspadai mengingat target kekebalan komunitas belum tercapai.
Sejak vaksinasi nasional dimulai 13 Januari 2021, pemerintah menargetkan kekebalan komunitas 70 persen populasi atau 208.265.720 jiwa. Mungkinkah target kekebalan komunitas itu tercapai akhir tahun ini?
Menurut laman Covid-19 nasional per 31 Oktober 2021, suntikan vaksin dosis pertama mencapai 119.662.248 orang, sedangkan suntikan dosis kedua 73.698.983 orang. Berarti jumlah penerima vaksinasi komplet masih kurang 134.566.737 orang agar tercapai kekebalan komunitas.
Presiden Joko Widodo pernah meminta agar vaksinasi dapat mencapai 2 juta per hari. Jika ini menjadi patokan, paling cepat awal 2022 kekebalan komunitas tercapai. Namun, ini bukan suatu hal yang mudah mengingat populasi yang tersebar di berbagai pelosok Tanah Air.
Pemerintah perlu terobosan guna mengejar target tersebut. Tidak cukup dengan menambah jumlah sentra vaksinasi, pemerintah harus jemput bola, mendatangi penduduk dari pintu ke pintu. Sebab, masih banyak yang kesulitan mengakses vaksin dengan pelbagai alasan lokasi, salah persepsi, atau kendala teknologi.
Perlu perhitungan ulang dalam membuat rencana aksi dengan variabel ketersediaan jumlah vaksin, vaksinator, dan tenaga kesehatan pendukung lainnya. Jangan berpuas diri agar kekebalan komunitas segera tercapai.
Ada kecenderungan masyarakat beraktivitas yang seolah ”balas dendam” akibat hampir dua tahun ”terkurung”. Pemerintah perlu tegas, protokol kesehatan wajib ditaati. Tetap memakai masker, menghindari kerumunan, mencuci tangan, dan vaksinasi komplet. Ini mengingat banyak yang beranggapan pandemi Covid-19 sudah berakhir.
Pengalaman adalah guru paling berharga. Jangan sampai euforia berlebihan memunculkan gelombang ketiga. Ibarat kendaraan atau rumah, meski telah dilengkapi sistem antimaling, masih dapat bobol jika kita lengah.
Pangeran Toba P Hasibuan
Sei Bengawan, Medan, Sumatera Utara 20121
Promo Listrik
PLN mengadakan promo tambah daya PLN Mobile, cukup bayar Rp 200.000-an, hingga akhir Oktober 2021. Kami berterima kasih karena mendapat manfaat promo itu, tidak perlu ke kantor PLN.
Setelah itu, petugas PLN datang dengan membawa banyak berkas permohonan tambah daya datang ke rumah kami, mengganti MCB lama (10A) ke MCB baru (20A) pada meteran prabayar kami.
Sebelum penggantian, saya memotret meteran beserta pulsa yang tersisa karena pada permohonan tambah daya tersebut, kami juga membeli token listrik Rp 1 juta.
Petugas menyatakan, meteran listrik tidak memakai segel karena stoknya habis. Betulkah demikian? Sebelumnya meteran listrik di rumah kami dalam keadaan tersegel.
Beberapa kali (tidak rutin setiap bulan) kami dikunjungi orang berseragam, seperti pencatat meteran, mengecek keadaan meteran listrik di rumah kami. Walaupun sudah kami katakan meteran di rumah kami tipe prabayar, orang itu ngotot memeriksa meteran listrik kami.
Mohon klarifikasi PLN, apakah memang demikian?
Berikut masukan untuk aplikasi PLN Mobile. Ketika kami mau membayar untuk tambah daya, tidak ada opsi menggunakan LinkAja. Sayang sekali kalau LinkAja hanya untuk membeli token listrik.
Pada aplikasi PLN Mobile ada informasi token listrik di rumah kami. Fasilitas tersebut tidak berguna karena tidak real time online. Setelah tambah pulsa Rp 1 juta saat tambah daya, tidak muncul pembaruan data.