Mitigasi risiko pembelajaran tatap muka perlu diperkuat untuk mencegah penularan Covid-19 di sekolah. Mitigasi ini dimulai sejak di rumah, untuk memastikan warga sekolah aman dari Covid-19 ketika ke sekolah.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Kebutuhan untuk pembelajaran tatap muka di sekolah tak terelakkan setelah lebih dari setahun sekolah ditutup, dan pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh. Semakin lama sekolah ditutup, semakin besar risikonya bagi anak-anak terutama mereka yang terkendala mengikuti pembelajaran jarak jauh.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) pun selalu mengingatkan negara-negara agar memprioritaskan pembukaan sekolah ketika laju penularan Covid-19 sudah terkendali atau melandai. Ancaman generasi yang hilang karena kerugian belajar (learning loss) dan anak putus sekolah semakin besar jika sekolah tak segera dibuka kembali.
Meski begitu, keselamatan dan kesehatan warga sekolah tetap prioritas. Sekolah harus dipastikan dibuka dengan aman. Temuan kasus Covid-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM) (Kompas, 27/9/2021) menunjukkan PTM di masa pandemi tetap berisiko meski persyaratan-persyaratan PTM tersebut telah terpenuhi.
Temuan kasus Covid-19 saat PTM tersebut juga bukan pertama kali. Tahun lalu muncul kasus serupa ketika sekolah-sekolah di zona tertentu diperbolehkan dibuka kembali. Kasus Covid-19 di sekolah bisa memicu peningkatan kasus di masyarakat.
Belajar dari kasus-kasus tersebut, mitigasi risiko PTM harus diperkuat. Syarat kasus Covid-19 yang melandai dan protokol kesehatan selama PTM harus dibarengi dengan upaya mencegah kasus Covid-19 sampai di sekolah.
Pengukuran suhu sebelum warga sekolah memasuki kompleks sekolah tidak bisa mendeteksi orang tanpa gejala. Sementara tidak semua sekolah bisa menyelenggarakan tes Covid-19 kepada warga sekolah sebelum pelaksanaan PTM karena alasan biaya.
Karena itu, strategi mitigasi harus dimulai sejak di rumah. Apakah warga sekolah mempunyai riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi Covid-19. Sekolah hendaknya mempunyai catatan riwayat warga sekolah tersebut, termasuk mereka yang mempunyai penyakit penyerta, mereka yang tinggal di zona merah, juga mereka yang perjalanan dari rumah ke sekolah melintasi zona merah.
Pemetaan tersebut menjadi acuan untuk menetapkan siapa saja yang aman mengikuti PTM. Pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan dan pelacakan (tracing) di masyarakat serta pengawasan dan evaluasi berkala pelaksanaan PTM yang aman menjadi penentu.
Idealnya, semua warga sekolah juga telah mendapatkan vaksin Covid-19 sebelum pelaksanaan PTM untuk mengurangi risiko sakit berat ketika terinfeksi virus korona. Meski daya tahan anak-anak pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa, mereka mempunyai kemampuan sama menyebarkan Covid-19 dan berpotensi terkena long Covid-19 jika terinfeksi.
Data Ikatan Dokter Anak Indonesia menunjukkan, jumlah kasus Covid-19 pada anak dan angka kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia masih tinggi. Ini menjadi lonceng pengingat agar kita semua mencegah penularan Covid-19 dan memastikan anak-anak tetap aman ketika masuk sekolah kembali.