Keberhasilan Greysia dan Apriyani dapat kita pahami sebagai teladan dalam kerja sama antarumat beragama, terutama di negeri yang sedang berjuang mengatasi ”keterbelahan” dan pandemi Covid-19 ini.
Oleh
Jan S Aritonang
·3 menit baca
Keberhasilan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu merebut medali emas ganda putri bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020 membangkitkan semangat dan kebanggaan bangsa Indonesia, dari rakyat biasa hingga presiden.
Keberhasilan mereka juga dapat kita pahami sebagai teladan dalam kerja sama antarumat beragama, terutama di negeri yang sedang berjuang mengatasi ”keterbelahan” ini. Prestasi mereka semakin berarti di tengah pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Banyak contoh kerja sama di bidang olahraga. Pada bulu tangkis termasuk Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. Demikian juga di berbagai bidang lain.
Di sepanjang sejarah bangsa kita, ada banyak contoh tentang kerja sama antarumat beragama, terutama Kristen dan Islam, termasuk dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.
Selain contoh yang baik, harus diakui banyak juga contoh buruk, yang justru mendorong kita untuk mengoreksi yang salah dan meningkatkan yang baik. Hal ini bisa kita baca lebih lanjut dalam buku saya tentang ”Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia” terbitan tahun 2004/2018.
Dengan contoh dan keteladanan Greysia dan Apriyani, saya sekaligus mengimbau para penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) agar meralat penjelasan arti kata/istilah kafir, agar tidak ada lagi dari antara warga bangsa kita yang suka ”mengafirkan” umat beragama lain.
Sebab, KBBI bukan hanya milik dan digunakan oleh satu agama. Selamat, Greysia dan Apriyani. Selamat menjadi teladan dan kebanggaan. Merdeka!
Jan S Aritonang
Guru Besar STFT Jakarta
”Indonesia dari Seberang Batas”
Saya mengikuti laporan wartawan Kompas Agustinus Wibowo, ”Indonesia dari Seberang Batas”. Isinya menarik, dalam, dan dengan gaya bertutur yang memukau.
Saya menilai Agustinus Wibowo adalah ”reinkarnasi gabungan” wartawan Kompas Rudi Badil dan Maruli Tobing. Mungkin ”titisan” Sindhunata juga. Kompas sungguh beruntung mempunyai generasi baru yang tak kalah dari para jagoan pendahulunya.
Laporan berseri ini membawa banyak manfaat bagi kita, sekaligus menjadi cermin. Sebab, jangan-jangan, pandangan rekan-rekan Papua juga hampir sama dengan saudara kita Papua Niugini, yang tidak menganggap kita sebagai bagian utuh dari keluarga mereka. Mari mengoreksi diri, demi keutuhan NKRI.
Semoga Redaksi Kompas memberi ruang panjang bagi laporan ini. Saya yakin Bung Agustinus Wibowo mempunyai banyak bahan untuk ditulis, sepanjang diberi kebebasan oleh Redaksi.
Dengan gaya menulis yang sungguh menarik, laporan ini akan diikuti pembaca.
Terima kasih atas apresiasi yang Anda sampaikan. Tulisan Agustinus Wibowo memang luar biasa, melihat dan mencintai Indonesia dengan sudut pandang yang tidak biasa.
Meski demikian, ada yang perlu diluruskan di sini karena Agustinus Wibowo bukan wartawan Kompas.
Lulus ilmu komputer di Beijing, China, ia ke Nepal, India, Pakistan, dan pernah menjadi wartawan foto kantor berita Pajhwok Afghan News.
Agustinus Wibowo adalah seorang pengelana, penulis perjalanan yang berfokus pada kisah-kisah kemanusiaan.
Asa dari Tokyo
Olimpiade Tokyo 2020 telah memberi hasil membanggakan. Satu emas dan perunggu dari bulu tangkis, satu perak dan dua perunggu dari angkat besi. Terima kasih kepada Greysia dan Apriyani, Anthony, Windy Cantika Aisah, serta Eko Yuli Irawan.
Beberapa atlet masih belia, seperti Windy Cantika Aisah (19) dan Apriyani (23). Mereka telah menunjukkan bahwa orang muda mampu menjadi contoh atas kesungguhan, kedisiplinan, dan sikap pantang menyerah, yang membawa prestasi gemilang bagi diri, keluarga, dan bangsa.
Kita sebagai anak bangsa bisa meneladani asa yang memancar dari Tokyo untuk bangsa ini, termasuk dalam menghadapi Covid-19. Kita diajak belajar dari kegigihan dan optimisme mereka, dengan cara taat protokol kesehatan, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Asa ini juga yang telah memberikan energi bagi saya dan Anda untuk menjaga imunitas melawan Covid-19.