Semasa hidupnya, Prof Susanto Imam Rahayu konsisten mengembangkan dan mengajarkan kimia di ITB. Beliau juga banyak berkontribusi dalam pengembangan Sains Dasar dan Pendidikan Sains.
Oleh
ISMUNANDAR
·4 menit baca
DIDIE SW
Didie SW
”All theoretical chemistry is really physics; and all theoretical chemists know it.” (Richard Feynman, pemenang Nobel Fisika 1965)
Bagi lulusan Kimia Institut Teknologi Bandung dan banyak dosen Kimia di Indonesia, begitu mendengar nama almarhum Prof Susanto Imam Rahayu langsung menghubungkannya dengan Kimia Teori. Begitulah Pak Santo dari tahun 1960-an berkarier di ITB, hingga purnabakti 2005, dan wafat pada 28 Agustus 2021 di usia 86 tahun, tanpa pernah berhenti mengembangkan dan mengajarkan Kimia, dan menjadi mahaguru Kimia Teori.
Beliau belajar Kimia Teori di University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat. Beliau adalah generasi ketiga, dalam pohon keilmuan, Teori Transport Gas. Beliau belajar dari Charless Curtis, yang merupakan murid Joseph Hirschfelder, tokoh besar teori transport gas. Kebesaran Hirschfelder diabadikan sebagai nama hadiah yang diberikan tahunan oleh University of Wisconsin bagi kimiawan teori bereputasi internasional.
Karena topik penelitian yang terus dikerjakan Pak Santo adalah topik yang berat, tidak banyak mahasiswa program doktor yang dibimbingnya dalam topik Kimia Teori murni. Jauh lebih banyak doktor yang dipromotori beliau bekerja dalam topik Kimia Komputasi, Kima Fisika, bahkan Kimia Anorganik.
Seperti yang dinyatakan oleh Richard Feynman di kutipan di atas, yang dikerjakan dalam penelitian Pak Santo adalah Fisika. Namun tidak hanya dalam penelitian, dalam pendidikan pun beliau selalu mengingatkan bahwa lulusan Kimia hendaknya memiliki pemahaman mendalam sampai tingkat atomik. Hal terakhir ini berarti pemahaman tentang aspek kuantum.
Jejak-jejak pemikiran Pak Santo terkait hal ini terlihat jelas di struktur kurikulum program studi Kimia, yang mengandung kuliah Fisika Kuantum dan Kalkulus hingga tiga (bahkan dahulu 4) semester. Banyak mahasiswa Kimia yang mengeluh, berharap dengan mengambil jurusan Kimia akan terhindar dari Matematika. Namun, sesungguhnya melalui latihan panjang, termasuk kuliah Kalkulus dan Fisika Modern ini, diberikan latihan penalaran yang runtut dan eksak bagi semua lulusan Kimia.
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM
Seorang asisten peneliti tengah melakukan pengujian filtrasi bakteri (BFE) terhadap masker berlabel N95 di kotak Biological Safety Cabinet (BSC) yang sudah dilengkapi HEPA filter di Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Bioproses di Program Studi Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, Rabu (31/3/2021).
Peran besar dalam pendidikan
Selain peran besar dalam Kimia seperti dibahas di atas, beliau pun banyak berperan dalam pengembangan kelembagaan di ITB. Jejaknya adalah program Tahun Pertama Bersama (TPB) ITB. Dari tahun 1973 hingga kini, mahasiswa ITB mengikuti tahun pertama yang kurang lebih kuliahnya sama. Bagi mahasiswa Sains dan Teknik, mata kuliah utamanya adalah Kalkulus, Fisika, dan Kimia.
Pak Santo adalah Kepala Lembaga TPB ITB yang pertama. Beliau pernah pula mengepalai Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) di ITB, yang salah satu kegiatannya adalah memberikan pelatihan dasar-dasar pedagogi bagi dosen ITB yang baru bertugas, yang hampir semua tidak memiliki dasar keguruan.
Sumbangan besar beliau lainnya adalah dalam seleksi nasional mahasiswa baru. Beliau selama kurun waktu yang sangat panjang menjadi desainer dan penjaga mutu soal-soal ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri.
Beliau yang menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) sejak 2002 banyak berkontribusi dalam pengembangan Sains Dasar dan Pendidikan Sains. Beberapa buku AIPI merangkum karya-karya beliau tentang ini dan juga diskusi terpumpun bersama beliau. Banyak tulisan opini beliau di harian ini menjadi catatan kepedulian beliau pada Sains, Pendidikan Sains, serta kelembagaannya.
Pak Santo adalah pribadi yang hangat dan selalu menjaga persahabatan. Beliaulah yang mengawali kerja sama Kimia ITB dan Kimia Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) di ”Negeri Jiran”. Persahabatan ilmiah ini berakar dalam, banyak dosen Kimia UKM adalah murid beliau di ITB dahulu.
Kami penerusnya melanjutkan persahabatan ini. Melalui konferensi bersama dan saling kunjung banyak kerja sama pendidikan dan penelitian yang dihasilkan. Kerja sama ini kini meluas ke universitas lain di Malaysia, antara lain UTM dan UM.
Sampai wafatnya Pak Santo selalu tahu perkembangan terbaru terkait Kimia, dan Kimia Teori khususnya. Pesan-pesan beliau melalui Whatsapp sebagian besar berisi tentang rilis penelitian baru dan kadang terselip pesan ”ayo Kimia ITB dan Indonesia lebih aktif, jangan ditinggal Kimia sebelah”.
Selamat jalan Pak Santo, sungguh beruntung saya dibimbing Bapak dari saat kuliah di Kimia ITB hingga mendapat kehormatan juga menjadi anggota AIPI.
Ismunandar, Dosen ITB (Plt Deputi Risbang BRIN); Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia