Peluang ekspor buah masih menjanjikan. Indonesia saat ini mengekspor, antara lain, mangga, pisang, manggis, dan nanas ke beberapa negara, dengan tujuan ekspor terutama ke China, Hong Kong, Malaysia, dan Arab Saudi.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Suatu bangsa selalu mencari identitasnya. Identitas yang kuat akan kian menyatukan dan memberi keuntungan ekonomi. Buah sering digunakan sebagai identitas itu.
Kebanggaan sebagai bangsa muncul karena keberadaan buah yang mendapat tempat yang pas dan pantas. Kosta Rika dikenal sebagai negeri pisang. Selandia Baru kondang dengan buah kiwi. Mereka selalu mempromosikan dan menghadirkan buah sebagai kebanggaan mereka di berbagai kesempatan.
Beragam buah lokal semestinya bisa digemari masyarakat atau diekspor ke pasar internasional hingga menjadi identitas Indonesia. Potensinya besar. Pembenahan ekosistem usaha buah dari hulu ke hilir perlu dilakukan terus-menerus.
Peluang ekspor buah dinilai masih menjanjikan. Indonesia saat ini mengekspor, antara lain, mangga, pisang, manggis, dan nanas ke beberapa negara, dengan tujuan ekspor terutama ke China, Hong Kong, Malaysia, Arab Saudi, dan Pakistan.
Presiden Joko Widodo saat membuka Gelar Buah Nusantara Tahun 2021 secara daring, Senin (9/8/2021), mengatakan, untuk bisa masuk pasar internasional, buah Nusantara harus semakin berdaya saing, baik dari sisi harga maupun kualitas.
Harganya harus kompetitif, cita rasanya terjaga, pasokannya berlanjut, produksinya tidak pernah putus, dan kemasannya juga menarik. Supaya buah-buahan Nusantara mencapai pasar ekspor, ekosistem usaha buah Nusantara perlu terus ditata dari hulu sampai hilir. Petani buah dibantu informasi dan pengetahuan terbaru supaya produktivitasnya meningkat. Akses ke permodalan dipermudah dan diperkuat.
Harapan Presiden itu sederhana. Kita juga paham masalah di dalam ekosistem buah. Kita sepertinya tidak beranjak dari masalah yang sudah lama diketahui. Kita tak juga menemukan solusi. Produksi buah adalah satu hal. Hal lain adalah mengemas, mengirim, dan memasarkannya.
Produksi buah adalah satu hal. Hal lain adalah mengemas, mengirim, dan memasarkannya.
Produksi buah tidak bisa mengandalkan kebun skala kecil. Petani harus bersatu dan memiliki lahan dengan skala yang ekonomis. Dengan cara ini, penanganan dan pengangkutan lebih mudah dan sederhana. Sayang sekali sentra buah mulai menghilang. Keadaan ini menyebabkan kegiatan pascapanen menjadi tidak efisien.
Perbaikan di sektor infrastruktur belakangan diharapkan bisa menunjang pengiriman komoditas pertanian, termasuk buah. Kita berharap distribusi buah menjadi efisien dan cepat sehingga pemasaran buah bisa masuk ke pasar-pasar baru yang jauh dari sentra produksi.
Kembali kepada keinginan agar buah menjadi komoditas ekspor dan sekaligus menjadi identitas Indonesia, kendala lama, seperti mutu yang masih beragam, perlu diselesaikan. Pasar tentu ingin agar komoditas yang dikonsumsi memiliki kualitas yang konsisten.
Untuk menjadikannya sebagai identitas, kita membutuhkan cara agar buah yang dipilih cocok sebagai ciri bangsa Indonesia. Buah ini harus tersedia di pasar ekspor dan memiliki keunggulan daripada buah lain. Kita masih butuh kerja keras untuk menghadirkan kekayaan alam kita ke panggung dunia.