Pada masa lalu konsumen mengejar produk media. Di tengah pilihan banyak media, sekarang harus berbalik. Media harus mendatangi konsumen dan mendengarkan suara mereka.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Kabar baik dari media yang bertransformasi dari model bisnis konvensional ke digital bermunculan. Kuncinya, memperlakukan konsumen yang sangat berharga.
Hari Rabu (4/8/2021) waktu setempat, The New York Times (NYT) mengumumkan penambahan 2,738 juta pelanggan produk digital dalam rentang Januari 2020-Juni 2021.
Koran asal New York, Amerika Serikat, itu juga membukukan pendapatan Rp 12,6 triliun sepanjang semester pertama 2021. NYT juga meragamkan produknya.
Semua itu dicapai dalam 10 tahun sejak NYT mulai mene-rapkan langganan digital. Koran itu mengumumkan, pelanggan digitalnya tumbuh 24,3 persen menjadi 7,133 juta pelanggan. Surat kabar digital terus tumbuh dalam popularitas.
Sirkulasi e-paper surat kabar di Jerman meningkat 18,34 persen pada triwulan II tahun ini dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Total oplah edisi digital yang terjual sekarang adalah 2.144.236 eksemplar per hari publikasi.
Kisah lain adalah media di Norwegia bernama Amedia. Sejak 2013, perusahaan media lokal terbesar di Norwegia itu berhasil memanfaatkan langganan digital menggunakan kekuatannya sebagai penerbit 62 surat kabar. Amedia meluncurkan aID atau Amedia ID pada bulan April 2014, sebuah sistem log-in yang memberi pembaca akses ke konten digital.
Perusahaan mendapatkan gabungan pelanggan sebanyak 1,3 juta orang. Setiap hari lebih dari seperempat populasi orang dewasa di negara itu mengonsumsi produk dari media itu. Penerbit berhasil mengonversi pelanggan cetak menjadi pelanggan digital. Mereka mengelola tak hanya para pelanggan, tetapi juga mereka yang belum berlangganan.
Setiap hari lebih dari seperempat populasi orang dewasa di negara itu mengonsumsi produk dari media itu.
Apa yang membuat mereka sukses? Industri digital Tanah Air, secara khusus industri media yang membuat model bisnis berbayar, tentu ingin mendapatkan informasi keberhasilan itu. Sejumlah media di Indonesia tengah melakukan transformasi dengan memilih dan masih berusaha untuk sukses dalam model bisnis berbayar.
Dari berbagai sumber, diketahui kunci keberhasilan mereka adalah melayani konsumen dan calon konsumen. Konsumen perlu dihargai seperti emas. Sebenarnya pengelola media perlu kembali ke sejarahnya sendiri. Sejarah media bisa memberi informasi bagaimana dulu pelanggan berbondong-bondong membeli produknya. Produk kita menarik dan mempunyai nilai lebih dibandingkan produk lainnya.
Pada masa lalu konsumen mengejar produk media. Di tengah pilihan banyak media, sekarang harus berbalik. Media harus mendatangi konsumen dan mendengarkan suara mereka. Relevansi konsumen perlu dihargai dan mereka perlu nyaman untuk mengakses.
Media harus menempatkan konsumen mendapat layanan semacam mesin otomatis bagi berbagai kehidupannya. Konsumen tak perlu lagi bekerja keras untuk mendapatkan informasi. Media harus mengetahui kebutuhan konsumen.