Kita perlu paham duduk soal mengapa terjadi kasus harga gabah petani rendah. Data yang akurat akan membantu evaluasi kebijakan, perubahan strategi dapat diambil dengan tepat.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Kasus harga gabah di bawah harga pokok pembelian pemerintah selama 16 bulan terakhir dapat menjadi indikasi perubahan konsumsi.
Kasus harga gabah petani di bawah harga pembelian pemerintah (HPP), menurut data Badan Pusat Statistik, terjadi sejak April 2020 hingga Juli 2021. Keadaan ini di luar kebiasaan sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia yang kasus pertamanya ditemukan pada 2 Maret 2020.
Harga gabah petani dari waktu ke waktu berfluktuasi. Saat panen musim rendeng antara Februari dan Juni biasanya harga gabah turun di bawah HPP karena produksi sedang tinggi. Antara Juli dan November atau Desember, harga gabah petani biasanya di atas HPP karena pada musim kemarau produksi beras nasional turun.
Kasus harga gabah di bawah HPP (Kompas, 27/8/2021) boleh jadi menunjukkan perubahan pola harga gabah dan konsumsi pangan masyarakat. Penyebab perubahan ini perlu diteliti lebih dalam, termasuk apakah akan menetap.
Kita bisa menduga, pembatasan aktivitas di tempat umum menyebabkan pekerja dan pelajar lebih banyak berada di rumah. Di rumah boleh jadi konsumsi karbohidrat penduduk tidak hanya nasi, tetapi juga sumber lain, seperti mi atau roti yang lebih mudah dan praktis dalam pengolahan dibandingkan dengan nasi. Tahun 2020, penjualan mi instan naik di atas 10 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal lain, kemungkinan berkurangnya konsumsi beras karena berganti ke sumber karbohidrat lokal, seperti jagung, umbi-umbian, dan sagu. Bisa jadi juga masyarakat mengurangi jumlah nasi dan menggantinya dengan sayuran, protein hewani atau nabati, buah, dan jajanan.
Apabila terjadi penganekaragaman makanan, kita melihat arah perubahan positif. Pengurangan beras dari sisi lingkungan baik. Produksi padi sawah boros air. Memproduksi 1 kilogram padi di sawah dataran rendah membutuhkan rata-rata 1.432 liter air. Penganekaragaman pangan juga baik bagi kesehatan. Petani tanaman pangan didorong beralih bertani komoditas bernilai ekonomi tinggi.
Namun, rendahnya harga gabah petani perlu diwaspadai bila merupakan tanda turunnya daya beli masyarakat. Beras masih menjadi pengeluaran pangan terbesar penduduk berpendapatan menengah-bawah. Bahan makanan memberikan sumbangan terbesar pada inflasi. Presiden Joko Widodo dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2021, Rabu (25/8/2021), mengingatkan, inflasi tahun ke tahun yang rendah, yaitu 1,52 persen pada Juli 2021, boleh jadi mengindikasikan turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan sosial.
Kita perlu paham duduk soal mengapa terjadi kasus harga gabah petani rendah. BPS perlu diberi dana khusus untuk meneliti dampak pandemi terhadap perubahan pola konsumsi dan daya beli masyarakat.
Data yang akurat akan membantu evaluasi kebijakan, perubahan strategi dapat diambil dengan tepat. Strategi pangan dan pertanian yang tepat akan mengefisienkan sumber daya ekonomi dan alam serta menyejahterakan petani dan masyarakat umum.