Makanan Sehat dan Pencegahan Kanker
Faktor risiko kanker yang tidak diubah misalnya terkait genetik. Namun, kebanyakan faktor risiko kanker dapat kita ubah. Jika kita peduli pada bahaya kanker, sudah sewajarnya kita menghindari risiko kanker tersebut.
Saya lahir tahun 1960. Semasa kecil hidup saya susah. Saya bersaudara 6 orang, saya anak ketiga. Di rumah selain orangtua saya juga ada dua orang adik ibu yang masih SMA.
Di keluarga kami hanya bapak yang mempunyai penghasilan. Sebagai guru sekolah dasar gaji beliau tak seberapa. Untunglah kami sudah punya rumah sehingga sebagian besar pengeluaran rumah tangga adalah untuk makan. Kami jarang bepergian. Bapak punya sepeda yang dipakai untuk mengajar.
Pada waktu itu sekolah tak membayar. Jika rajin dan pintar, dapat meneruskan sekolah sampai universitas sekalipun. Saya termasuk yang beruntung sewaktu mahasiswa saya mendapat beasiswa. Jika sampai SMA, makan sehari-hari sekadar untuk menghilangkan lapar. Sewaktu mahasiswa saya mendapat indekos di kota lain dan sesekali dapat makan di warung, menikmati daging dari hasil beasiswa.
Lulus dari universitas, saya segera bekerja di perusahaan swasta. Waktu saya mulai bekerja, ekonomi Indonesia sedang baik. Perusahaan tempat saya bekerja maju pesat. Kami juga maju dalam karier dan mendapat gaji serta bonus yang lumayan.
Jika kita peduli pada bahaya kanker, sudah sewajarnya kita menghindari risiko kanker.
Pada saat itulah saya mulai merasakan kehidupan yang lebih nyaman. Setiap siang saya memilih makan siang. Hari ini makanan Padang, besok gudeg, dan lain hari soto.
Amat berbeda dengan ketika saya kecil dulu, hari demi hari makanan kami hampir sama, nasi, sayur, tahu, tempe, dan sambal. Sesekali ada telur, tetapi jumlahnya terbatas.
Sewaktu bekerja inilah makan bukan hanya untuk mengatasi lapar, melainkan mencari kenikmatan. Saya berburu makanan enak dari satu restoran ke restoran lain.
Akibatnya, berat badan saya naik 28 kilogram dibandingkan dengan sewaktu SMA. Perut buncit, nomor celana meningkat. Olahraga kurang karena kesibukan kantor. Hari libur tak sempat berolahraga, tetapi sempat membawa istri dan anak keluar rumah untuk acara keluarga dan biasanya berakhir dengan makan bersama di restoran.
Pada usia 48 tahun, saya mengalami serangan jantung. Untung cepat tertolong meski harus dipasang stent pada pembuluh darah koroner jantung saya.
Sejak itulah saya mulai menyadari pentingnya makanan sehat, pentingnya olahraga, serta kebiasaan hidup sehat lainnya. Saya dan keluarga menjalani pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.
Selain ada penyakit jantung, saya juga pengidap penyakit darah tinggi. Untunglah darah tinggi saya dapat dikendalikan dengan baik.
Kami sekeluarga mulai mengubah kebiasaan hidup sehari-hari. Mulai menyadari pentingnya pengaturan makan, makan yang seimbang, makanan yang sesuai dengan kegiatan aktivitas sehari-hari, serta mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak. Banyak mengonsumsi buah dan sayur dan makanan yang banyak seratnya.
Baca Juga: Hidup Sehat dengan Buah dan Sayur
Saya juga membaca bahwa mengonsumsi makanan sehat tidak hanya dapat mencegah penyakit kronis, tetapi juga dapat mencegah kanker. Sampai sejauh mana kebenaran pernyataan tersebut? Mohon penjelasan Dokter. Terima kasih.
S di J
Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan global. Di negeri maju, kanker semakin menurun berkat upaya pencegahan yang dilakukan. Sementara di negara yang sedang berkembang termasuk di negeri kita, kanker masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Kejadian kanker serta angka kematian akibat kanker masih amat tinggi.
Pemerintah telah mengajak masyarakat untuk mencegah kanker, tetapi upaya pencegahan belum berjalan secara merata sehingga manfaatnya belum dapat dirasakan. Pola hidup sehat yang bermanfaat untuk mencegah penyakit kronik seperti penyakit jantung koroner, penyakit paru menahun, penyakit ginjal kronik, diabetes melitus, dan lain-lain juga sebenarnya bermanfaat untuk mengurangi risiko terkena kanker.
Faktor risiko untuk timbulnya kanker dapat dibagi menjadi faktor intrinsik berupa faktor genetik dan faktor ekstrinsik seperti radiasi, bahan kimia, infeksi virus tertentu seperti virus hepatitis B dan C yang dapat menimbulkan kanker hati serta HPV (Human Papillomavirus) yang dapat menimbulkan kanker serviks.
Merokok berisiko menimbulkan kanker paru, sedangkan minum alkohol berisiko untuk menimbulkan kanker hati. Obesitas juga dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker. Karena itulah, kita perlu mengamalkan gaya hidup sehat, mengatur makanan, berolahraga, serta tidur cukup.
Hubungan makanan dengan risiko kanker sering dikemukakan meski hubungan langsung sukar untuk dibuktikan. Kebiasaan makan yang mengandung serat tinggi dapat menurunkan risiko kanker saluran cerna. Piring makan kita hendaknya lebih banyak mengandung bahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan hanya sepertiga yang mengandung protein binatang.
Kebutuhan kalori yang kita konsumsi hendaknya sesuai dengan kegiatan dan bentuk tubuh kita sehingga kita tak mengalami obesitas. Komposisi karbohidrat, protein, dan lemak hendaknya dalam komposisi yang dianjurkan.
Gula tak menimbulkan kanker secara langsung, tetapi konsumsi gula dapat mengurangi konsumsi sayuran yang mengandung serat tinggi. Beberapa makanan dianggap dapat mengurangi risiko kanker seperti kacang-kacangan, tomat mengandung likopen yang dianggap dapat mengurangi risiko kanker prostat, serta teh hijau juga pernah dilaporkan mengurangi risiko kanker kolon dan hati. Vitamin dan suplemen juga dapat mengurangi risiko kanker, tetapi lebih baik mendapat vitamin dan suplemen dari makanan dari pada tablet.
Kita sudah sering mendapat informasi tentang bahaya rokok. Rokok tidak hanya meningkatkan risiko kanker paru, tetapi juga berbagai kanker lain.
Meski bukti-bukti tentang bahaya rokok semakin banyak, jumlah perokok di negeri kita tidak menurun tajam. Bahkan, perokok pemula juga semakin bertambah.
Baca Juga: Komitmen Daerah Menguat, Kebijakan Larangan Iklan Rokok Dipertegas
Mungkin upaya penyuluhan kesehatan masih kalah kuat dibandingkan dengan iklan rokok yang gencar. Sementara mereka yang sudah telanjur merokok dapat mengalami adiksi yang akan mempersulit upaya untuk berhenti merokok.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, yaitu dengan berbagai peraturan yang maksudnya menurunkan keinginan orang untuk merokok. Kita mengenal daerah-daerah di mana orang tak boleh merokok. Cukai rokok juga dinaikkan secara berkala. Namun, tampaknya masih perlu waktu lama untuk dapat menurunkan jumlah perokok di Indonesia.
Jika kita peduli pada bahaya kanker, sudah sewajarnya kita menghindari risiko kanker. Memang ada faktor yang sukar diubah seperti faktor genetik. Namun, kebanyakan faktor risiko kanker dapat kita ubah.
Kita dapat menghindari rokok dan alkohol. Kita dapat menghindari radiasi dan berbagai bahan kimia yang bersifat karsinogen. Infeksi virus hepatitis B, hepatitis C, dan HPV juga dapat dicegah dengan perilaku yang aman.
Bahkan, untuk infeksi virus hepatitis B dan HPV tersedia imunisasi yang dapat menurunkan risiko kanker dengan nyata. Imunisasi Hepatitis B telah menjadi program imunisasi nasional. Setiap anak di Indonesia berhak mendapat imunisasi hepatitis B.
Dalam waktu dekat imunisasi HPV yang semula baru dijalankan di beberapa provinsi akan diperluas secara nasional. Sudah tentu ini akan dapat mengurangi kanker serviks secara nyata di masa depan.
Kanker serviks sekarang merupakan salah satu penyebab kematian yang sering pada perempuan. Imunisasi HPV yang telah lama dijalankan di Australia sudah menunjukkan hasil nyata. Infeksi HPV mulai menurun tajam dan diharapkan di masa depan Australia akan terbebas dari kanker serviks. Semoga kita di Indonesia juga akan dapat menurunkan kejadian kanker dengan mengamalkan gaya hidup sehat termasuk mengonsumsi makanan yang sehat.
Baca Juga: Obesitas Tingkatkan Risiko Kanker