Parpol yang hanya menjual pencitraan, tetapi tak menunjukkan kerja konkret dan solutif akan ditinggalkan generasi milenial dan akhirnya terpental di Pemilu 2024.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Pemilihan umum masih dua setengah tahun lagi. Namun, partai politik perlu berbenah mengantisipasi kian besarnya pemilih generasi milenial.
Cheryl Cran, ahli kepemimpinan dan generasi dalam bukunya, 101 Ways to Make Generation X, Y, and Zoomers Happy at Work, menegaskan, ada dua hal yang tidak dapat diterima generasi Y yang biasa disebut sebagai generasi milenial. Kedua hal itu adalah ketidaktulusan dan omong kosong.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Para pengamat tren juga menyebutkan, generasi milenial lebih kritis dan terbuka karena sejak lahir terpapar platform teknologi yang saling menghubungkan, ruang kelas atau proyek-proyek yang multikultural, sekolah yang mendorong kreativitas, serta diajarkan berani bicara oleh orangtua.
Generasi Y adalah generasi yang lahir antara tahun 1981 dan 1994. Saat ini, mereka berusia 27 hingga 40 tahun. Saat Pemilu 2024, usianya 30 hingga 43 tahun.
Di bawah generasi Y ada juga generasi Z yang lahir pada tahun 1995-2010. Saat ini, mereka berusia 11 hingga 26 tahun. Saat pemilu nanti, banyak juga di antara generasi Z ini yang menjadi pemilih mula karena berusia 14 hingga 29 tahun.
Dua generasi ini akan menggeser peran generasi pendahulunya, yaitu generasi baby boomers (1946-1960) dan generasi X (1961-1980).
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2020, penduduk usia 15-19 tahun berjumlah 22,3 juta jiwa; usia 20-24 tahun ada 22,6 juta jiwa; usia 25-29 tahun ada 22,3 juta jiwa; usia 30-34 tahun ada 21,9 juta jiwa; serta 35-39 tahun ada 20,9 juta jiwa. Total mencapai 110 juta jiwa atau 40 persen dari jumlah penduduk.
Persentase generasi Y dan Z dari total jumlah pemilih pemilu akan lebih besar lagi. Berkaca pada data pemilih tetap Pemilu 2019, pemilih berusia maksimal 30 tahun saja sudah 60,3 juta jiwa atau 31,7 persen dari total pemilih. Pada Pemilu 2024, jumlah pemilih milenial dan generasi Z diperkirakan meningkat 60 persen dari total suara pemilih.
Generasi milenial lebih kritis dan terbuka karena sejak lahir terpapar platform teknologi yang saling menghubungkan.
Mampukah parpol mengangkat isu-isu yang menarik generasi Y dan Z? Isu tentang demokrasi yang bersih, pemberantasan korupsi yang tajam ke bawah terlebih ke atas, pembangunan yang pro-lingkungan, serta penyediaan lapangan kerja bagi usia muda di era digital pasti menjadi perhatian mereka. Namun, karena mereka sudah terbiasa dengan detail dan kritis, generasi ini pasti tidak puas dengan janji-janji semata.
Survei Litbang Kompas pada Oktober 2021 menunjukkan, porsi responden dari gen Y yang belum menentukan pilihan sebanyak 39,3 persen. Gen Z yang belum menentukan pilihan pada partai politik lebih besar lagi, yaitu 48,1 persen.
Situasi ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi parpol untuk berbenah. Terlebih lagi, generasi Y dan Z dikenal tak terpaku pada loyalitas brand atau tempat kerja. Mereka sangat dinamis. Parpol yang hanya menjual pencitraan, tetapi tak menunjukkan kerja konkret dan solutif akan ditinggalkan generasi milenial dan akhirnya terpental di Pemilu 2024.