Secara geografis, Indonesia berada di kawasan yang paling jeblok sektor pariwisatanya selama pandemi, dengan angka kedatangan anjlok hingga 95 persen dibandingkan dengan pra-pandemi.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Sejalan dengan akselerasi program vaksinasi dan pembukaan pintu lintas batas negara di berbagai bagian dunia, sektor turisme global mulai menggeliat kembali.
Indonesia tak mau ketinggalan. Pemerintah merencanakan membuka kunjungan dari 18 negara dan sudah memutuskan membuka kembali penerbangan internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, mulai Kamis (14/10/2021) ini.
Dibukanya kembali Bali bisa menjadi semacam barometer kesiapan Bali menerima kembali serbuan arus wisatawan mancanegara (wisman) dari sejumlah negara pada era normal baru, di tengah pandemi Covid-19 global yang belum sepenuhnya mereda. Pulihnya pariwisata Bali tak hanya akan mengerek perekonomian lokal, tetapi juga memulihkan kepercayaan wisatawan dunia pada Bali, dan juga Indonesia, sebagai destinasi aman. Pulihnya segera Bali menjadi sangat penting mengingat tahun depan kalender acara Bali sudah padat, antara lain sebagai tuan rumah berbagai perhelatan penting dunia, termasuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 pada Oktober 2022.
Kendati demikian, peringatan akan kemungkinan naiknya kembali kasus positif dengan dibukanya kembali penerbangan internasional di Bali juga dilontarkan sejumlah kalangan. Pengalaman 2020 dan tahun ini menunjukkan, lonjakan kasus antara lain terjadi akibat kurang ketatnya menjaga pintu perbatasan negara sehingga warga negara asing (WNA) menjadi sumber penularan.
Pemerintah memastikan akan menerapkan persyaratan ketat dalam pembukaan penerbangan internasional Bali. Ketaatan pada protokol ketat ini menjadi pertaruhan dan kunci bagi kebangkitan pariwisata Bali di era normal baru. Data yang dikutip Presiden Joko Widodo bahwa jumlah wisman ke Bali anjlok hingga 97 persen dan wisatawan Nusantara turun 27 persen selama pandemi, dengan tingkat hunian kamar hotel rata-rata hanya di bawah 20 persen. Pulihnya Bali diharapkan bisa mengerek destinasi utama lain, sejalan dengan kian terkendalinya penambahan kasus di Tanah Air. Bali diakui relatif lebih siap dari destinasi utama lain. Data pemerintah per 8 Oktober lalu menunjukkan dosis pertama di Bali telah mencapai 98 persen dan dosis kedua 80 persen.
Secara geografis, Indonesia berada di kawasan yang paling jeblok sektor pariwisatanya selama pandemi, dengan angka kedatangan anjlok hingga 95 persen dibandingkan dengan prapandemi dan baru akan pulih ke kondisi prapandemi paling cepat 2024. Tertinggal dari Timur Tengah yang diperkirakan pulih 2022, atau Eropa dan Amerika 2023.
Sebagian destinasi global mulai menggeliat kendati dalam skala moderat, tetapi prospek jangka pendek masih diwarnai ketidakpastian. Pemulihan belum berlangsung cepat, antara lain akibat belum meratanya vaksinasi secara global.
Data UNWTO World Tourism Barometer memperkirakan 54 juta wisatawan melakukan perjalanan wisata lintas batas negara sepanjang Juli 2021. Angka ini turun 67 persen dibandingkan dengan Juli 2019 yang sekitar 164 juta kedatangan, tetapi merupakan angka tersolid sejak April 2020.