Inovasi dan investasi ”metaverse” bukan lagi sekadar isapan jempol. Kita tunggu perusahaan teknologi Indonesia ikut dalam pengembangan inovasi internet masa depan ini.
Oleh
Andreas Maryoto
·5 menit baca
Kompas
Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas
Penjelajahan manusia ke alam metaverse alias dunia lain yang virtual mengalami kemajuan yang pesat. Beberapa bulan lalu setelah sejumlah perusahaan mengumumkan mereka akan mengembangkan dunia lain itu, kini mereka berlomba mencari tenaga kerja untuk mengembangkan teknologi tersebut. Mereka juga melakukan investasi besar-besaran di alam baru itu. Sejumlah lembaga pendanaan dibentuk.
Awal pekan ini Facebook telah mengumumkan akan merekrut 10.000 orang tenaga baru di Eropa untuk mengembangkan dunia lain berbasis teknologi digital atau metaverse. Metaverse adalah dunia yang melampaui kenyataan sekarang ini dan berbasis dunia virtual seperti yang ada di media sosial, dilengkapi berbagai teknologi seperti realitas virtual (virtual reality) dan realitas tertambahkan (augmented reality) sehingga ”manusia” bisa hadir.
Microsoft dan Sony sama-sama tengah mengerjakan perangkat keras, yaitu Xbox dan Playstation. Mereka juga terlibat dalam pengembangan gim masa depan. Selama ini Microsoft memiliki Minecraft, yang dapat dilihat sebagai platform yang mirip dengan Roblox, dan Sony telah menginvestasikan hampir setengah miliar dollar AS di Epic Games.
Di samping itu, banyak perusahaan lain yang mengembangkan metaverse ini, seperti Nvidia, Roblox, Unity, dan Tencent. Beberapa analis menyebutkan, sejumlah perusahaan yang selama ini mengembangkan berbagai perangkat digital juga tengah membangun mateverse, tetapi mereka tidak mengumumkan secara terang-terangan. Mereka menyebut Walt Disney kemungkinan akan masuk. Tren ini kini berdampingan dengan tren yang lahir lebih awal, yaitu mata uang kripto. Orang penasaran dengan perkembangan terbaru. Tidak sedikit di antara mereka yang takut kehilangan peluang atau kesempatan.
Perbincangan yang muncul dan ramai pada awal tahun ini ternyata bukan kabar kabur semata, tetapi sejumlah perusahaan benar-benar menindaklanjuti dan bergegas membangun dunia lain itu. Tidak mengherankan apabila di mesin pencari kini kita mudah untuk mendapatkan tips-tips berinvestasi di metaverse, bahkan termasuk berinvestasi di pasar modal. Para investor mulai rajin mengintip dan mendengarkan gosip aksi korporasi perusahaan-perusahaan digital yang diduga akan mengembangkan metaverse. Beberapa perusahaan teknologi yang baru mengetahui teknologi ini juga bersiap untuk masuk.
Situasi ini mirip terjadi di industri keuangan di Indonesia saat ini. Sejumlah investor menunggu kalangan perbankan yang hendak membangun bank digital. Begitu muncul pengumuman, saham-saham bank digital itu langsung naik sangat tinggi. Orang berharap bisa menyimpan saham itu dan akan menikmati keuntungan dari kenaikan harga saham pada masa depan.
Kompas
Seorang karyawan Facebook menjajal perangkat realitas virtual Oculus, 23 Oktober 2019. Facebook akan merekrut 10.000 pekerja di Eropa untuk mengembangkan metaverse.
Menurut mereka, banyak investor mengaku diperkenalkan dengan kata kunci teknologi baru itu ketika CEO Facebook Inc Mark Zuckerberg baru-baru ini mengatakan visi jangka panjang perusahaannya, yaitu akan membangun metaverse. Metaverse mungkin merupakan istilah baru bagi investor, tetapi idenya sudah ada sejak lama.
Konsep metaverse adalah tentang dunia atau lingkungan virtual terintegrasi di mana ”orang” hidup, bekerja, dan bermain. Para investor optimistis dengan konsep ini karena meski seperti fiksi ilmiah, banyak bukti fiksi ini menjadi kenyataan, seperti tentang mobil yang dapat mengemudi sendiri, telepon pintar, atau bahkan internet itu sendiri. Pada awalnya semua itu merupakan konsep fiksi ilmiah pada satu titik. Karena keyakinan ini, mereka memborong sejumlah saham perusahaan teknologi karena yakin konsep ini akan terwujud.
Laman Morningstar yang memberikan analisis tentang saham-saham perusahaan teknologi menyebutkan, dunia teknologi imersif sedang mengalami pergeseran seismik saat inovasi baru dengan cepat mengubah dunia digital yang kita huni. Salah satunya adalah munculnya metaverse yang disebut-sebut oleh sejumlah kalangan sebagai masa depan dunia internet.
Bahkan, mereka melihat metaverse dianggap sebagai penemuan berikutnya dalam teknologi. Mereka membuat definisi lain tentang metaverse, yaitu dunia maya komunal kolosal yang dibangun di atas persimpangan realitas virtual dan realitas tertambahkan. Apabila terwujud, ini adalah dunia yang imersif di mana jutaan pengguna, atau avatar mereka, dapat masuk dan keluar dari banyak aktivitas saat mereka bersosialisasi, bekerja, dan bermain di dalam dunia lain itu.
Tiga perusahaan, yaitu Facebook, Microsoft, dan Walt Disney, sangat bertaruh pada investasi metaverse. Mereka menuangkan miliaran dollar AS dalam teknologi yang dirancang untuk membawa dunia fisik dan virtual lebih dekat dari sebelumnya. Ketiga perusahaan di atas dengan mewakili proposisi masing-masing diperkirakan bakal menarik para investor yang ingin sejak awal ikut memainkan tren besar pada masa depan.
Seorang penulis di laman The Washington Post, Gene Park, juga menyebut, evolusi internet berikutnya adalah metaverse. Evolusi ini sedang berlangsung. Dunia lain ini memang masih lebih bersifat konseptual daripada nyata hadir, tetapi perusahaan-perusahaan di Silicon Valley di California hingga Cary di North Carolina tengah memburu teknologi yang pas untuk mengembangkan metaverse.
AFP/EVA HAMBACH
Logo Microsoft di sebuah gedung di Chevy Chase, Maryland, AS, 20 Mei 2021. Selain Facebook, perusahaan lain seperti Microsoft juga mengembangkan metaverse.
Tidak jelas seperti apa bentuk metaverse kelak ketika menunjukkan hasil. Akan tetapi, sekarang, beberapa investor telah membentuk dana metaverse. Di dalamnya terdapat dewan penasihat dari berbagai industri. Orang dapat langsung berinvestasi di dalamnya.
Sementara itu, sekelompok orang dari berbagai industri, termasuk jurnalisme dan gim, memulai sebuah lembaga pendanaan bernama Exchange Traded Fund (ETF) di New York Stock Exchange. Lembaga ini terdiri atas beberapa perusahaan sekuritas yang biasa memperdagangkan sejumlah produk keuangan yang kelak akan mendanai pengembangan metaverse. ETF disponsori dan dikelola oleh Roundhill Investments.
Mereka menyebut benih metaverse sebenarnya telah ada selama beberapa dekade. Pandemi dan karantina global tidak hanya meningkatkan kesadaran akan istilah metaverse, tetapi juga mempercepat pembentukannya. Kunci utama dari metaverse sebenarnya adalah tren dari pertemuan tatap muka dan sosialisasi secara langsung ke kehidupan daring yang selama dua tahun terakhir ini sangat masif karena pandemi. Keadaan ini telah mempercepat pengembangan metaverse.
Situasi seperti sekarang ini menyebabkan orang memahami proses dalam hal bagaimana konten dibuat dan didistribusikan. Kesediaan konsumen untuk berpartisipasi membuat konten dan terlibat dalam komunikasi di dalam semua platform digital juga makin mempercepat pengembangan dunia lain ini. Sebuah berkah selama pandemi. Inovasi dan investasi mataverse bukan lagi sekadar isapan jempol. Kita menunggu perusahaan teknologi Indonesia ikut dalam pengembangan inovasi internet masa depan ini.