Ancaman Rabies
Sampai saat ini rabies masih merupakan penyakit yang berbahaya. Jika sudah timbul gejala klinis rabies, angka kematian hampir 100 persen. Kita perlu tahu pertolongan utamanya.
Saya amat terkejut ketika dapat telepon dari istri bahwa anak saya, laki-laki berumur 9 tahun digigit anjing tetangga. Saya pernah punya pengalaman buruk, ketika masa kecil teman saya meninggal disebabkan penyakit rabies.
Dia meninggal dalam keadaan yang memprihatinkan, di rumah sakit dia dirawat di ruang khusus, tak boleh dikunjungi teman-teman. Menurut keluarga, ia selalu dalam ketakutan dan tak berapa lama dirawat, teman saya itu meninggal.
Sejak itu saya amat hati-hati jika bertemu dengan anjing. Saya berusaha menghindar karena dalam bawah sadar saya masih tersimpan peristiwa teman saya yang meninggal karena rabies. Bayangan tersebut mempengaruhi saya sehingga saya amat khawatir.
Kami membawa anak saya ke instalasi gawat darurat rumah sakit terdekat. Setelah mendapat penjelasan dari dokter, saya merasa lebih lega.
Sampai saat ini rabies masih merupakan penyakit yang berbahaya. Jika sudah timbul gejala klinis rabies, angka kematian hampir 100 persen.
Anak saya digigit anjing tetangga karena anjing tersebut secara tak sengaja terinjak oleh anak saya. Selama ini anjing tersebut baik saja. Luka pada kaki anak saya juga tak dalam. Namun, dokter membersihkan luka tersebut dengan cermat selama lebih dari 15 menit.
Menurut dokter, anjingnya akan diamati, tetapi kemungkinan besar anjing yang menggigit anak saya tidak menderita rabies. Anak saya kemudian dirujuk ke layanan rabies di kota kami. Di sana kami menceritakan kembali peristiwa tergigitnya anak saya, juga melaporkan bahwa luka telah dibersihkan dan dibalut.
Anak saya mendapat dua suntikan dan dianjurkan diminta kembali 7 hari kemudian. Menurut dokter, anak saya cukup disuntik vaksin rabies dan tidak perlu mendapat serum antirabies. Saya merasa lebih lega dan berdoa semoga anak saya tetap sehat saja.
Sudah lama tidak ada berita tentang rabies di media massa. Apakah rabies di Indonesia telah dapat dikendalikan dengan baik? Apakah selama pandemi Covid-19 ini kasus gigitan anjing sudah menurun? Mohon penjelasan Dokter mengenai pengendalian rabies di Indonesia dalam era pandemi Covid-19 ini. Terima kasih
M di J
Laporan gigitan hewan penular rabies selama tahun 2020 dan 2021 memang menurun. Penurunan ini dapat disebabkan kejadian gigitannya memang menurun karena mobilitas penduduk menurun sehingga banyak orang yang berdiam di rumah. Kemungkinan lain adalah banyak keluarga yang tak berobat ketika terjadi gigitan hewan penular rabies karena takut tertular Covid-19.
Namun, menurut laporan Kementerian Kesehatan kita tetap harus berhati-hati terhadap rabies. Sampai saat ini rabies masih merupakan penyakit yang berbahaya. Jika sudah timbul gejala klinis rabies, angka kematian hampir 100 persen. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan rabies. Oleh karena itu, upaya penyuluhan, pencegahan, dan pertolongan pertama pada gigitan hewan penular rabies harus dilakukan dengan seksama.
Dewasa ini kejadian gigitan hewan penular rabies masih terdapat di 25 provinsi. Sejumlah provinsi telah berhasil bebas kasus rabies, namun sebagian besar provinsi di Indonesia masih melaporkan adanya kasus rabies ini. Untunglah kasus rabies makin lama makin menurun dan kita berharap dalam waktu yang tak terlalu lama rabies di Indonesia sudah tidak ada lagi.
Kita tahu bahwa penularan rabies terutama melalui gigitan anjing. Karena itu, pengendalian rabies haruslah melibatkan berbagai sektor, tidak hanya sektor kesehatan. Pengendalian rabies tidak hanya menjadi tugas Kementerian Kesehatan, namun juga harus melibatkan kesehatan hewan.
Pencegahan rabies pada hewan penular rabies harus dilakukan dengan baik. Untuk itu, perlu dilakukan vaksinasi rabies pada anjing dan hewan penular rabies lainnya seperti kucing.
Peran serta masyarakat juga amat diperlukan. Kita tahu bahwa kedekatan manusia dengan anjing telah berlangsung sejak lama di berbagai daerah di Indonesia. Anjing bukan hanya sekedar binatang peliharaan, namun juga untuk membantu menjaga keamanan.
Baca juga : Tentang Endemis Rabies
Namun, juga banyak terdapat anjing liar yang tak punya pemilik. Anjing liar ini tak terawasi dan tidak mendapat vaksinasi rabies. Sebagian besar korban gigitan hewan penular rabies adalah anak-anak. Anak-anak suka bermain dengan anjing, tubuhnya kecil sehingga rentan diserang oleh anjing.
Anak-anak harus dilatih agar tidak menjadi korban gigitan anjing. Jangan menggangu apalagi menyakiti anjing sehingga anjing tidak akan menggigit mereka.
Risiko tertular rabies ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah keberhasilan pengendalian rabies pada hewan penular rabies. Luas dan lokasi gigitan hewan juga menentukan risiko penularan. Hewan yang menggigit harus diperiksa apakah tertular rabies.
Jika terjadi gigitan
Apa yang harus dilakukan jika terjadi gigitan anjing? Anjing dapat mengigit secara spontan atau karena diganggu atau disakiti. Hewan yang tertular rabies mungkin akan mengigit korbannya secara spontan tanpa diganggu. Hewan tersebut dapat sudah menunjukkan gejala rabies, tetapi juga dapat kelihatan sehat saja.
Apabila terjadi gigitan anjing, korban harus segera dibawa ke layanan kesehatan agar dapat diberikan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan yang penting dan harus dilakukan segera adalah mencuci luka. Semua gigitan harus dicuci dengan benar. Cuci luka dengan air mengalir dan sabun selama 10-15 menit.
Setelah dicuci, luka diberi antiseptik. Hindari tindakan invasif seperti menyikat luka, menjahit luka dll jika tidak amat perlu. Pencucian luka harus dilakukan sesegera mungkin, sebaiknya tidak lebih lambat dari 12 jam. Namun, jika terlambat, pencucian luka tetap dilakukan.
Pemerintah telah melatih dan menyediakan Rabies Center. Di layanan ini penatalaksanaan gigitan hewan penular rabies dapat dilakukan dengan lengkap. Sebagian rumah sakit tidak mempunyai vaksin rabies atau serum anti rabies karena itu mungkin hanya melakukan pertolongan pertama dengan upaya pencucian luka kemudian merujuk korban ke Rabies Center.
Rabies Center merupakan pusat kegiatan penanggulangan rabies yang berfungsi melakukan penyuluhan bahaya rabies serta melakukan upaya pencegahan. Korban gigitan hewan penular rabies akan dievaluasi dan dilakukan tindakan pencegahan sesuai dengan risiko.
Baca juga : Endemi Rabies di Tengah Pandemi Covid-19
Anak Anda hanya mendapat suntikan vaksin anti rabies dan tidak mendapat suntikan serum anti rabies. Pemberian suntikan serum anti rabies diberikan jika risiko tertular rabies lebih besar.
Vaksin anti rabies yang digunakan di Indonesia diberikan 4 kali. Dua kali pada hari gigitan pada lengan kiri dan kanan. Setelah itu, diulang pada hari ke-7 dan hari ke-21. Pemberian serum anti rabies untuk menetralkan toksin yang dihasilkan kuman rabies.
Serum anti rabies disuntikkan di sekitar luka gigitan hewan. Dosis yang diberikan 20 IU per kilogram berat badan. Melalui upaya pencegahan vaksin dan serum anti rabies ini diharapkan tidak timbul penyakit rabies.
Jika gejala rabies sudah timbul, biasanya merupakan keadaan yang sudah terlambat dan acapkali korban tak dapat ditolong. Sebagai gambaran pada tahun 2016 terjadi 68 ribu kejadian gigitan hewan penular rabies dan yang meninggal karena rabies 91 orang.
Kita berharap dalam waktu yang tak lama lagi Indonesia bersama tetangganya di kawasan ASEAN akan bebas rabies. Kita akan dapat mencapai keadaan tersebut jika kita bersama-sama, baik pemerintah maupun masyarakat, peduli pada penyakit rabies.