Puskesmas Zaman Dulu dan Sekarang
Layanan kesehatan di puskesmas merupakan tablet berlapis gula. Lapis gulanya adalah layanan kesehatan, sedangkan isinya adalah berbagai upaya puskesmas untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Empat puluh tahun yang lalu, saya bertugas di sebuah puskesmas di luar Pulau Jawa. Masa yang cukup menyenangkan, saya bertugas di sana sekitar 5 tahun kemudian dipindahkan ke dinas kesehatan. Peran puskesmas waktu itu cukup penting dalam memelihara kesehatan masyarakat.
Kami merasa bangga bekerja di puskesmas yang menjadi garda terdepan dalam mengawal masyarakat untuk hidup sehat. Pada waktu itu, puskesmas tersebar hampir merata tak hanya di kota, tetapi juga di desa-desa, di pegunungan, di pulau terpencil, dan di daerah perbatasan. Tenaga dokter untuk mengisi kebutuhan puskesmas dapat dipenuhi karena ada kewajiban bekerja di daerah terpencil bagi dokter yang baru lulus.
Sebagai pegawai yang masih muda, saya menikmati bekerja di bidang penyuluhan dan pencegahan. Saya harus berkeliling desa untuk memberi penyuluhan mengenai hidup sehat, cara mencegah penyakit cacingan, malaria, atau kurang gizi.
Pada waktu itu, negara kita sedang giat membangun ekonomi dan manfaat pertumbuhan ekonomi juga terasa di desa, kehidupan petani lumayan baik. Sebenarnya puskesmas saya berdekatan dengan daerah transmigrasi.
Layanan kesehatan di puskesmas merupakan tablet berlapis gula. Lapis gulanya adalah layanan kesehatan, sedangkan isinya adalah berbagai upaya puskesmas lain yang intinya adalah untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Namun, daerah transmigrasi ini termasuk transmigrasi yang berhasil. Hasil tani melimpah dan dapat dijual ke kota yang tak berapa jauh dari daerah transmigrasi. Warga transmigran juga sudah punya kesadaran untuk hidup sehat. Posyandu berjalan dengan baik serta cakupan imunisasi lumayan tinggi.
Waktu itu yang masih menjadi tantangan adalah penyakit diare karena sumber air minum di desa-desa belum memenuhi persyaratan kesehatan. Masih sering terjadi kejadian luar biasa diare terutama kolera eltor.
Untuk mengatasinya, kami berusaha memperbaiki mutu air minum bersama dengan dinas pekerjaan umum, sedangkan terapi diare dilakukan di lapangan terutama menggunakan oralit. Jika perlu, infus dapat dilakukan di puskesmas atau di lapangan.
Kepala puskesmas saya selalu menekankan bahwa layanan kesehatan di puskesmas merupakan tablet berlapis gula. Lapis gulanya adalah layanan kesehatan, sedangkan isinya adalah berbagai upaya puskesmas lain yang intinya adalah untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Jadi, layanan kesehatan hanyalah merupakan bagian kecil dari kegiatan puskesmas.
Namun, sekarang tampaknya berbeda. Layanan kesehatan puskesmas semakin menonjol terutama setelah program BPJS berjalan. Waktu petugas puskesmas habis untuk pelayanan kesehatan. Jika sudah selesai di poliklinik, baru melakukan kunjungan ke lapangan.
Pandemi Covid-19 ini sebenarnya mengajarkan kepada kita pentingnya upaya penyuluhan dan pencegahan. Jika upaya tersebut tidak kuat, seluruh sumber daya kita akan habis untuk terapi. Terapi Covid-19 yang berat, apalagi yang dirawat di ruang perawatan intensif, dapat mencapai ratusan juta rupiah.
Apakah tidak sebaiknya kita kembalikan fungsi puskesmas menjadi upaya kesehatan masyarakat yang memprioritaskan penyuluhan kesehatan dan pencegahan penyakit? Kita masih menghadapi banyak penyakit menular, di antaranya TBC dan malaria. Kita masih menghadapi tingginya angka stunting (tengkes) terutama di perdesaan.
Baca Juga: Jatuh Bangun Puskesmas Menangani Pandemi Covid-19
Mungkinkah kita memanfaatkan bonus demografi jika tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat tidak meningkat nyata? Terima kasih atas perhatian Dokter.
M di J
Wah, saya senang sekali dengan pengalaman Anda yang meningkatkan kepedulian kita pada upaya penyuluhan dan pencegahan penyakit di puskesmas. Memang sudah cukup lama disadari bahwa upaya kuratif di negeri kita jauh lebih mendapat perhatian dibandingkan dengan upaya preventif.
Apalagi upaya promosi kesehatan sering tenggelam oleh informasi media sosial yang sering kali kurang tepat. Akibatnya, masyarakat lebih terpengaruh oleh informasi yang kurang tepat dan berperilaku yang kurang sesuai dengan kesehatan. Tampaknya Kementerian Kesehatan sekarang sudah ingin menghidupkan kembali upaya penyuluhan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Kita semua menyadari, jika upaya tersebut berhasil, kita akan banyak menghemat biaya kuratif dan tentu yang paling penting lagi kita akan dapat mengurangi angka kematian dan kecacatan.
Kepedulian pada kesehatan memang masih amat beragam. Sebagian masyarakat sudah peduli bukan hanya pada kesehatan, melainkan juga penampilan. Mereka menjalani berbagai diet agar menjadi lebih sehat dan penampakannya langsing.
Namun, sebagian masyarakat masih berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga terutama gizi untuk anak-anak. Di desa, bahkan di sebagian kota, angka stunting akibat kekurangan gizi kronik masih sekitar 30 persen. Ini harus menjadi perhatian kita semua.
Anak yang mengalami stunting tidak hanya terhambat pertumbuhan fisiknya, tetapi juga pertumbuhan kecerdasannya. Padahal, mereka akan menghadapi kompetisi dengan remaja sebaya di negeri-negeri lain. Kita ingin sekali memanfaatkan bonus demografi yang sedang berlangsung di negeri kita.
Mengembalikan fungsi puskesmas
Saya tertarik dengan kisah Anda bertugas di puskesmas di masa lalu itu. Sudah banyak pakar yang mengkritik peran puskesmas sekarang ini, tetapi untuk mengembalikan fungsi puskesmas kita harus membenahi banyak hal.
Jumlah puskesmas dewasa ini sudah lebih dari 10.000. Puskesmas yang belum mempunyai tenaga dokter masih banyak karena peraturan yang mewajibkan dokter ke daerah sudah dicabut.
Baca Juga: Mereka yang Ingin Menjadi Dokter di Tempat Terpencil
Anda benar, salah satu tugas puskesmas adalah menjadi layanan primer yang dibiayai oleh BPJS. Akibatnya, puskesmas harus menjadikan layanan kesehatan sebagai kegiatan yang penting dan sering kali utama sesuai dengan pembiayaan dari BPJS. Menurut peraturan, BPJS memang lebih pada pembiayaan kuratif sehingga BPJS akan mengharapkan puskesmas dapat memberikan layanan kesehatan perorangan yang memusatkan kepada pasien dan keluarga.
Tenaga puskesmas banyak terserap ke kuratif. Komposisi sumber daya manusia kita masih belum ideal. Jumlah tenaga penyuluh kesehatan serta tenaga surveilans penyakit masih amat kurang.
Di banyak negeri tugas pemerintah lebih diprioritaskan untuk pembinaan kesehatan masyarakat. Layanan kesehatan perorangan tetap ada, tetapi lebih banyak dilaksanakan oleh swasta. Alokasi anggaran kesehatan kita masih tinggi untuk layanan kesehatan perorangan dan untuk rumah sakit pemerintah.
Anggaran untuk promosi dan pencegahan penyakit masih kurang. Kementerian Kesehatan kabarnya sedang mencoba meningkatkan anggaran pencegahan ini. Akan tetapi, hambatan yang berupa undang-undang ataupun peraturan harus diubah terlebih dahulu.
Jika kita perhatikan tingkat kesehatan masyarakat di berbagai negeri, tampaknya tingkat kesehatan masyarakat akan tinggi jika upaya penyuluhan dan pencegahan penyakit dapat berjalan dengan baik. Masyarakat mengamalkan gaya hidup sehat, sementara pemerintah mendorong masyarakat mengamalkan gaya hidup sehat.
Peraturan tentang rokok, alkohol, dan zat adiktif perlu cukup keras untuk mengurangi penggunaannya. Di negeri kita, kebiasaan merokok pada orang laki-laki dewasa masih amat tinggi. Bahkan, pandemi Covid-19 sekalipun kurang berpengaruh pada kebiasaan merokok.
Kita tidak hanya berharap kepada pemerintah, tetapi sebagai anggota masyarakat kita hendaknya secara sadar memelihara kesehatan diri dan keluarga kita. Pengalaman Anda bertugas di puskesmas zaman dulu semoga menjadi peringatan bagi kita semua untuk merumuskan fungsi puskesmas yang sesuai dalam pembangunan kesehatan di negeri kita. Terima kasih.