Angela Merkel dipuji mampu mengelola krisis dengan sangat baik. Ia manajer krisis andal, baik saat menghadapi krisis ekonomi maupun krisis pengungsi di Eropa. Ia juga berhasil menjaga kemakmuran dan stabilitas Jerman.
Oleh
Zulkifli Nasution
·3 menit baca
Angela Merkel adalah perempuan pertama yang menjabat kanselir Jerman. Sebentar lagi ia pensiun setelah menjabat 16 tahun.
Angela Merkel lahir 17 Juli 1954 di Hamburg dengan nama Angela Dorothea Kasner. Ayahnya seorang pendeta dan ibunya seorang guru. Beberapa minggu setelah Angela dilahirkan, keluarganya pindah ke Jerman Timur.
Ia kuliah ilmu Fisika di Leipzig dan saat kuliah itu ia bertemu dengan suami pertamanya, Ulrich Merkel. Meski tahun 1982 pasangan ini bercerai, Angela tetap menggunakan nama suaminya.
Hidupnya terkenal sederhana. Kanselir Jerman ini sering terlihat berbelanja kebutuhan rumah di supermarket dan mendorong kereta belanja sendiri.
Angela Merkel dipuji sebagai politisi yang mampu mengelola krisis dengan sangat baik. Ia manajer krisis yang andal, baik saat menghadapi krisis ekonomi maupun krisis pengungsi di Eropa. Meski ekonomi Jerman diguncang badai krisis, Angela Merkel berhasil menjaga kemakmuran dan stabilitas Jerman.
Untuk urusan kemanusiaan, ia mengambil keputusan hebat. Sebagai kanselir, ia bersikeras untuk membuka perbatasan bagi pengungsi timur tengah sekalipun negara-negara lain di Eropa banyak yang menolak.
Sampai hari ini Jerman merupakan negara penampung pengungsi terbanyak di Eropa, 1,2 juta jiwa. Ucapannya yang terkenal untuk menyemangati ribuan sukarelawan adalah, ”Kita sudah berhasil melakukan banyak hal, kita bisa!” Wir haben so vieles geschafft, Wir schaffen das.
Ketika ditanya bagaimana dia membayangkan masa pensiun, sambil tersenyum Frau Merkel menjawab, ”Setelah itu, mungkin saya akan mencoba membaca sesuatu, lalu mata saya akan mulai terpejam, lalu saya akan tidur sebentar, dan kita lihat di mana nanti saya terbangun.”
Auf wiedersehen Angela.
Zulkifli Nasution
Cilandak Timur, Jakarta Selatan
Vaksinasi
Vaksinasi saja memang tak cukup menanggulangi pandemi Covid-19, tetapi vaksinasi merupakan salah satu faktor kunci. Sayangnya, meski jumlah yang sudah divaksinasi terus meningkat, cakupan vaksinasi masih jauh dari target.
Data Kementerian Kesehatan per 7 Oktober 2021 menunjukkan, dari 208.265.720 orang target vaksinasi, baru 55.162.842 orang mendapat vaksin lengkap (26,49 persen). Mengapa cakupan masih rendah, padahal begitu banyak pihak berpartisipasi? Swasta, BUMN, organisasi, komunitas, TNI, Polri, bahkan BIN sudah bahu-membahu dalam program vaksinasi.
Laporan investigasi Kompas (Jumat, 27/8/2021) mengungkap lemahnya koordinasi. Alokasi vaksin tak ditata secara sistematis. Ini yang perlu diperbaiki. Mengapa tak memanfaatkan kekuatan kita, yaitu struktur kelurahan/desa hingga RW/RT?
Perencanaan program vaksinasi, mulai prioritas vaksin, alokasi, sosialisasi, sampai pelaksanaan dan evaluasi, sebaiknya berbasis kelurahan, desa, dan RW/RT. TNI membantu sekian ribu kelurahan/desa, Polri sekian ribu, dan seterusnya. Belum lagi pemuka agama, tokoh masyarakat, yang sayang jika tak dilibatkan. Mari kita bersama-sama mendorong cakupan vaksinasi.
Yos E Susanto
Kelapa Gading, Jakarta
Air untuk Semua
Saya bersama warga Golf Lake Residence, Cengkareng, mengajukan permintaan suplai air bersih ke Palyja untuk perumahan kami.
Saya kaget, ternyata Palyja meminta investasi pipa sambungan dibayar warga Golf Lake. Setiap rumah wajib membayar sekitar Rp 11,5 juta.
Palyja mengolah air milik negara dan mendapat mandat untuk menyuplai bagian barat Jakarta. Bagaimana mungkin Palyja yang akan mendapat keuntungan menyuplai air kepada 1.300-an rumah meminta investasinya dibayar warga?
Mohon pimpinan Palyja dan Pemprov DKI Jakarta memberikan klarifikasi.