Peran orangtua sangat penting dalam pembelajaran jarak jauh selama pandemi ini. Untuk ini, orangtua perlu mengenali kepribadian dan gaya belajar anak-anak mereka serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah.
Oleh
FRIDA DWIYANTI
·5 menit baca
Kompas
Heryunanto
Mengawali tahun ajaran baru yang masih dalam suasana pandemi, yakni dengan belajar dari rumah, memang bukan hal yang baru. Menjadi guru di rumah dan mendampingi anak-anak kita saat mereka mengikuti kelas daring pun mungkin sudah dialami oleh sejumlah orangtua. Tetapi, masih ada beberapa hal yang perlu diketahui dan disiasati oleh para orangtua menjelang tahun ajaran baru pada masa belajar daring ini. Apalagi bagi orangtua baru yang benar-benar baru mendaftarkan putra-putrinya masuk sekolah.
Banyak yang tidak sama dengan pengalaman masa sekolah orangtua ini. Bagi yang berpikir bahwa belajar daring lebih membutuhkan kesabaran, ketelatenan, dan pengetahuan akan penggunaan gadget, maaf, Anda belum sepenuhnya tepat. Bukan hanya ketiga hal itu saja yang dibutuhkan. Ada hal-hal lain.
Pertama, para orangtua harus memahami gaya belajar anak-anaknya. Apakah mereka tipe yang suka duduk dan memperhatikan dengan saksama uraian guru di depan layar mereka; ataukah mereka tipe anak yang duduk, tetapi terus menggoyang-goyangkan kaki, badan, jemari, atau tangan mereka dengan tetap mata menatap layar; atau tipe ketiga, mereka yang tidak memandang layar, seolah sibuk sendiri tetapi tampak mendengar?
Para orangtua budiman, ketiga hal tersebut di atas disebut dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Pemelajar visual adalah anak-anak yang cenderung memperhatikan dengan saksama. Pemelajar auditori, sebaliknya, mereka seolah tidak menatap layar, tetapi menggunakan indera pendengarannya untuk menyimak kelas daring. Adapun pemelajar kinestetik adalah anak-anak dengan tipe gaya belajar yang tidak mau diam, seakan sibuk bergerak dan dinamis menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi dia menatap atau mendengar gurunya yang sedang menjelaskan paparan di layar.
Kompas/Totok Wijayanto (TOK)
Kegiatan belajar-mengajar di tempat yang tidak semestinya menyebabkan para siswa dapat berposisi sesuka mereka saat menerima pelajaran. Foto diambil pada 29 Januari 2018.
Kedua, orangtua juga mengenal daya rentan dan panjangnya fokus serta ketahanan diri anak-anak kita. Siswa PAUD, TK, dan SD kelas kecil masih sangat membutuhkan pendampingan guna membiasakan diri belajar di depan layar. Periksa terus fokus mereka akan kelas daring yang sedang berlangsung.
Hal yang juga perlu diperhatikan adalah daya tahan anak terhadap rasa bosan sekiranya mereka tampak sudah lama duduk dan memperhatikan layar. Ajak anak-anak kita rehat dan menjauhi layar manakala jam istirahat diberikan. Kita harus tegas dan disiplin karena beberapa anak kerap melanjutkan kegiatan daring mereka dengan terus berkegiatan daring lagi bersama temannya atau melakukannya sendiri.
Hal yang juga perlu diperhatikan adalah daya tahan anak terhadap rasa bosan sekiranya mereka tampak sudah lama duduk dan memperhatikan layar.
Ini artinya bahwa orangtua harus tegas mematikan laptop atau gawainya ketika jam istirahat. Ajak anak berdiri, berjalan, bergoyang badan, menjauhi gadget-nya, dan karena kita tinggal tetap di rumah, hal yang paling mudah dilakukan adalah mengajaknya beristirahat merebahkan diri dan melatih pandangan matanya karena selama waktu tertentu, perhatian dan matanya harus bekerja keras di depan layar.
Ketiga, orangtua mengenal tipe kepribadian anak-anak: ekstrover/introver atau dominan/tidak, atau punya jiwa pemimpin/follower, atau tipe anak yang santai atau yang bagaimana? Orangtua bisa mengadakan tes sederhana untuk mengetahui hal tipe kepribadian anak dengan membaca dan menerapkan tips-tips dan cara menilai anak. Amati gaya dan sikap anak-anak kita ketika mereka mengikuti kelas dan berada di antara kawan-kawannya.
Tegas dan disiplin
Keempat, orangtua juga harus bersikap tegas dan disiplin. Tegas dengan membantu anak mengikuti jadwal yang sudah diberikan gurunya dan mendisiplinkan anak ketika jam belajar sudah akan dimulai. Peringatan harus tetap diberikan tanpa harus disertai nada suara mengancam atau membentak, yang alih-alih menjadikan anak-anak kita makin tidak menikmati belajar daringnya.
Kelima, orangtua bersikap bijaksana, tetapi tetap toleran ketika mendampingi anak-anak kecil duduk belajar di depan layar. Kalau anaknya sudah besar, sikap bijaksana harus makin dikedepankan karena alasan menjauhi belajar daring makin bervariasi dan kreatif karena anak-anak kita di kelas atas sudah memiliki pengalaman lebih lama dalam belajar luring. Mereka sudah bisa membanding-bandingkan antara pengalaman belajar di kelas sesungguhnya dan belajar dari rumah.
Keenam, orangtua harus menjadi pendengar baik dan aktif akan apa saja yang akan dikemukakan oleh anak-anak kita, dan menjadi penanya yang baik pula ketika melihat mereka mulai menunjukkan sikap enggan belajar. Tunjukkan empati kita karena belajar dari rumah secara daring bukanlah hal mudah yang bisa dipahami anak-anak dengan cepat.
Ketujuh, jangan segan-segan menghubungi guru kelas/pihak sekolah dan menanyakan strategi yang dapat diterapkan dalam mendukung anak belajar di rumah. Orangtua bukanlah seorang guru; meskipun kita mengenal dan merawat anak-anak kita sedari bayi. Para guru menguasai ilmu pengajaran dan pedagogi (belajar-mengajar) yang diperoleh melalui kemampuan profesionalnya, pengalaman, dan melalui pelatihan yang diikutinya. Menjadi guru bukanlah hal yang mudah, tetapi kita percaya bahwa guru pertama anak-anak kita adalah orangtuanya.
Kompas/Priyombodo
Igbal dibimbing ibunya dalam pendidikan jarak jauh di kios di jalan Banjir Kanal, Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (23/10/2020).
Kedelapan, kenali diri kita dan jadilah teladan bagi anak-anak kita. Kita harus bisa lebih mengontrol suasana belajar di rumah dan menjadi contoh nyata bagi anak-anak. Misalnya, kita beristirahat dari HP ketika anak-anak kita sedang istirahat sehingga terjalin komunikasi di antara orangtua dan anak.
Orangtua wajib mengenali dirinya sendiri karena anak-anak kita merupakan cerminan diri kita dan pasangan kita. Kalau misalnya kita mendapati anak kita belajar dengan cara A, bisa jadi tipe A itu juga tipe belajar kita atau pasangan kita tanpa kita sadari.
Orangtua harus memberikan waktu tertentu untuk anak-anak untuk tetap dapat bermain karena dunia anak-anak itu dunia bermain.
Kesembilan, orangtua harus memberikan waktu tertentu untuk anak-anak tetap dapat bermain karena dunia anak-anak itu dunia bermain. Berikan anak-anak kita kesempatan bergerak, meluangkan hobinya, bermain sendiri, bermain bersama saudaranya, atau kegiatan bermain yang lain. Hal ini tidak hanya memberikan waktu bebas dari layar gadget, tetapi juga menyediakan waktu rileks dan memberikan kebebasan waktu sendiri (me time) kepada anak-anak kita.
Kesepuluh, orangtua dapat menciptakan suasana belajar di rumah menjadi seperti kelas yang sebenarnya dengan menyediakan ruangan khusus yang terdiri dari meja, kursi, lampu penerangan yang jelas, dan sirkulasi udara yang bebas supaya anak dapat merasa nyaman ketika belajar dari rumah.
Demikianlah 10 tips menjadi orangtua belajar daring. Semoga bermanfaat bagi para orangtua dalam memasuki tahun ajaran baru saat ini. Semangat!
Frida Dwiyanti, Kepala Sekolah Sampoerna Academy Sentul