Ingin Menjadi Dokter Desa
Sebagian warga kota akan beralih ke desa di masa depan. Hal itu dilakukan tidak hanya untuk menikmati masa pensiun, tetapi juga untuk mengabdi dan berkembang, termasuk menjadi dokter desa.
Saya sekarang mahasiswi fakultas kedokteran semester VII. Sejak kecil saya tinggal di desa bersama keluarga. Ayah saya kepala sekolah di desa kami. Ketika saya di SMU, ayah dipindahkan ke kota dan kami ikut ayah. Saya beruntung dapat diterima di fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri di kota kami.
Meski sudah tinggal sekitar enam tahun di kota, saya masih terkenang kehidupan di desa. Desa kami tak sebagus kota, tetapi merupakan tempat yang nyaman untuk tinggal. Lingkungan masih hijau, air jernih, dan penduduknya ramah.
Saya merasa tertarik untuk kembali ke desa nanti jika sudah lulus menjadi dokter. Saya ingin mengabdikan ilmu kedokteran saya untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat desa.
Di kota tempat saya tinggal banyak rumah sakit dan klinik yang cukup megah. Teman-teman saya ingin menjadi spesialis dan bekerja di rumah sakit modern. Saya menghormati pilihan mereka, tetapi saya merasa desa-desa di Indonesia juga membutuhkan tenaga kesehatan, termasuk dokter.
Anda punya kesempatan mengabdi di desa dan saya yakin Anda juga akan menikmati kehidupan di desa yang tenang, hijau, dan damai.
Jika saya mengutarakan rencana saya kepada orangtua saya, mereka umumnya mendukung, hanya khawatir dengan pendapatan dokter di desa. Apakah dokter di desa akan mempunyai penghasilan cukup untuk menghidupi keluarga?
Saya berkeyakinan bahwa dokter tidak akan kelaparan, tidak akan kekurangan karena dokter bisa bergaul erat dengan masyarakat. Meski masyarakat mungkin tak punya uang, mereka punya hasil tani dan ternak.
Saya pernah mendengar ceramah dokter tentang masa depan desa kita. Apakah seorang dokter desa dapat berperan dalam membangun desa terutama di bidang kesehatan? Apakah keluarga seorang dokter desa akan dapat hidup cukup, termasuk untuk mendidik anak mereka?
Ini saya tanyakan karena saya sering membaca kehidupan desa sekarang sudah lebih maju. Pemerintah membangun jalan ke desa, sumber air bersih dan listrik juga tersedia. Bahkan Wi-Fi juga sudah tersedia di sebagian besar desa.
Setahu saya yang banyak bertugas di desa dan daerah terpencil adalah tenaga kesehatan. Bagaimana dengan sarjana di bidang lain, misalnya pertanian, teknik, dan lain-lain? Apakah mereka juga tertarik membangun desa? Alangkah baiknya jika sebagian sarjana yang lulus dari perguruan tinggi tidak hanya mau bekerja di kota besar, tetapi juga membangun desa.
Saya ingin menjadi dokter desa, di desa mana saja, tak harus desa saya sendiri. Saya ingin memelihara kesehatan ibu, anak, dan masyarakat lain agar sehat dan produktif. Saya ingin ikut dalam mencegah stunting (gagal tumbuh). Saya berharap anak Indonesia dapat tumbuh kembang dengan baik, jangan sampai gagal tumbuh secara fisik ataupun otak.
Kita sudah memasuki era bonus demografi, penduduk usia produktif melebih usia nonproduktif. Ini merupakan kesempatan untuk mempercepat pembangunan ekonomi kita. Bagaimana pendapat Dokter?
L di B
Desa merupakan pilihan hidup di masa depan. Negeri kita mempunyai sekitar 80.000 desa dan kita bersyukur desa sekarang sudah banyak yang berubah. Pemerintah memperhatikan pembangunan desa, bahkan pemerintah menyediakan dana sekitar Rp 1 miliar per tahun untuk merangsang pembangunan desa.
Baca juga : Tantangan Menuju Indonesia Sehat 2045
Anda benar, sebenarnya di samping dana, yang mempercepat pembangunan desa ialah infrastruktur, termasuk sarana teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi telah membuka kesempatan bagi remaja desa untuk belajar, berlatih, berkomunikasi, dan memasarkan produk desa.
Jika dulu produk desa hanya dapat dijual di pasar desa ataupun pasar kecamatan, sekarang pasar desa telah dapat mencapai seluruh Indonesia, bahkan pasar internasional melalui pemasaran online (daring).
Banyak pengusaha dan sarjana melihat kesempatan berkembang di desa. Anda mungkin mengenal Novi Bayu yang menjadi pelopor kampung marketer di desa Purbalingga Utara. Novi melatih para remaja desa menjadi pemasar daring. Mulanya hanya dua sampai tiga orang, tetapi sekarang di kampung marketer sudah ada sekitar 700 remaja yang berperan sebagai pemasar atau marketer daring.
Mereka memasarkan produk dari kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang, melalui pemasaran daring. Usaha ini berhasil, pemasaran produk tersebut meningkat sehingga perusahaan yang meminta jasa kampung marketer bertambah banyak. Kantor untuk pemasaran adalah rumah penduduk, lebih dari 20 rumah penduduk digunakan untuk kantor.
Keberhasilan kampung marketer menarik perhatian remaja desa di daerah lain. Mereka datang untuk belajar ke kampung marketer sehingga kampung ini ramai dikunjungi para remaja yang ingin menjadi pemasar produk secara daring.
Baca juga : Atasi Kesenjangan Kesehatan
Ricky Elson, peneliti mobil listrik yang bekerja di perusahaan besar di Jepang, pulang ke Indonesia. Dia sekarang berada di Desa Ciherang, Tasikmalaya, melatih remaja desa membangkitkan listrik dari energi terbarukan, seperti angin dan ombak.
Adi setiadi, pendiri Pelita Desa di Ciseeng, mengajak penduduk memelihara ikan dan tanaman hias dan menjualkannya, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Jadi, kini remaja kota dapat melanjutkan pendidikan, remaja desa juga bisa menempuh pendidikan secara tatap muka ataupun jarak jauh. Remaja kota punya potensi mendapat penghasilan besar, remaja desa juga dapat memiliki penghasilan besar, bahkan persaingan di desa belum ketat.
Kalau remaja kota bisa bepergian ke luar negeri, kini remaja desa juga punya kesempatan sama. Jadi, tak hanya tenaga kesehatan yang minat bekerja di desa, tapi juga dari bidang lain.
Dokter di pedalaman
Dokter bertugas di pedalaman sudah sejak zaman dulu. Misalnya almarhum Prof Suwadji, pelopor bedah saraf di Indonesia, sewaktu dokter umum pernah bertugas di pedalaman Kalimantan Timur.
Begitu pula Dokter Suwondo, pernah bertugas di daerah terpencil. Waktu itu bertugas di daerah terpencil penuh tantangan karena sarana transportasi dan komunikasi masih lemah.
Kalau remaja kota bisa bepergian ke luar negeri, kini remaja desa juga punya kesempatan sama. Jadi, tak hanya tenaga kesehatan yang minat bekerja di desa, tapi juga dari bidang lain.
Sekarang, meski tinggal di desa, kita dapat bekerja seperti di kota besar. Banyak orang bekerja dari rumah yang berada di desa.
Sebagian remaja memilih punya rumah kebun, luas tanah sekitar 500 meter persegi, rumah dengan kebun nyaman, daripada tinggal di apartemen dan tiap hari terganggu dengan kemacetan lalu lintas.
Minat untuk tinggal dan berkembang di desa amat memungkinkan. Kehidupan petani kita di desa memprihatinkan karena mereka terjebak menjadi buruh tani. Kehadiran para pengusaha muda dan para sarjana yang mempunyai idealisme untuk membangun desa akan dapat meningkatkan pendapatan warga desa secara keseluruhan.
Tiga tahun lagi mungkin Anda akan lulus dokter. Desa kita akan makin tumbuh dan maju. Anda punya kesempatan mengabdi di desa dan saya yakin Anda juga akan menikmati kehidupan di desa yang tenang, hijau, dan damai.
Pembangunan kota kita menjadikan sebagian besar warga kota hidup tegang dan lelah. Sebagian warga mungkin akan pindah ke kota untuk mendapat kehidupan lebih sejahtera dan nyaman.
Jika dulu yang terjadi adalah urbanisasi, kemungkinan di masa depan sebagian warga kota akan beralih ke desa. Tak hanya untuk menikmati masa pensiun, tetapi juga untuk mengabdi dan berkembang seperti cita-cita Anda menjadi dokter desa.