Selain rudal hipersonik, Korut memiliki rudal jelajah yang lintasannya sulit diprediksi. Jelajah rudal ini, antara lain, bisa menjangkau Jepang.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Ada beberapa catatan yang dapat kita angkat seusai membaca berita tentang uji coba peluru kendali hipersonik Korea Utara di harian ini, Kamis (30/9/2021).
Meskipun disebut negara miskin, Korut adalah negara yang penuh dengan prestasi teknologi, khususnya teknologi pertahanan. Seiring dengan itu, kita juga bisa mengatakan Korut sebagai negara yang sangat bangga dengan harga dirinya.
Dalam hal rudal hipersonik, jika kabar ini muncul dari Amerika Serikat (AS), Rusia, atau China, kita tidak heran. Mereka adalah negara yang berlimpah sumber daya, baik manusia, teknologi, dana, maupun pengalaman dalam ilmu pengetahuna dan teknologi (iptek) pertahanan.
Sebaliknya Korut, setiap kali yang diberitakan sekitar kekurangan bahan makanan hingga warganya terancam kelaparan, serta berita kesulitan sosial lain. Namun, dalam soal teknologi pertahanan, kita harus angkat topi. Bidang yang tak perlu dijelaskan panjang lebar adalah dalam rudal balistik dan senjata nuklir. Korut hebat karena bisa meraih kemampuan rekayasa di kedua bidang itu saat diancam, dikenai sanksi internasional, atau tekanan lain, yang bagi banyak negara akan membuatnya kesulitan, khususnya dalam akses pendanaan, termasuk untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi rakyat, dan teknologi.
”Koleksi” Korut semakin beragam, mulai dari rudal balistik hingga rudal jelajah, dan terakhir rudal berkecepatan hipersonik, yang berkecepatan tidak kurang dari Mach 5, di atas lima kali kecepatan suara, atau mendekati 6.000 kilometer (km) per jam. Kecepatan rudal yang tinggi itu membuatnya sulit ditangkal oleh sistem antirudal.
Selain rudal hipersonik, Korut juga mempunyai rudal jelajah yang lintasannya sulit diprediksi. Jelajah rudal ini, antara lain, bisa menjangkau Jepang. Namun, yang sangat menggentarkan adalah rudal balistik antarbenua, dengan jangkauan 13.000 km. Jenis ini bisa mengancam Amerika kontinental. Satu lagi yang bisa disebut adalah rudal penangkal/luncur kapal selam.
Lebih mengerikan lagi, Korut dari waktu ke waktu mengetes bom nuklir yang makin kuat. September 2017, Korut menguji bom nuklir yang kemampuannya paling dahsyat di lahan uji Punggye-ri, antara 100-370 kiloton. BBC melaporkan, 100 kiloton saja itu enam kali dari bom atom Hiroshima tahun 1945.
Kecepatan rudal yang tinggi itu membuatnya sulit ditangkal oleh sistem antirudal.
Senjata termonuklir Korut tentu sangat mencemaskan banyak negara, terutama Korsel dan Jepang. Dari segi jelajah, AS juga ikut terancam. Ada dua hal yang dapat kita renungkan dari sini. Bagi Indonesia yang antiproliferasi senjata nuklir, penguatan kemampuan Korut jelas mengancam keamanan dunia, paling tidak di Asia Timur. Demikian pula dengan peningkatan kemampuan dalam sistem rudalnya, beragam tipe.
Di sisi lain, Korut bisa menunjukkan kepada dunia, pertahanan nasional bisa dipenuhi mandiri. Awalnya ada dukungan teknologi asing, tetapi selanjutnya bisa mengembangkan kemampuan rekayasa nasional, hingga ke teknologi rudal, dan nuklir yang paling rumit. Kita juga membuat rekayasa peroketan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Namun, kita kurang konsisten. Kalau bukan untuk membuat rudal, kita perlu roket untuk penelitian cuaca dan peluncuran satelit. Bangsa ini kehilangan banyak kesempatan.