Sejumlah perusahaan China gencar mengembangkan teknologi metaverse. Namun, mereka segera mendapat tekanan dari otoritas.
Oleh
Andreas Maryoto
·5 menit baca
Agustus lalu sejumlah perusahaan China seperti ByteDance dan Tencent diketahui mengembangkan kehadiran teknologi dunia lain atau metaverse. Akan tetapi, dalam beberapa pekan kemudian saham-saham perusahaan yang terkait dengan pengembangan metaverse bertumbangan. Analisis yang muncul menyebutkan China tidak menyukai perkembangan ini.
Langkah-langkah China untuk menekan perusahaan teknologi memang sudah diketahui publik sejak beberapa bulan yang lalu. Alibaba menjadi korban pertama. Akan tetapi, tindakan otoritas China terhadap perusahaan yang mengembangkan metaverse baru diketahui awal pekan ini. Metaverse adalah sebuah dunia yang merupakan gabungan dunia virtual yang dilengkapi dengan realitas virtual (virtual reality) dan juga realitas yang ditambahkan (augmented reality).
Di dalam dunia itu orang yang selama ini bisa bertemu secara virtual akan bertemu langsung dengan sosok tersebut dengan menggunakan avatar. Metaverse sudah menjadi agenda utama banyak perusahaan teknologi besar di seluruh dunia mulai dari Facebook AS, Microsoft, dan lain-lain. Mereka berlomba secara global untuk menciptakan dunia baru itu.
Awal September lalu saham-saham perusahaan teknologi di China yang berkait dengan metaverse tiba-tiba merosot. Investor yang melihat peluang di pengembangan metaverse dan kemudian membeli saham-saham itu berharap mendapat untung. Namun, mereka harus gigit jari. Otoritas bursa China memperingatkan dalam sebuah komentar yang sangat pedas.
”Jika orang secara membabi buta berinvestasi ke dalam sebuah konsep ilusi besar seperti metaverse, mereka akan terbakar pada akhirnya,” demikian peringatan otoritas bursa China beberapa waktu lalu. Komentar itu muncul sehari setelah Bursa Efek Shenzhen mengirim surat ke Zhejiang Jinke Culture Industry Co, mendesak perusahaan seluler itu untuk memperkuat klaimnya bahwa ia memiliki basis pelanggan untuk mengembangkan produk metaverse.
Waktu itu saham yang berkaitan dengan pengembangan metaverse seperti Wondershare Technology (berkode 300624.SZ) dan Wahlap Technology (301011.SZ) merosot lebih dari 10 persen. Sementara Goertek (002241.SZ) kehilangan lebih dari 8 persen valuasinya, saham AVIT Ltd (300264.SZ) jatuh 13 persen, dan saham Perfect World (002624.SZ) turun 5 persen.
Keadaan ini sungguh berbanding terbalik dengan gairah yang muncul pada awal tahun ini. Sejumlah perusahaan teknologi di negara itu telah melihat peluang bisnis yang besar terkait dengan metaverse. Sebuah laman bernama Pingwest menyebutkan, kegilaan metaverse telah melanda kalangan industri gim, media sosial China sebagai perusahaan teknologi besar, dan perusahaan modal ventura. Mereka sangat ingin segera masuk ke bisnis metaverse.
Mereka bergabung dan terlibat di dalam perebutan usaha rintisan yang tengah mengembangkan metaverse. Mereka kemudian mengucurkan dana ke usaha itu. Pada tahun ini saja, ada beberapa investasi signifikan dan kolaborasi penting di pengembangan metaverse. Sejauh ini, investasi terbesar untuk pengembangan metaverse telah masuk ke putaran pembiayaan seri C. Seri ini telah didapat oleh pengembang gim bernama MetaApp. Dana yang didapat sebesar 100 juta dollar AS pada bulan Maret.
MetaApp mengklaim bahwa putaran pembiayaan tersebut adalah penggalangan dana tunggal paling terbesar hingga saat ini di dalam pengembangan metaverse di China. Pengembang mengatakan hasil bersih dari putaran pembiayaan akan digunakan untuk mendanai pengembangan komunitas virtual yang interaktif. Dengan teknologi itu, para pengguna dapat masuk ke dalam dunia lain, menjelajah, dan berkreasi.
Sementara itu, masih dari laman Pingwest, pemilik Tiktok, yaitu ByteDance, juga menjajaki potensi bisnis dari konsep metaverse dengan menginvestasikan 100 juta yuan di Reworld. Platform mirip Roblox ini memungkinkan pengguna untuk membuat dunia gim mereka dan membaginya dengan ribuan pemain menggunakan mesin simulasinya. Namun, Reworld mengakui masih memiliki jalan panjang untuk mengejar Roblox.
ByteDance juga dikabarkan telah melakukan lompatan pertamanya ke industri VR dengan mengakuisisi Pico. Perusahaan ini adalah pembuat headset VR China. Seperangkat teknologi perangkat lunak dan perangkat keras Pico yang komprehensif, serta bakat dan keahlian mendalam dari tim, akan mendukung masuknya ByteDance ke ruang VR dan investasi jangka panjang di bidang yang sedang berkembang ini. Mereka optimistis tentang masa depan VR dan keselarasannya dengan misi mereka.
Perusahaan yang bermarkas di Beijing itu tidak mengungkapkan nilai kesepakatan tersebut. Pico mengatakan dalam sebuah surat kepada karyawannya bahwa mereka akan bergabung ke dalam bisnis terkait VR ByteDance. Untuk selanjutnya, mereka akan berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan produk dan ekosistem pengembang teknologi metaverse.
Melihat dua hal yang saling berlawanan itu, kita kemudian bertanya soal nasib pengembangan metaverse di China. Apakah benar nasib metaverse bakal tumbang? Apakah yang terjadi setelah Pemerintah China menekan perusahaan teknologi, bahkan terhadap mereka yang berafiliasi dengan pengembangan metaverse?
Seorang penulis opini bernama Wang Yongli di laman Caixinglobal pada Selasa lalu menyebutkan, metaverse saat ini menjadi salah satu topik terpanas di pasar modal China. Ia masih menyebut metaverse sebagai calon ”ledakan” baru di bidang teknologi digital. ”Ini bukan yang pertama, atau yang terakhir. Dalam dua dekade terakhir, kami telah melihat ledakan ide-ide teknologi muncul satu demi satu di pasar,” tulisnya.
Kenyataannya industri pendukung juga tetap optimistis tentang pengembangan teknologi metaverse ini. Industri realitas virtual dan realitas tertambahkan siap untuk mendapatkan order karena beberapa perusahaan raksasa internet telah menggarisbawahi betapa pentingnya membangun teknologi metaverse. Metaverse merupakan kata kunci teknologi untuk fase internet berikutnya di mana dunia fisik bergabung dengan virtual.
Laman Chinadaily juga menyebutkan, baik teknologi VR dan AR adalah komponen penting dari metaverse. Para ahli mencatat bahwa lebih banyak upaya harus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan perangkat keras dan peralatan tersebut dengan cara memperkuat produksi konten sehingga kenaikan jumlah pengguna dapat memotong biaya penelitian dan pengembangan serta membangun ekosistem yang lebih lengkap.
China mungkin saja ”takut” dengan pengembangan metaverse dan juga pengembangan teknologi digital lainnya. Salah satu kecemasan adalah mereka menjadi sangat besar dan akan berdiri melampai kehadiran negara. Akan tetapi, melihat pengembangan mateverse dan juga teknologi sebelumnya, sepertinya China juga tidak akan berdiam diri. Teknologi digital adalah salah satu keunggulan China sehingga mereka dianggap di mata dunia.
Kita tunggu saja, apa sebenarnya yang akan dilakukan China?