Kita sebaiknya juga menyiapkan diri menghadapi teknologi swakemudi itu. Kita harus adaptif karena kemajuan teknologi hampir mustahil dilawan. Hal mendasar adalah membangun infrastruktur jalan dan menyiapkan regulasi.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Dekade ini akan sangat menarik bagi sektor otomotif. Inovasi teknologi swakemudi akan semakin matang, setali tiga uang dengan pengembangan mobil listrik.
Saat ini, kita tampaknya sedang berada di tengah revolusi otomotif terbesar sejak Henry Ford memproduksi mobil-mobilnya secara massal. Revolusi otomotif ini pun begitu besar karena terdapat begitu banyak aktor. Mereka bahkan bergantian menginformasikan inovasi terbaru.
Selasa (24/8/2021), baru saja Elon Musk, pendiri Tesla, menginformasikan bahwa dirinya mengendarai mobil dari Pasadena ke Los Angeles dengan FSD, full self-driving, Tesla Beta 9.3. ”Jauh lebih baik,” tulis Musk di akun Twitter-nya.
Elon Musk pula yang menjanjikan hadirnya taksi robot dan mobil tanpa kemudi atau pedal gas-rem pada dekade ini. Janji yang sedang dia perjuangkan di tengah kesibukannya yang lain dengan SpaceX dan Tesla Bot.
Tesla tidak sendiri. Toyota Motor Corp di belakang Pony.ai yang telah menguji mobil tanpa pengemudi di California. Hyundai berinvestasi pada perusahaan rintisan Ottopia, yang mengembangkan armada taksi robot. Ada pula Nio, dengan swakemudi NOP, navigate on pilot, yang menantang Tesla di China.
Di tengah revolusi otomotif ini terdapat pro-kontra terkait sistem swakemudi. Badan Keselamatan Jalan Raya AS menginvestigasi sistem swakemudi setelah terjadi sejumlah kecelakaan. Di sisi lain, tidak sedikit pengemudi yang mengungkapkan selamat dari kecelakaan fatal akibat sistem swakemudi. Kisah mereka ini bertebaran di Youtube.
Tidak sedikit pengemudi yang mengungkapkan selamat dari kecelakaan fatal akibat sistem swakemudi.
Di Indonesia, mobil swakemudi masih langka. Hanya dimiliki oleh segelintir orang kaya, artis, dan pejabat tinggi negara yang juga pengusaha. Namun, seperti yang terjadi sebelumnya, teknologi akan hadir lebih cepat bahkan tanpa disadari.
Kita sebaiknya juga menyiapkan diri menghadapi teknologi swakemudi itu. Kita harus adaptif karena kemajuan teknologi hampir mustahil dilawan. Hal mendasar adalah membangun infrastruktur jalan. Lebar jalan yang tidak standar atau jalan tanpa marka jelas menyulitkan kerja teknologi swakemudi.
Walau kini teknologi swakemudi masih membutuhkan kehadiran pengemudi, tetap harus dipikirkan pula masa depan pengemudi di negeri ini untuk 10-20 tahun mendatang. Seiring penyempurnaan teknologi swakemudi, masihkah kelak dibutuhkan profesi pengemudi?
Hari ini, perhatian kita di jalan raya masih tertuju pada kasus truk dengan beban berlebih yang merusak jalan. Masih terpaku pada kematian puluhan ribu orang per tahun di jalan raya.
Namun, tetap harus ada yang memikirkan bagaimana kita menyambut teknologi swakemudi di negeri ini. Kita harus menyiapkan infrastruktur atau regulasi agar jangan sampai dianggap gagap beradaptasi dengan teknologi baru.