Messi, Perancis, dan Wisata Bola
Banyak pihak memprediksi PSG bakal meraup keuntungan besar dengan kehadiran Messi di klub tersebut. Bahkan, gaji pemain itu dapat dibayarkan hanya dengan hasil penjualan jersey atas nama dirinya.
Siapa pun dia, jika jalan-jalan ke Eropa, kemungkinan besar akan meluangkan waktunya untuk mengunjungi Paris, Perancis. Kota mode dunia itu sungguh magnet luar biasa yang mampu menggaet orang untuk berkunjung. Tidak mengherankan, Paris dan Perancis termasuk salah satu kota dan negara di Eropa yang paling banyak dikunjungi wisatawan asing.
Misalnya, pada 2017. CEIC Data melaporkan, wisatawan asing yang mengunjungi Perancis pada tahun itu mencapai 86.860.591 orang. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 82.682.174 orang.
Meski demikian, Pemerintah Perancis dan berbagai lembaga di negeri itu tidak pernah puas dengan jumlah kunjungan wisatawan asing ke negaranya. Mereka terus melakukan promosi hingga ke seluruh dunia, menggelar berbagai kegiatan dan acara berkelas dunia yang dirasa akan menarik semakin banyak kedatangan wisatawan asing.
Ambil contoh, menjelang liburan Natal 2017, sejumlah wartawan media cetak, media daring, dan televisi nasional di Jakarta, termasuk saya dari harian Kompas, diundang Badan Pariwisata Perancis untuk mengunjungi negeri itu. Tujuannya agar orang Indonesia semakin mengenal tempat-tempat menarik di Perancis.
Perjalanan itu berlangsung 11 hari. Kami memulai dari wilayah paling selatan, yakni Nice. Dari kota berusia lebih dari 300 tahun yang berbatasan dengan Monako ini, kami menyusuri tepi Laut Mediterania menuju Cannes, kota yang setiap Mei menjadi tuan rumah festival film paling bergengsi di dunia. Acara ini selalu menyedot kedatangan ratusan ribu orang, termasuk kaum superelit yang sukses di dunia film dan mode.
Dari Cannes, perjalanan berlanjut ke Avignon, kota kecil yang pada 1305-1378 menjadi pusat agama Katolik. Pada periode tersebut, para paus terpilih akan menetap di Avignon.
Dari sana, kami bergerak ke Lyon, salah satu kota perdagangan terbesar di Perancis. Lalu ke Chamonix, wilayah dengan pemandangan salju terbaik, kemudian menuju Paris melalui Swiss.
Sebelumnya, sekitar Oktober 2017, rombongan pelaku usaha pariwisata dari Perancis mengunjungi sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mereka berdialog langsung dan menjalin kerja sama dengan pelaku biro perjalanan di Jakarta untuk mempromosikan Perancis, terutama wilayah selatan.
Baca Juga: Teka-teki Debut Messi
Bahkan, pada pertengahan tahun 2018, datang lagi satu tim promosi wisata Perancis ke Jakarta. Kali ini, mereka fokus mempromosikan wisata rohani, terutama Lourdes.
Sederetan langkah tersebut menunjukkan bahwa mereka menginginkan kunjungan wisatawan asing ke Perancis terus meningkat. Semakin banyak wisatawan, semakin banyak pula uang beredar untuk menggerakkan ekonomi setempat.
Magnet yang teramat besar
Lantas, apa hubungan Lionel Messi dengan pariwisata Perancis? Pemain sepak bola berkebangsaan Argentina yang baru saja dikontrak klub Paris Saint-Germain (PSG) itu sesungguhnya adalah ikon pariwisata dunia.
Apalagi, dalam industri sepak bola saat ini, ketika penghasilan klub tidak semata-mata dari penjualan tiket. Ada banyak peluang yang bisa digarap untuk memberikan pemasukan bagi klub.
Pemain bintang menjadi salah satu kekuatan yang dapat diandalkan. Hampir semua klub di Eropa menata dan mengelola markasnya, termasuk stadion, sebagai daya tarik kunjungan para penggemar dan wisatawan.
Baca Juga: Duet Messi-Ronaldo Berpotensi Tercipta di Grup A Liga Champions
Keterampilan Messi dalam mengolah ”si kulit bundar” menjadikannya megabintang sejagat. Di luar itu, ia memiliki daya tarik lain bak magnet besar yang mampu menyedot uang besar dari aspek lain di luar lapangan.
Lihat saja selama di Barcelona. Setiap tahun, jutaan pencinta sepak bola penggemar Lionel Messi dan klub Barca mendatangi kota Barcelona, termasuk Camp Nou, yang menjadi markas klub kebanggaan masyarakat Catalan itu.
Selain menonton pertandingan, mereka juga berwisata mengelilingi markas Barca untuk melihat stadion, merasakan sensasi di ruang ganti pemain, melihat trofi, ruangan sauna dan jacuzzi, tempat pemain berelaksasi, lalu melihat sepatu lawas Messi yang ada dalam kotak kaca, dan lain sebagainya. Motivasi utama pengunjung adalah merasakan aura Messi dari dekat.
Untuk menikmati paket komplet mengelilingi Camp Nou dan menjelahi ruang ganti Messi serta pemain Barcelona lainnya tidaklah murah. Setiap pengunjung dikenakan biaya 84 euro atau sekitar Rp 1,416 juta.
Meski harga tiketnya lumayan mahal, ternyata tidak menyurutkan semangat pencinta dan penggemar klub Barcelona dan Messi untuk mengunjungi Museum Barcelona ini.
Menurut laporan El Mundo, pada 2014 jumlah pengunjung Museum Barcelona melalui Camp Nou Experience mencapai 1,5 juta orang. Tahun 2017, jumlah kunjungan meningkat menjadi sekitar 1,7 juta orang. Messi menjadi salah satu faktor utama yang mendongkrak jumlah pengunjung begitu banyak.
Baca Juga: Efek Domino Hilangnya ”Magnet Euro”
Dengan pengunjung sebanyak itu, Camp Nou menduduki urutan keempat museum paling banyak dikunjungi di Barcelona, setelah Museum Dali yang dikunjungi 1.535.170 orang, Museum Prado dengan 2.536.844 orang, dan Museum Reina Sofia sebanyak 2.667.166 pengunjung. Dengan kunjungan yang mengalir terus, Camp Nou mampu menghidupi diri sendiri pada masa sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Apa yang terjadi di Barcelona bukan tidak mungkin akan berulang di Paris Saint-Germain (PSG). Antusiasme penggemar Messi akan membuat Markas PSG sebagai salah satu tujuan wisata terpopuler di Paris, selain Menara Eiffel. Jutaan pengunjung bakal datang guna merasakan dari dekat aura Lionel Messi, termasuk untuk menonton sang idola bermain.
Gelagat ini tampak dari antusiasme para penggemar ketika menyambut Messi dan keluarganya saat tiba di markas PSG, Rabu (11/8/2021). Serbuan wisatawan bola juga akan dirasakan di kota-kota lain di Perancis saat Messi dan timnya bermain tandang.
Memanfaatkan peluang
PSG sepertinya sadar betul bahwa Messi merupakan merek yang bernilai tinggi di dunia. Itu sebabnya, memberi gaji sebesar 35 juta euro atau setara Rp 590 miliar per tahun kepada Messi tampaknya bukan menjadi masalah serius. Sebab, PSG bisa mengeksplorasi seluruh potensi yang dimiliki Messi untuk memberi manfaat dalam banyak aspek.
Lihat saja saat hari perkenalan. PSG langsung menjual jersey kandang dan tandang bertuliskan Messi dengan nomor punggung 30. Harganya dibandrol 107,99 euro atau sekitar Rp 1,9 juta. Harga yang sebetulnya tidak murah dalam situasi krisis ekonomi akibat wabah Covid-19 saat ini.
Akan tetapi, dalam waktu 20 menit, jersey yang dijual melalui toko daring PSG itu habis dibeli penggemar. Sejauh ini, belum diketahui berapa jumlah jersey Messi yang terjual. Yang pasti, PSG menikmati keuntungan dari penjualan tersebut.
Baca Juga: Barcelona atau PSG, Kaus Messi Tetap Dicari
Sebagai gambaran, seperti dilaporkan harian Kompas, sebelum ini kostum Barcelona bernomor punggung 10 dengan nama Messi merupakan jersey sepak bola paling laris sejagat. Dari sekitar 2,1 juta kostum Barca yang dibeli para penggemar selama 2020, sebanyak 80 persen di antaranya berlabelkan nama Messi.
Secara total, menurut Diagonal Inversiones, lembaga analisis manajemen aset asal Spanyol, penjualan kostum bernomor 10 itu memberikan pemasukan rata-rata 30 juta euro atau setara Rp 505,9 miliar bagi Barca setiap musimnya. Jumlah itu, sekitar 4 persen dari total pemasukan uang yang dicatatkan Barca sebesar Rp 715,1 juta euro (Rp 12,06 triliun) pada 2020 (Kompas, 13/8/2021).
Setelah Messi bergabung dengan PSG, penjualan jersey Barcelona pun menurun hingga 80 persen. Laporan SportBible menyatakan, firma Brand Finance memperkirakan klub Catalan itu sulit keluar dari jeratan krisis keuangan tanpa kehadiran Messi.
Bahkan, Barca berpotensi kehilangan pendapatan sekitar 137 juta euro atau setara Rp 2,3 triliun. Ini meliputi 17 juta euro (Rp 286,67 miliar) dari pertandingan, 43 juta euro (Rp 725,2 miliar) dari merchandise, dan 77 juta euro (Rp 1,298 triliun) dari pemasukan bisnis (Detik.com, 14/8/2021).
Banyak pihak memprediksi PSG bakal meraup keuntungan besar dengan kehadiran Messi di klub tersebut. Bahkan, gaji pemain yang telah memenangi enam kali Ballon d’Or itu pun dapat dibayarkan hanya dengan hasil penjualan jersey atas nama dirinya.
Keuntungan tersebut tidak semata-mata menguntungkan PSG, tetapi juga klub lain dalam Liga I Perancis. Lebih dari itu, keuntungan tersebut akan memberikan efek domino yang teramat besar bagi perekonomian Perancis. Beginilah industri sepak bola.
JANNES EUDES WAWA, Wartawan harian Kompas 1997-2019