Teori Dow, Bekal Memaksimalkan Profit Investasi Saham
Dengan memahami Teori Dow, para investor dapat melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi di pasar sehingga dapat membantu mengambil keputusan investasi.
Oleh
Joice Tauris Santi
·4 menit baca
Teori Dow merupakan salah satu dasar teori teknikal. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Charles Dow, seorang wartawan Wall Street Journal. Ia bersama Edward Jones dan Charles Bergstresser mendirikan Dow Jones & Company.
Ada beberapa pemikiran Dow yang menjadi dasar analisis teknikal dan perlu diketahui para investor pemula. Salah satunya, pasar menjelaskan segalanya (market discounts everything). Maksudnya, harga yang terbentuk di pasar sudah mencerminkan segala informasi, berita, harapan, ketakutan, sekaligus ketamakan para pelaku pasar.
Istilah yang sering digunakan para analis adalah priced in. Misalnya, adanya berita tentang situasi makroekonomi, seperti pemulihan ekonomi setelah terjadinya wabah, tingkat suku bunga, atau berita tentang emiten tertentu yang akan diakuisisi atau merger dengan emiten lain, tecermin pada harga yang terbentuk di pasar.
Ketika hendak memutuskan membeli atau menjual saham, seorang investor sebaiknya mengenali saham tersebut sedang berada dalam kondisi tren apa.
Pemikiran Dow lainnya adalah tiga tren primer yang terjadi di pasar. Menurut Dow, ada tiga jenis tren yang dipengaruhi pergerakan harga, yaitu tren naik, tren turun, dan tidak ada tren. Tren ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni tren utama dan terbesar atau tren mayor, tren sekunder, dan tren kecil atau minor yang merupakan bagian dari tren sekunder.
Ketika hendak memutuskan membeli atau menjual saham, seorang investor sebaiknya mengenali saham tersebut sedang berada dalam kondisi tren apa. Bisa jadi, harga saham mengalami penurunan (tren minor), tetapi sebenarnya saham itu masih berada dalam tren besarnya yang menguat. Dengan memahami tren, investor akan lebih mudah mengambil keputusan.
Adapun tren naik primer memiliki tiga fase. Teori ini menyebutkan, dalam kondisi pasar yang sedang naik, terjadi fase akumulasi, fase partisipasi publik, dan fase distribusi.
Pada fase akumulasi biasanya terlihat adanya pembeli saham besar yang perlahan masuk. Fase akumulasi merupakan awal dari tren naik. Ketika semakin banyak orang menyadari saham tertentu mulai naik, semakin banyak investor yang ikut membeli saham tersebut. Fase ini merupakan fase lanjutan atau partisipasi publik.
Investor ritel biasanya masuk pada fase ini. Setelah harga naik dan naik lagi, tiba saatnya untuk merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan.
Investor yang terlambat masuk, ada kemungkinan membeli saham pada harga tinggi. Istilah yang sering digunakan di kalangan investor ritel adalah membeli di (harga) pucuk.
Harga kemudian melorot karena banyak investor yang membeli pada fase akumulasi atau fase partisipasi publik mulai merealisasikan keuntungannya. Investor yang terlambat masuk mengalami sahamnya terus melorot karena sebenarnya membeli di harga tinggi.
Teori ini juga menyebutkan bahwa volume harus mengonfirmasi tren. Ketika tren menguat, volume perdagangan pun bertambah. Baik ketika tren turun maupun naik.
Ketika tren turun terjadi, volume penjualan saham semakin banyak. Sebaliknya, jika tren naik berlangsung, volume pembelian sahamlah yang semakin besar. Volume yang mengecil memberikan sinyal bahwa tren semakin melemah.
Ketika tren sedang naik, tetapi volume pembelian sahamnya semakin mengecil, ini merupakan pertanda bahwa tren naik mulai melemah. Sebaliknya, ketika sedang terjadi tren turun, tetapi volume penjualan semakin lama semakin menipis, ini merupakan tanda bahwa tren semakin melemah.
Suatu tren akan berbalik atau patah saat terjadi pembalikan. Sebuah pembalikan tren utama terjadi ketika pasar sudah tidak dapat lagi membukukan kenaikan baru. Ini terlihat ketika harga saham tidak membentuk harga tertinggi baru dan malahan semakin menurun lalu membentuk harga terendah baru pada perdagangan berikutnya.
Teori ini juga menyatakan bahwa indeks harus mengonfirmasi satu sama lain. Untuk meyakinkan bahwa tren sedang terjadi, teori Dow mengatakan, sinyal suatu indeks dengan indeks lainnya harus berjalan searah. Ketika semua indeks bergerak searah, dapat menjadi konfirmasi berlangsungnya suatu tren.
Misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan naik, indeks LQ 45 naik, demikian pula dengan indeks-indeks sektoral lainnya yang juga naik, menjadi konfirmasi bahwa tren memang benar sedang naik. Sebaliknya, jika ada sebuah indeks naik, tetapi indeks-indeks lainnya turun, belum bisa dikatakan bahwa tren sedang naik.
Dengan memahami Teori Dow, para investor dapat melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi di pasar sehingga dapat membantu mengambil keputusan investasi.