Tak Lama Lagi Kita Bakal Hidup di Dua Dunia
Kehidupan yang dilakukan secara virtual mungkin suatu saat menemukan ”keberadaannya” di dunia meta. Selamat datang dunia lain!

Andreas Maryoto, wartawan senior ”Kompas”
Saat pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan bahwa perusahaannya akan berkembang dari perusahaan media sosial menjadi perusahaan metaverse pada Juli 2021, sontak orang membahas metaverse. Terjemahan bebas metaverse adalah dunia yang melampaui kenyataan sekarang ini dan berbasis dunia virtual yang dilengkapi berbagai teknologi sehingga ”manusia” bisa hadir.
Kita perlu bersiap untuk hidup di dua dunia, dunia nyata sekarang ini dan dunia yang disebut metaverse itu.
Di dunia mode telah muncul diskusi tentang metaverse meski masih dipahami sebagai ruang tiga dimensi. Mereka memiliki ide untuk menjual baju digital yang bisa digunakan di dunia meta itu. Orang yang muncul sebagai avatar berbelanja kemudian membeli baju serta mengenakannya.
Mereka masih melihat fenomena ini aneh. Akan tetapi, kenyataannya, di dunia gim, berbagai merek mode telah masuk ke dalam industri gim. Para pelaku di permainan itu mengenakan berbagai merek mode meski dalam konteks sponsor.
Bagaimana kita bisa memahami metaverse? Sebenarnya untuk memahami dunia meta itu tidaklah terlalu rumit. Selama ini kita memiliki akun-akun di media sosial dan kita berinteraksi dengan orang lain. Eksistensi fisik kita ada, eksistensi virtual kita juga ada.
Dunia virtual inilah yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi dan kemudian dilengkapi dengan teknologi realitas virtual (virtual reality/VR) serta realitas yang ditambahkan (augmented reality/AR) menjadi metaverse. Pada saatnya, interaksi virtual itu menjadi ”nyata” di dunia baru.

Logo Facebook dilayar komputer, 26 Agustus 2021. Perusahaan media sosial ini menginginkan penggunanya hidup di dalam metaverse Facebook.
Kalau di dalam media sosial kita memiliki identitas, di dalam metaverse tidak hanya identitas, tetapi juga kita hadir menjadi ”sosok”. Kita masuk ke dalam dunia itu dan beraktivitas seperti biasa, semisal naik mobil, pergi ke kantor, berbelanja, dan bermain. Akan tetapi, sejauh mana interaksinya, kita masih perlu menunggu platform ”dunia” baru itu. Namun, sepertinya purwarupa dunia yang satu ini tidak lama lagi akan muncul.
Perusahaan yang sudah berinvestasi ke metaverse adalah Facebook, Microsoft, Nvidia, dan Epic Games. Realitas virtual sekarang adalah tahap awal dari metaverse. Pandemi yang menyebabkan orang lebih sibuk di dunia virtual juga mendorong orang untuk memikirkan kehidupan baru di luar dunia nyata ini. Akan tetapi, metaverse seperti apa juga belum bisa diketahui. Orang masih banyak melakukan riset.
Menilik ke belakang sejarah mataverse, istilah ini pertama kali muncul dalam novel fiksi sains karya Neal Stephenson pada 1992 yang berjudul Snow Crash. Di dalam novel itu, manusia, yang muncul sebagai sebagai avatar, berinteraksi satu sama lain dan agen yang berbasis perangkat lunak, dalam ruang virtual tiga dimensi yang menggunakan metafora dunia nyata.
Akhir Juni lalu, Zuckerberg telah memberi tahu karyawannya tentang inisiatif baru yang tergolong ambisius. Masa depan perusahaan akan melampaui bisnisnya saat ini yang selama ini telah sukses membangun satu set aplikasi media sosial yang terhubung dan beberapa perangkat keras untuk mendukungnya. Selanjutnya, katanya, Facebook akan berusaha membangun bisnis berbasis pengalaman maksimal dan saling berhubungan langsung dengan ide dari fiksi ilmiah dunia yang dikenal sebagai metaverse itu.
Oleh karena itu, Zuckerberg menambahkan, divisi perusahaan yang berfokus pada produk untuk komunitas, pencipta, perdagangan, dan realitas virtual akan semakin bekerja keras untuk mewujudkan visi ini.
”Apa yang menurut saya paling menarik saat ini adalah bagaimana tema-tema itu akan bersatu menjadi ide yang lebih besar. Tujuan menyeluruh kami di semua inisiatif ini adalah untuk membantu menghidupkan metaverse,” kata Zuckerberg seperti dikutip di laman The Verge.

Pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg berbicara di Georgetown University, Washington, 17 Oktober 2019.
Facebook terus bergerak lebih dekat ke visi itu. Mereka mengungkapkan ruang kerja realitas virtual yang dibuat untuk mereka yang bekerja di luar kantor karena pandemi telah berhasil menghadirkan kenyataan dunia baru. Perusahaan juga sedang mengerjakan gelang pintar dan kacamata VR yang memproyeksikan mata pemakainya. Perusahaan ini menginvestasikan miliaran dollar AS untuk pengembangan proyek ini.
Perusahaan lain yang mengembangkan metaverse adalah Microsoft. Pada Mei lalu mereka mengatakan, mereka tengah sibuk dengan setumpuk proyek berbasis kecerdasan buatan, realitas virtual, dan realitas tertambahkan untuk membantu perusahaan mulai mengembangkan aplikasi metaverse.
Perusahaan ini belum memberi keterangan lebih detail tentang proyek ini. Akan tetapi, seseorang bernama Scott Stein bercerita tentang pengalamannya hidup di ruang virtual bersama orang Microsoft.
”Saya bertemu dengan Alex Kipman dari Microsoft pada awal tahun ini saat dia mendemonstrasikan Microsoft Mesh (platform teknologi yang memungkinkan penggunanya terhubung dan hadir, berbagi seluruh ruang, dan berkolaborasi dengan cara yang imersif, seolah-olah mereka bertemu secara langsung meski mereka berada di lokasi fisik terpisah). Saya memakai kacamata pintar Hololens 2 dan melihat avatarnya mengambang di rumah saya. Kami berbicara sebentar dan bertemu di meja virtual,” tutur Stein di dalam laman CNet.
Metaverse memang tidak akan hadir hari ini atau dalam waktu dekat, tetapi sepertinya tinggal menunggu waktu saja melihat proyek-proyek inovasi yang sedang dikerjakan oleh perusahaan teknologi. Tidak ada tanggal yang jelas untuk kedatangannya atau setidaknya pengumuman keberhasilan mereka membuat platform kehidupan dunia meta itu. Akan tetapi, sekali lagi, tidak akan lama lagi.

Logo Microsoft di sebuah gedung di Chevy Chase, Maryland, 20 Mei 2021. Microsoft juga mengembangkan ruang kehidupan metaverse.
Meski demikian, kita harus mengakui, masalah yang juga muncul mengiringi produk berbasis realitas tertambahkan dan realitas virtual adalah belum mampunya produk ini menghipnotis massa untuk menggunakannya. Penjualan produk itu tidak terlalu bagus. Produk ini hanya dipakai oleh orang yang mempunyai minat khusus. Facebook pada 2017, yang berupaya membawa satu miliar orang menggunakan produk berbasis VR, yaitu Oculus, pun belum berhasil.
Kelak ketika platform ”kehidupan” itu ditentukan, mungkin di dalamnya terdapat berbagai produk dan layanan yang selama ini kita kenal, dari mulai mata uang digital, mode digital, permainan digital, hingga karya seni digital yang berbentuk NFT. Semua sudah ada, tetapi yang sedang diwujudkan adalah platform ”ruang kehidupan” dunia lain itu.
Kelak apabila ruang itu berhasil ditemukan, karya seni yang berbentuk NFT bisa digantungkan di ”rumah” kita. Ibadah yang dilakukan virtual mungkin suatu saat menemukan ”keberadaanya” di dunia meta. Selamat datang dunia lain!