Rock, Kebingungan Budaya, dan Kompor Meleduk
Salah seorang seniman yang kreatif menyikapi hadirnya rock adalah Benyamin S. Dengan gaya komedik, Benyamin bisa bermain-main dengan rock pada 1970-an. Coba simak lagu ”Kompor Meleduk”.
Musik rock ditafsir secara kreatif oleh musisi di Indonesia. Pada awalnya sempat ada kebingungan. Rock yang keras memberi impresi bunyi gemuruh, melahirkan lagu tentang badai, sampai kompor meleduk. Sebuah kebingungan budaya yang menantang kreativitas.
Rock n roll sudah dimainkan band-band di Indonesia sejak jenis musik itu populer di negeri ini pada akhir 1950-an. Bill Halley, Chuck Berry, dan Everly Brothers, antara lain, menjadi rujukan band-band di Indonesia untuk ”ber-rock n roll ria”.
Band-band seperti Koes Bersaudara dengan nyaman menyanyikan lagu seperti ”Dara Manisku” ciptaan Tony Koeswoyo yang berupa pemujaan pada seorang kekasih. Kemudian Haran dengan lagu ”Engkau” bercerita tentang pengkhianatan. Mus DS dengan cerdasnya memainkan rock dengan lagu berbahasa Sunda ”Neng Geulis”. Oslan Hussein dengan pintarnya membawakan ”Bengawan Solo”-nya Gesang dengan kemasan rock.
Musik rock ditafsir secara kreatif oleh musisi di Indonesia. Pada awalnya sempat ada kebingungan.
Rock makin berkembang dan pada pertengahan 1960-an dan seterusnya lahirlah hard rock sampai pop rock. Subgenre rock ini berkartakter bunyi lebih keras seiring perkembangan amplikasi bunyi gitar elektrik. Hard rock ditengarai dengan raungan gitar dan bas yang distortif, keras-keras kasar.
Suara penyanyi terkesan sebagai suara teriakan dan jeritan. Secara auditif, rock terkesan keras, garang, beringas, agresif, penuh semangat, gemuruh, meledak-ledak. Band-band yang berpengaruh di sini, antara lain, Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, dan The Jimi Hendrix Experience. Pop rock lebih kurang sama dengan kecenderungan yang lebih nge-pop. Lagu pop dibungkus dengan musik rock.
Seperti pada era rock n roll awal 1960-an, hard rock dan pop rock juga berpengaruh pada band-band di Indonesia, termasuk dalam membuat lagu. Koes Plus pada album Volume 2 keluaran tahun 1970 mulai mencoba-coba hard rock dalam lagu ”Hanya Pusaramu” dan ”Pencuri Hati”.
Kedua lagu dinyanyikan oleh Yok Koeswoyo bassist Koes Plus yang paling pas untuk jenis lagu keras. Kedua lagu menggunakan sound atau cita suara gitar distortif, bukan tipikal suara gitar standar Koes Plus yang biasa dimainkan Tony Koeswoyo.
Lagu ”Hanya Pusaramu” cenderung bercorak rock ballad yang melodius. Lagu bertutur tentang seseorang yang merantau dan mendapati sang kekasih telah tiada, dan hanya menyisakan pusara. Yok menggunakan suara standar seperti yang selama ini ia gunakan.
Baca juga : Nyanyian Penuh Harapan
Lagu ”Pencuri Hati” sangat berbeda. Lagu ini bukan tipikal lagu Koes Plus atau pun Koes Bersaudara. Bisa dikatakan ”Pencuri Hati” menyempal dari pakem lagu Koes Plus yang manis. Praktis, tidak ada melodi yang bisa dinikmati, kecuali suara teriakan dan jeritan.
Seperti judul, lirik berisi jeritan seseorang yang sedih karena ada ”pencuri hati”. Bagian akhir lagu berisi teriakan panjang. Terkesan lagu ini hanya bermain-main dengan apa yang disebut hard rock. ”Pencuri Hati” lebih menonjolkan kesan auditif hard rock yang keras daripada sebagai ekspresi. Lirik terkesan hanya menjadi sarana bermain hard rock.
Impresi bunyi
Bentuk auditif genre rock yang keras tampaknya menyulitkan penulis lagu kita. Akan diisi dengan lirik seperti apakah musik keras itu. Ada semacam kebingungan untuk mengungkapkan rasa dalam lirik lagu.
Mereka terampil memainkan rock, akan tetapi mereka belum menggunakannya sebagai ekspresi. Yang terjadi kemudian adalah lahirnya lagu-lagu yang liriknya dibangun atas dasar impresi bunyi musik rock yang keras itu.
Rock yang terkesan gemuruh melahirkan lagu bertema gemuruh hujan. Panbers dalam album berjudul Hard Rock menulis lagu ”Hujan Badai”. Coba simak potongan-potongan kalimat lirik berikut. ”Guntur gemuruh bersahutan” atau ”Bersabung kilat di cakrawala.” Kemudian dalam refrain dinyatakan ”Hujan badai sangat mengerikan/ Hujan badai menakutkan hati”.
Baca juga : Merayakan Kelegendaan Michael Jackson
Kesan bunyi rock diungkapkan Panbers dengan diksi atau pilihan kata gemuruh, mengerikan, dan menakutkan. Kilat bersabung, guntur gemuruh adalah deskripsi visual yang beranjak dari impresi auditif musik rock.
Sebelum lagu ”Hujan Badai”, Koes Plus di album Volume 3 mempunyai lagu ”Hujan Angin”. Tidak sekeras ”Hujan Badai”, lagu ”Hujan Angin” mendeskripsikan suasana hujan angin yang seru di senja hari, yang menerbangkan kertas, dan membuat orang bergegas menghindari.
Rock yang keras juga ditangkap tentang sesuatu yang keras seperti kehidupan keras, bahkan benda keras seperti besi. Seperti dinyanyikan Murry dalam Murry’s Group pada lagu ”Besi Tua” yang bercerita tentang pedagang besi tua.
Sikap kreatif
Seniman kita kreatif menyambut realitas musik bernama rock dan variannya. Mereka bisa bermain-main dengan jenis musik apa pun untuk kemudian didekatkan dengan realitas sosial di sekitarnya.
Hard rock ”di-indonesia-kan” dengan lirik yang akrab dengan masyarakat penikmat musik. Bentuk auditif musiknya hard rock, akan tetapi isi diadaptasi, dibumikan, dan disesuaikan dengan kondisi kehidupan di negeri ini.
Salah seorang seniman yang kreatif menyikapi hadirnya rock adalah Benyamin S. Dengan gaya komedik, Benyamin bisa bermain-main dengan rock pada 1970-an. Saat itu hard rock model Deep Purple dan lainnya sedang menggemuruh di negeri ini. Coba simak lagu ”Kompor Meleduk”. Impresi auditif hard rock yang keras ditangkap lagu ini sebagai bunyi seperti kompor meledak, angin ribut, dan situasi kacau.
Baca juga : Merayakan Tempe dalam Lagu
Kita simak potongan lirik. “Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk/ Rumeh ane kebakaran gare-gare kompor mleduk...” Lewat rasa rock, Benyamin menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari kehidupan masyarakat mulai kompor meleduk sampai banjir gara-gara got mampet. Lagu yang dikemas dalam musik rock itu terkesan menjadi merakyat karena isinya.
Benyamin juga menyanyikan lagu “Kesurupan” ketika musik soul ala James Brown sedang popular di Indonesia pada awal 1970-an. Penyanyi lagu soul yang kadang berteriak atau menjerit tampaknya memberi kesan seperti orang kesurupan. Jadilah soul dengan konten lokal ala Benyamin. “Kesurupan” menggambarkan orang kesurupan.
Setan dan neraka
Memasuki selang akhir era 1970-an dan dekade 1980 musik rock, termasuk hard rock, dan pop rock semakin meriah dalam industri musik di Tanah Air. Jenis musik pop rock atau musik pop bersentuhan rock, sudah menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat, dan meramaikan radio dimana-mana.
Lagu-lagu masih bermain di sekitar impresi bunyi rock yang memberi kesan seram. Belakangan lagu rock meluas dengan tema kehidupan keras, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, dan juga cinta.
Kata-kata yang terkesan ”seram” cukup sering muncul. God Bless pada 1976 di album pertamanya mempunyai lagu ”Setan Ketawa”. Juga Duo Kribo Ahmad Albar dan Ucok Harahap yang memopulerkan lagu ”Neraka Jahanam” yang menuturkan godaan setan pada Adam dan Hawa.
Kemudian pada pertengahan 1980-an terkenal lagu ”Jarum Neraka” dan ”Tangan-Tangan Setan” karya Ian Antono yang dipopulerkan Nicky Astria. ”Jarum Neraka” berisi ajakan orang untuk menjauhi narkoba. Lirik menggunakan kata-kata yang berkonotasi keras dan seram, misalnya ”jarum setan”. Lagu ”Tangan-tangan Setan” berisi ajakan untuk tidak melakukan vandalisme.
Sejumlah lagu juga bicara mengenai kebiasaan mabuk yang harus dihentikan. Ikang Fawzi membawakan ”Air Api” yang mengajak orang berhenti menenggak minuman keras. Dalam lirik disebut ”Panas air api membuat aku gila sendiri...”
Bangkit Sanjaya memopulerkan ”Daun Surga” yang intinya mengingatkan orang tentang bahaya narkoba. Kita kutip bait pertama. ”Anak-anak muda terbang dalam mimpinya/ Dalam hidupnya penuh bencana/ Selalu tergoda hisap asap racun daun sorga...”
Era 1990-an ke atas, rock sudah menjadi bahasa ungkap untuk berbagai aspek kehidupan, dari cinta sampai nasionalisme. Impresi bunyi rock yang keras, tidak lagi mempengaruhi isi lirik. Kata-kata seram sudah tidak digunakan. Dewa 19 menulis lagu cinta dalam ”Kangen” untuk mengungkapkan kerinduan pada kekasih.
Band Cokelat bicara tentang nasionalisme dan patriotisme dalam lagu ”Bendera”. Ini lagu ciptaan Eross Candra, gitaris Sheila on 7 itu. Kata-katanya bersahaja dan lugas. ”Merah Putih teruslah kau berkibar/ Di ujung tiang tertinggi, di Indonesiaku ini…”
Rock di belantika musik industri kini sudah menjadi medium untuk mengungkapkan rasa. Kebingungan budaya yang melahirkan rock ala Indonesia.