Ekosistem Belajar Sepanjang Hayat Sendi Transformasi Pendidikan
Menuju Society 5.0, ada sebuah literasi baru yang harus mulai dibangun sebagai budaya baru di berbagai elemen pendidikan Indonesia. Literasi baru tersebut berupa keterampilan untuk belajar sepanjang hayat.
Oleh
ASTRID WIDAYANI
·5 menit baca
Mengutip dari beberapa istilah baru di dunia pendidikan yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada Konferensi Forum Rektor secara virtual pada 27 Juli 2021 tentang teknologi sebagai master disrupsi, maka dibutuhkan kompetensi baru yang harus dimiliki setiap insan pendidikan, yaitu hybrid knowledge competency. Keluaran atau output pendidikan Indonesia dipandang menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kemajuan dan ketahanan bangsa di era Industri 4.0 ini.
Ada pula istilah yang disampaikan, yaitu lulusan perguruan tinggi Indonesia diharapkan mampu menjadi socio techno innopreneur. Semua hal yang disampaikan pada pidato tersebut mengacu pada tantangan disrupsi teknologi yang mengarahkan literasi baru di dunia pendidikan masuk ke ranah literasi digital, sosial, dan pemahaman mengenai lifelong learning.
Banyak perubahan yang terjadi dalam sektor pendidikan di Indonesia selama satu tahun terakhir. Mulai dari berbagai kebijakan baru dari pemerintah hingga perubahan eksternal yang tidak dapat dihindari, yaitu pandemi global yang menjadikan perubahan di bidang pendidikan sebagai sebuah keniscayaan.
Menyikapi banyak standar yang harus dipenuhi pendidikan Indonesia menuju Society 5.0, setidaknya ada sebuah literasi baru yang harus mulai dibangun sebagai budaya baru di berbagai elemen pendidikan Indonesia. Literasi baru tersebut berupa keterampilan untuk belajar sepanjang hayat atau dikenal dengan istilah lifelong learning.
Setiap individu pasti memiliki motivasi yang berbeda ketika akan mulai masuk proses belajar. Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian seperti saat ini, pasti sangat sulit untuk memulai kembali semangat ataupun motivasi belajar.
Sementara itu, tuntutan keterampilan abad ke-21 membutuhkan kemampuan baru untuk menyelesaikan masalah riil di masyarakat, yakni sebagai collaborative problem solver yang mengombinasikan antara kemampuan kognitif dan keterampilan sosial. Pendekatan baru ini harus dilandasi dengan pemahaman dan penguatan beberapa soft skills yang harus dikuasai, di antaranya kreativitas (creative thinking), berpikir kritis (critical thinking), inovasi (innovation), kolaborasi (collaboration), dan mampu memecahkan masalah di masyarakat (problem solving).
”Education 4.0”
Ketika banyak artikel yang membahas tentang Industri 4.0, tidak banyak yang membahas tentang Education 4.0 yang justru menjadi tolok ukur perubahan pendidikan Indonesia. Pendekatan Education 4.0 memfokuskan pada bagaimana pendidikan bisa terintegrasi dengan teknologi. Apabila dilihat dari proses pembelajaran, akan dikenal metode baru pembelajaran, misalnya dengan online learning (pembelajaran daring) atau hybrid learning (pembelajaran campuran) yang merupakan gabungan antara kelas tatap muka dan pembelajaran daring.
Banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan pendekatan ini, terutama kebebasan menerima informasi dari berbagai media atau platform pendidikan serta penggunaan data dan materi yang bisa lebih mudah dibagikan sehingga sangat membantu pemerataan pendidikan di Indonesia. Peran lifelong learning sebagai salah satu literasi baru selain literasi digital, literasi data, dan literasi sosial sangat diperlukan khususnya sebagai sendi transformasi pendidikan yang menggerakkan perubahan.
Lifelong learning membantu setiap individu lebih cepat tanggap dan bergerak sesuai dengan kebutuhan di era Education 4.0. Jika setiap anggota organisasi atau institusi pendidikan tidak bisa melihat banyak manfaat yang bisa dimiliki dengan pendidikan berbasis teknologi ini, hal tersebut akan menjadi hambatan internal dalam proses integrasi digital.
Dalam menghadapi penyesuaian terhadap perubahan, berbagai pihak di seluruh lapisan pendidikan harus mulai berani keluar dari zona nyaman untuk mempelajari berbagai literasi baru, termasuk membangun ekosistem lifelong learning di dalam institusinya. Meski demikian, sampai sekarang baik keterbatasan literasi maupun ketersediaan sarana prasarana khususnya media pembelajaran menggunakan teknologi masih sering menjadi permasalahan tersendiri dalam proses transformasi digital di dalam institusi pendidikan.
Untuk memulai pendekatan lifelong learning sebagai literasi baru, setidaknya setiap pimpinan atau pemangku kepentingan terlebih dahulu menyesuaikan visi misinya sehingga perubahan budaya baru bisa terlaksana. Dengan menggunakan pendekatan ini, setiap bagian dari struktur organisasi hingga peserta didik akan memiliki motivasi belajar tentang berbagai hal yang menjadi isu di masyarakat dan memiliki kemampuan collaborative problem solving.
Untuk memulai pendekatan lifelong learning sebagai literasi baru, setidaknya setiap pimpinan atau pemangku kepentingan terlebih dahulu menyesuaikan visi misinya.
Hal yang menjadi perhatian adalah bagaimana setiap organisasi atau institusi bisa menciptakan metode yang menarik ketika ingin menghadirkan sebuah keterampilan baru yang akan dipelajari atau dikembangkan, misalnya pemanfaatan teknologi dengan menggunakan audio visual maupun media pembelajaran dengan platform baru. Selain itu, komunikasi dan pemahaman budaya organisasi juga menjadi faktor penting bagaimana proses lifelong learning bisa diterima dan diimplementasikan dengan baik.
Pemanfaatan media teknologi sebagai sarana pembelajaran seharusnya bisa menjadi starting point proses transformasi pendidikan di era Education 4.0. Kecakapan digital baik dari guru maupun siswa menjadi prioritas dalam proses pembelajaran sehingga akan menciptakan output yang inovatif dan terampil di masing-masing industri yang ditekuni. Peran lifelong learning akan berpengaruh pada motivasi, kolaborasi, kualitas pendalaman materi, serta keterampilan dari output yang dihasilkan.
Pada akhirnya, membangun budaya lifelong learning akan menjadi sendi yang menggerakkan seluruh elemen dalam organisasi atau institusi. Proses pergeseran pendidikan (education shifting) akan menggeser pendidikan untuk terus bergerak menjadi bagian dari teknologi menuju satu kesatuan dengan sebutan Education Technology (EduTech). Bahkan, di dalam tingkat pendidikan tinggi, kampus di Indonesia diharapkan mampu menjadi EduTech institution yang menerapkan teknologi dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Dengan memaksimalkan instrumen pendidikan sesuai dengan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, diharapkan proses pembangunan ekosistem belajar dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja melalui lifelong learning bisa menunjang kualitas output pendidikan Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan industri. Maka, keberhasilan transformasi pendidikan Indonesia dapat dilihat dari kemampuan bangsa kita dalam menciptakan SDM yang berkualitas, terampil, dan melek teknologi yang mampu membawa bangsa kita semakin maju dengan terbentuknya ekosistem lifelong learning.
Astrid Widayani, Dosen Manajemen Stratejik, Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta; Mahasiswa Doctoral Program, Doctor of Business Administration, Business Transformation and Entrepreneurship, Business School Lausanne, Switzerland