Kita tak boleh berpuas diri. Tren dan momentum pemulihan yang terjadi saat ini masih dalam bahaya besar terancam tersabotase perkembangan Covid-19.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
Untuk pertama kalinya sejak terjadi pandemi Covid-19, perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan positif sebesar 7,07 persen pada kuartal II-2021 (year on year/yoy).
Dibandingkan triwulan I-2021, perekonomian triwulan II- 2021 juga tumbuh 3,31 persen. Dengan pertumbuhan tahunan dan kuartalan yang kembali ke zona positif ini, secara teknis Indonesia juga keluar dari resesi. Pertumbuhan 7,07 persen ini, menurut Badan Pusat Statistik, tertinggi sejak 2004. Pada triwulan IV-2004, pertumbuhan tercatat 7,16 persen (yoy).
Sebagai dampak pandemi, perekonomian mengalami kontraksi dan resesi, dengan pertumbuhan negatif empat triwulan berturut-turut, sejak triwulan II-2020 hingga triwulan I-2021. Namun, secara konsisten, perekonomian bertahap mengalami pemulihan, tecermin dari angka kontraksi yang terus mengecil.
Pertumbuhan positif pada triwulan II-2021 itu sudah diperkirakan sebelumnya dan dimungkinkan oleh pelonggaran mobilitas masyarakat yang diberlakukan pemerintah setelah angka kasus harian Covid-19 menurun ke 6.000-an.
Tingginya angka pertumbuhan itu pada satu sisi dimungkinkan karena baseline pertumbuhan kuartal II-2020 sebagai dasar perbandingan memang sangat rendah, yakni minus 5,32 persen. Namun, di sisi lain, harus diakui, pemulihan ekonomi terjadi, seperti ditunjukkan oleh geliat indikator utama perekonomian seperti konsumsi yang menyumbang 57,23 persen produk domestik bruto (PDB), investasi dan ekspor yang tumbuh 5,93 persen, 7,54 persen, dan 31,78 persen yoy.
Pertumbuhan ekspor ditopang pertumbuhan manufaktur yang di atas 6 persen. Ekspor pada Juni 2021 merupakan yang tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. Pertumbuhan impor yang 31,22 persen juga indikator positif karena 75 persen impor kita bahan baku/penolong untuk produksi industri.
Impor barang modal juga menunjukkan peningkatan tajam. Aktivitas manufaktur, seperti tecermin dari indeks pengadaan manajer persediaan (PMI), juga berada di level optimistis di atas 55 persen. Indeks Kepercayaan Konsumen juga membaik.
Namun, kita tak boleh berpuas diri. Tren dan momentum pemulihan yang terjadi saat ini masih dalam bahaya besar terancam tersabotase perkembangan Covid-19. Dalam kaitan ini, peringatan para ekonom menjadi penting: kuncinya adalah disiplin penerapan prokes dan percepatan vaksinasi!
Tren dan momentum pemulihan yang terjadi saat ini masih dalam bahaya besar terancam tersabotase perkembangan Covid-19.
Pemerintah sudah memastikan pelonggaran akan dilakukan dengan melihat perkembangan kasus Covid-19 di lapangan. Artinya, selama lonjakan kasus tak bisa dikontrol, pelonggaran juga belum bisa dilakukan sehingga bukan tidak mungkin perlambatan ekonomi kembali terjadi di paruh kedua 2021.
Dengan angka vaksinasi yang baru sekitar 17 persen penduduk dan laju pasokan vaksin yang tak terlalu mendukung program percepatan vaksinasi, komitmen semua pihak untuk disiplin protokol kesehatan menjadi kunci jika kita ingin sektor esensial dan sektor utama penggerak ekonomi dibolehkan beroperasi normal kembali. Berbagai rekayasa sosial mungkin juga diperlukan agar pelonggaran kegiatan masyarakat tidak diikuti lonjakan kasus seperti terjadi sebelumnya.
Kita semua harus menyadari, semakin lama kita keluar dari krisis ini, semakin lama dan berat pula bagi perekonomian untuk kembali pulih ke level normal sebelum pandemi.