Anak muda adalah pemilik masa depan kota. Kepedulian dan keterlibatan mereka terhadap kota sangatlah penting. Mereka perlu dilibatkan dan ditantang untuk memberi solusi untuk mengatasi permasalahan kota.
Oleh
NIRWONO JOGA
·4 menit baca
Pembangunan berkelanjutan blah blah blah. Ekonomi hijau blah blah blah. Nol emisi pada 2050 blah blah blah. Itu semua adalah pernyataan yang sering kita dengar dari para pemimpin. Kata-kata yang terdengar hebat, tetapi tanpa aksi nyata. Harapan dan mimpi kita tenggelam dalam kata-kata dan janji kosong mereka. Demikian pernyataan pedas aktivis iklim muda Greta Thunberg yang menyindir para pemimpin dunia terkait dengan upaya penanganan perubahan iklim.
Perubahan iklim telah datang mengancam kehidupan kita dan kota, suka atau tidak, kita harus menghadapinya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan, ada lima hal yang harus menjadi perhatian utama untuk mengatasi krisis iklim, yaitu meningkatkan literasi masyarakat soal perubahan iklim, menegakkan keadilan lingkungan hidup, menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan, melibatkan partisipasi generasi muda terhadap aksi iklim, serta melindungi keanekaragaman hayati dan pertanian berkelanjutan.
Anak muda adalah pemilik masa depan kota. Kepedulian dan keterlibatan mereka terhadap kota sangatlah penting mengingat kelak merekalah yang akan merasakan langsung dampak positif atau negatif hasil pembangunan kota yang dilaksanakan saat ini.
Anak muda adalah pemilik masa depan kota. Kepedulian dan keterlibatan mereka terhadap kota sangatlah penting.
Namun, pemerintah belum sepenuhnya melibatkan kaum muda dalam pembangunan perkotaan. Padahal, peran aktif mereka diperlukan untuk mewujudkan kota yang aman, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan sesuai dengan amanat Tujuan ke-11 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Para pendatang ke kota yang sebagian besar kaum muda menyumbang sumber daya manusia, potensi penggerak dan sasaran pembangunan yang tidak akan pernah habis. Mereka memiliki sudut pandang baru yang dapat memberi solusi yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh warga kota. Mereka perlu diberi pelatihan keterampilan dan pengetahuan tentang kota yang akan ditempatinya.
Kaum muda harus dipancing rasa penasarannya dengan cara menyenangkan untuk menciptakan gagasan inovatif dan kreatif dalam mengatasi persoalan kota dan mewujudkan kota lestari. Kota lestari ialah kota yang dibangun dengan menjaga dan memupuk aset-aset kota-wilayah, seperti aset manusia dan warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun, keunikan, dan kehidupan budaya, kreativitas dan intelektual, karunia sumber daya alam, serta lingkungan dan kualitas prasarana kota.
Kota lestari mendorong inisiatif dan prakarsa masyarakat perkotaan, berpartisipasi, dan bekerja sama dalam melakukan perubahan dan gerakan bersama, menciptakan mekanisme dan reformasi birokrasi dalam pelaksanaan kegiataan penataan kota yang mengakomodasi inisiatif masyarakat secara berkesinambungan.
Kota lestari merupakan wujud peradaban manusia di bumi yang memberi ruang, peluang, dan tantangan bagi manusia untuk mengembangkan diri. Kota harus untuk semua, baik warga asli maupun pendatang, si kaya dan si miskin, tua dan muda, generasi sekarang dan mendatang.
Ada lima karakteristik kota yang dapat memengaruhi kinerja keberlanjutan kota lestari, yakni kepadatan penduduk yang relatif tinggi, kedekatan jarak antarkegiatan dan antarfungsi, keragaman jenis aktivitas, konektivitas dan keterbukaan informasi, serta keinginan selalu maju, berkembang, berkompetisi, dan berinovasi.
Kota lestari sebagai tempat habitat manusia harus menyediakan tempat tinggal yang layak, aman, sehat, dan nyaman, serta infrastruktur prasarana-sarana dasar permukiman sehat untuk semua warga, termasuk kaum muda. Kota juga memberikan fasilitas dan kesempatan untuk memiliki tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, dan penghidupan layak yang sama bagi semua orang, termasuk kaum muda, untuk bekerja dan berkarya. Hunian harus terjangkau, baik secara finansial (terbeli, termiliki), spasial (aksesibel, strategis), ataupun sosial (target generasi milenial, masyarakat berpenghasilan rendah).
Untuk menumbuhkan kepedulian kaum muda pada permasalahan perkotan, lakukan pemetaan potensi kota. Modal sosial, kaum muda, dan budayanya dengan mempertahankan sisi khas anak muda adalah kunci kesuksesan pembangunan kota. Pemerintah bisa memanfaatkan media sosial dengan infografis yang menarik untuk menyebarkan informasi sekaligus mengenalkan persoalan klasik kota ke kaum muda, misal banjir, pencemaran air dan krisis air bersih; kemacetan lalu lintas dan pousi udara; kemiskinan dan kampung kumuh.
Kaum muda perlu diberi ruang untuk berinteraksi agar mereka memberi perhatian terhadap masalah perkotaan. Ruang-ruang publik, seperti taman bermain skateboard atau parkour, dinding-dinding kota berhiaskan mural, amfiteater terbuka untuk berkesenian, untuk menampung aspirasi mereka yang selalu inovatif, kreatif, dan inspiratif dalam menghidupkan kota.
Pemerintah kota dapat bekerja sama dengan komunitas anak muda untuk menyelenggarakan sayembara perkotaan dalam rangka mencari solusi segar masalah perkotaan. Kaum muda ditantang untuk menciptakan aplikasi terkait dengan penataan kota; kemudahan layanan publik; gagasan menghidupkan ruang publik kota; gerakan aksi bebas sampah; kampanye berjalan kaki, bersepeda, atau naik angkutan publik.