Program Komunikasi
Komunikasi semakin perlu dan penting dipelajari karena hampir semua bidang profesi kini melibatkan aktivitas communication or information-related work.
Hasil tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021 menunjukkan, program studi ilmu komunikasi termasuk bidang studi yang sangat diminati calon mahasiswa (Kompas, 15/6/2021).
Sebagai mantan pengajar departemen ilmu komunikasi sebuah perguruan tinggi negeri, saya ingin mengemukakan catatan ringkas tentang hal itu. Catatan merujuk pada referensi beberapa pakar ilmu komunikasi Amerika Serikat dan seberapa jauh berlaku di Indonesia.
Minat untuk mempelajari komunikasi di perguruan tinggi di AS awalnya didorong kebutuhan praktis dan profesional di industri media, periklanan, promosi, kehumasan, kampanye komunikasi, dan sebagainya.
Ruben, Stewart, dan Householder berpendapat, komunikasi semakin perlu dan penting dipelajari karena hampir semua bidang profesi kini melibatkan aktivitas communication or information-related work. Penguasaan keilmuan dan keterampilan komunikasi mendukung efektivitas kinerja profesi lain. Ini membuat komunikasi menjadi salah satu bidang studi populer di AS (Communication and Human Behavior. edisi ke-5, 2014).
Sudi komunikasi (khususnya strata 1), menurut Ruben dan kawan-kawan, menjadi menarik karena meramu ilmu sosial dan humaniora dengan keterampilan teknis profesional. Kekhasan studi komunikasi adalah memadukan bidang profesional dengan disiplin ilmiah (Everett M Rogers, A History of Communication Study, 1994).
Tajuk Rencana Kompas, ”Mahasiswa dan Lapangan Kerja Baru” (Sabtu, 19/6/2021), mengulas minat calon mahasiswa di bidang studi tertentu dan kesenjangannya dengan bidang baru yang tumbuh di dunia kerja. Isu ini perlu dicermati, mengingat disrupsi digital menimbulkan implikasi perkembangan dan pergeseran bidang ekonomi dan ragam pekerjaan serta keahlian profesional. Pandemi Covid-19 turut mengubah peta lapangan kerja.
Untuk studi komunikasi, memahami perkembangan baru adalah keniscayaan. Media berbasis internet berimplikasi besar pada proses komunikasi manusia. Kata Krcmar, Ewoldsen, dan Koerner (Communication Science Theory and Research: An Advanced Introduction, 2016), perlu pemahaman di sisi ilmiah, praktikal, dan profesi.
Eduard Lukman
Jl Warga RT 014 RW 003, Pejaten Barat, Jakarta 12510
Kampanyekan Varian Baru
Wihana Kirana Jaya, Staf Khusus Menteri Perhubungan, dalam rubrik Opini (Kompas, 24/7/2021) menyatakan, lonjakan kasus harian yang luar biasa sejak pertengahan Juni hingga Juli sangat kecil kaitannya dengan mudik Lebaran. Saya sependapat.
Pengalaman pribadi saya mendukung itu, yaitu ketika pada pertengahan Juni saya terkonfirmasi positif Covid-19. Padahal, saya sudah mendapat vaksinasi lengkap.
Bersamaan dengan itu, warga RT saya, keluarga, dan warga gereja saya juga terpapar. Jumlahnya puluhan, bersyukur sembuh semua setelah menjalani isolasi mandiri.
Kalau asumsinya perilaku masyarakat dalam menaati protokol kesehatan tidak begitu berubah selama ini, maka kemungkinan pemicu utama ledakan adalah varian baru SARS-CoV-2, varian Delta.
Oleh karena itu, tidak ada cara lain selain meminta satgas penanganan Covid-19 menggencarkan terus kampanye adanya varian baru Covid-19 yang lebih berbahaya karena punya kemampuan menular sangat tinggi.
Mengapa perlu? Sebab, hingga saat ini—meski pandemi sudah lebih dari setahu—masih ada warga yang tidak percaya adanya Covid-19.
Kampanye tentunya diikuti dengan lebih menggalakkan ketaatan pada protokol kesehatan. Misal, pemakaian masker ganda, meningkatkan 3T, dan mempercepat vaksinasi karena pada kenyataannya di lapangan masih banyak kendala.
Semoga pandemi Covid-19 segera berlalu.
Bharoto
Jl Kelud Timur I, Semarang
Pandemi dan Pemimpin
Tidak mudah menjadi pemimpin di tengah terpaan badai pandemi. Berbagai masalah yang tidak diprediksi muncul silih berganti. Seluruh sektor kehidupan rakyat, dari kesehatan, ekonomi, sosial, hingga budaya terkena dampak.
Covid-19 ibarat musuh besar nan canggih, yang tak cukup dihadapi hanya dengan kecerdasan, tetapi juga perlu hati dan akal budi.
Semua orang kalang kabut menghadapi situasi tak menentu ini akibat musuh yang tak kasatmata, virus korona bernama SARS-CoV-2.
Pemerintah dengan berbagai upaya menangani isu kesehatan dan ekonomi. Ibarat dua monster yang harus dihadapi secara simultan, untuk keselamatan rakyat.
Sebagai ujung tombak melawan pandemi, kecakapan sumber daya manusia menjadi titik krusial. Para birokrat dan pemimpin pemerintahan diuji kemampuannya dalam mencari jalan keluar terbaik.
Kecerdasan pemimpin yang paripurna, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual, diuji oleh pandemi Covid-19. Pemimpin di masa pandemi harus mampu menjadi teladan, satu kata dengan perbuatan. Tak cukup teriak-teriak, harus ikut turun ke lapangan.
Ada ucapan Lao Tzu, filsuf China kuno, yang layak direnungkan. ”Menjadi pemimpin hebat itu melayani dan menjadi teladan, menunjuk tetapi tidak menusuk, lurus tetapi lentur, dan terang benderang tetapi enak dipandang.”
Pandemi menjadi kawah Candradimuka lahirnya seorang pemimpin sejati, yang tak hanya piawai bernarasi dan berorasi, tetapi juga mampu melakukan aksi nyata. Pemimpin sejati dihargai karena peran dan kontribusi nyatanya, bukan mengandalkan pangkat dan kedudukan.
Jangan lupa pula pesan mulia Ki Hajar Dewantoro. Pemimpin itu, Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Pemimpin bersama rakyat di depan, di tengah, di belakang.
Semoga pemimpin-pemimpin tulen teruji, mampu menyelamatkan bangsa ini dari kesulitan dan keterpurukan.
Budi Sartono Soetiardjo
Pemerhati Publik, Cilame, Ngamprah,
Kabupaten Bandung
Akal Sehat
Sebelum akhirnya ketahuan bahwa peristiwa itu adalah penipuan, saya sudah sangat skeptis mengikuti berita sumbangan Rp 2 triliun.
Uang yang mau disumbangkan itu merupakan jumlah yang luar biasa besar. Apabila ditulis lengkap akan menjadi Rp 2.000.000.000.000. Ada 12 angka nol di belakang 2.
Banyak sekali daerah tingkat II di Indonesia yang jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)-nya jauh di bawah angka tersebut. Bahkan, beberapa lembaga negara di tingkat pusat, anggarannya juga tidak sebesar itu.
Perusahaan-perusahaan skala besar juga belum tentu bisa membukukan keuntungan Rp 2 triliun dalam satu tahun. Saya membayangkan seorang jutawan murah hati yang hartanya berlimpah.
Ternyata bukan hanya saya yang tidak percaya, banyak orang sependapat. Sebelum info penipuan muncul, saya tadinya mau mengajak Anda semua untuk menunggu saja sampai dana sumbangan Rp 2 triliun untuk penanganan Covid-19 itu benar-benar sudah masuk rekening pemerintah.
Setelah itu, baru kita boleh bergembira, bersyukur, dan menyampaikan rasa hormat. Karena ada dermawan yang bersedia mengorbankan hartanya untuk kebaikan sesama, terutama dalam kondisi ekonomi negara yang porak poranda dilanda badai Covid-19.
Mari kita menjaga dan menggunakan akal sehat, berpikir jernih dalam menyikapi setiap peristiwa. Jangan euforia berlebihan untuk sesuatu yang belum tampak nyata.
Samesto Nitisastro
Praktisi SDM, Pesona Khayangan, Depok 16411
Korona, Vaksin, dan Partai Politik
Dunia tengah berjuang mengatasi virus korona yang telah meluluhlantakkan kehidupan. Pemerintah Indonesia pun telah melakukan segala upaya, mengerahkan semua sumber daya untuk rakyat.
Vaksinasi sudah berlangsung masif di beberapa tempat. Masyarakat di beberapa daerah juga bergotong royong membantu jika ada warga yang menjalani isolasi mandiri.
Beberapa organisasi kemasyarakatan juga bergerak menyalurkan bantuan, sedangkan beberapa pengusaha berdonasi untuk membantu warga yang terkena musibah.
Namun, sampai saat ini belum terlihat partai politik yang bergerak memberikan bantuan, baik bantuan makanan dan obat-obatan maupun pemberian vaksin. Jika khawatir ada anggapan politisasi dalam bantuan kemanusiaan, bantuan bisa dilakukan dalam koridor kantor DPR, DPRD provinsi, atau DPRD kabupaten/kota yang isinya terdiri atas berbagai partai. Atau bantuan dari partai politik kepada Kemensos untuk penyalurannya.
Jika partai politik bersedia memberikan bantuan vaksinasi, tentu akan lebih bagus lagi. Bukankah setiap kader partai berada di tingkat ranting atau kecamatan, dengan simpatisan dan konstituen.
Vaksinasi massal bisa dilakukan dari pintu ke pintu dengan mengerahkan kader-kader yang ada guna mempercepat tercapainya herd immunity atau kekebalan komunitas. Tentunya bekerja sama dengan pihak yang berwenang menangani vaksin.
Jangan biarkan rakyat bertarung sendirian, jangan biarkan pemerintah berjibaku sendiri mengatasi wabah ini. Di mana nurani partai politik dan para wakil rakyat ini?
Bukankah pada saat pandemi dan rakyat mengalami kesulitan ekonomi, gaji serta tunjangan para wakil rakyat tidak berkurang?
Inilah saatnya wakil rakyat benar-benar merakyat. Kami menunggu para ketua umum partai bisa memerintah anggotanya untuk bergerak. Daripada uangnya untuk membuat baliho di tepi jalan.
Sri Handoko
Tugurejo, Semarang
Pemilihan Umum
Partai-partai sudah mulai mempersiapkan diri menghadapi Pemilu 2024. Semoga pemilu itu nanti dapat memilih para pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyat dan mengentaskan mereka dari kemiskinan.
Para penyelenggara pemilu diharapkan dapat menyelamatkan keadaan, dari menjaga jangan sampai ada calon-calon yang kelelahan hingga menjamin pemilu yang adil, jujur, dan bersih.
Biayanya sangat banyak.
Semoga Pemilu 2024 semakin bermartabat.
Titi Supratignyo
Bendan Ngisor, Gajah Mungkur, Kota Semarang