N-250 dijadikan simbol kebangkitan teknologi kita karena N-250 beserta produk industri strategis berteknologi tinggi lain direncanakan mengantar kita menjadi negeri industri maju.
Oleh
Eduard Lukman
·3 menit baca
Tajuk Rencana Kompas, ”Memangkas Musuh Inovasi” (Kamis, 12/8/2021), mengangkat peristiwa 26 tahun silam: penerbangan perdana N-250. Pesawat penumpang bermesin turboprop itu rancangan dan produk Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Hari itu, 10 Agustus 1995, sebagai pembantu khusus sebuah majalah kedirgantaraan nasional, saya hadir di IPTN, Bandung. Masih segar dalam ingatan saya, rasa haru dan bangga menyaksikan N-250 Gatotkaca mengangkasa dan akhirnya mendarat dengan mulus.
Peristiwa bersejarah itu menjadi dasar dicanangkannya Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas). Dua tahun kemudian kebanggaan saya bertambah. Saya berkesempatan melihat langsung penampilan N-250 di Pameran Kedirgantaraan Paris (Paris Air Show) 1997.
Sulit melukiskan perasaan melihat pesawat kita itu berjejer berdampingan dengan pesawat-pesawat mutakhir produk firma kedirgantaraan ternama dunia.
Memang, ada kontroversi saat proyek pembuatan N-250. Selain itu, tentu saja dunia teknologi bukan hanya pesawat terbang. Namun, N-250 dijadikan simbol kebangkitan teknologi kita. N-250 beserta produk industri strategis berteknologi tinggi lain direncanakan mengantar kita menjadi negeri industri maju.
Namun, seperti ditulis Tajuk Rencana Kompas di atas, dalam perjalanan waktu terjadi kekecewaan mendalam. Berbagai persoalan internal dan eksternal dipicu krisis ekonomi multidimensi 1997/1998, menggagalkan rencana dan memupus harapan.
Kompas mengulas apa yang bisa dipetik dari pengalaman pahit N-250 itu. Bahwa selain kemampuan rekayasa teknologi, tidak kurang menentukan adalah keahlian pemasaran dan manajemen yang mumpuni, didukung konsensus nasional yang padu.
Dalam konteks sekarang, untuk menyuburkan kreativitas berinovasi, juga harus dipangkas mentalitas ”kalau bisa beli, mengapa bikin sendiri”.
Di tengah krisis akibat pandemi Covid-19, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional menjadi momentum memperbarui dan menguatkan tekad mengedepankan riset dan pengembangan bidang sains serta teknologi. Semoga ini mempercepat kita masuk jajaran negeri maju.
Eduard Lukman
Jl Warga RT 014 RW 003, Pejaten Barat, Jakarta 12510
Warga Lansia Menunggu
Dari hasil penelusuran dan investigasi Kompas belum lama ini, diperoleh gambaran bahwa 75,99 persen warga lanjut usia belum mendapatkan vaksinasi. Padahal, tingkat kematiannya mencapai 46,5 persen dari total 130.182 kematian nasional yang diakibatkan Covid-19 (Kompas, 27/8/2021).
Terlihat jelas, ada korelasi kuat antara tingkat kematian warga lansia dan jumlah warga lansia yang belum divaksinasi. Kondisi ini memperlihatkan kurangnya perhatian pemerintah (daerah ataupun pusat) dalam mengupayakan percepatan vaksinasi pada kalangan lanjut usia.
Penelusuran Kompas ke sejumlah gudang vaksin di daerah menemukan alokasi vaksin untuk pemda lebih kecil daripada alokasi untuk TNI-Polri dan kolaborator penyelenggara vaksinasi dari non-pemda. Distribusi vaksin yang tidak disertai dengan catatan prioritas target sasaran vaksinasi menjadi sumber permasalahan, kenapa kaum lansia bisa terabaikan.
Di Amerika Serikat dan di beberapa negara Eropa, vaksinasi bagi kalangan lansia justru menjadi prioritas utama lantaran tingkat kerentanan kelompok ini paling tinggi. Distribusi atau persebaran vaksin di Indonesia tampak tidak proporsional terhadap skala prioritas.
Kalangan lansia seperti termarjinalkan dalam urusan vaksinasi. Apakah karena kalangan ini dianggap bukan lagi kelompok produktif sehingga mendapatkan porsi vaksinasi yang sangat kecil?
Ketidakseimbangan antara ketersediaan jumlah dosis vaksin dan target sasaran diduga kuat menjadi penyebab utama adanya kelompok-kelompok tertentu yang kurang mendapatkan porsi vaksin memadai.
Untuk itu, sebaiknya strategi distribusi vaksin nasional ditata kembali agar semua kalangan mendapatkan kesempatan dan kuota vaksin secara proporsional. Jangan timbul kesan, siapa yang punya akses dan dekat dengan pemerintah pusat, yang dapat kesempatan pertama dan jatah lebih banyak.
Bagaimana dan apa pun, kaum lansia perlu prioritas perlindungan keselamatan, di tengah hadirnya serbuan varian-varian baru Covid-19 yang semakin cepat menular serta mematikan.
Budi Sartono Soetiardjo
Pemerhati Publik, Cilame, Ngamprah, Kabupaten Bandung