Fenomena ”learning lost” yang dikhawatirkan terjadi mudah-mudahan dapat diantisipasi dengan terobosan digital.
Oleh
Ega D Nindita
·3 menit baca
Saya ingin berbagi pengalaman selama masa pandemi sebagai orangtua. Pembelajaran jarak jauh rupanya memungkinkan kami memahami gaya belajar anak sehingga bisa membantu anak beradaptasi dengan ”gaya belajar” masing-masing secara personal.
Hal itu sesuatu yang barangkali agak sulit dilakukan oleh guru di kelas karena keterbatasan tenaga dan waktu serta tanggung jawab terhadap peserta didik yang ”banyak”. Akibatnya, dalam kasus anak kami, prestasi belajarnya meningkat dengan baik. Tingkat pemahaman ia akan materi melampaui sebelumnya.
Kami melihat bahwa anak-anak cepat belajar hal baru, seperti cepat beradaptasi dengan teknologi, sehingga ia mulai terbiasa dengan sistem operasi komputer, bekerja kelompok dengan menggunakan aplikasi tatap muka dan aplikasi presentasi, mencari sumber pembelajaran lewat video di Youtube (tentunya dengan pengawasan), dan mengumpulkan PR secara daring.
Saya terinspirasi artikel ”Saatnya Mantapkan Pendidikan Digital” (Kompas, 22/7/2021). Bisa jadi pandemi Covid-19 merupakan momentum yang sangat baik bagi dunia pendidikan untuk merombak sistem sekaligus melakukan terobosan digital untuk membantu tenaga pendidik ataupun siswa memperoleh pengetahuan secara digital.
Dengan asumsi kemajuan teknologi informasi sudah merata menjangkau seluruh kawasan di Indonesia, pendidikan jarak jauh bisa membantu mengatasi hambatan geografis dan kurangnya sekolah di daerah.
Yang harus menjadi perhatian adalah bentuk negara Indonesia yang berupa kepulauan, dengan dinamika dan masalahnya masing-masing. Bagaimana mengatasi kesenjangan antara Pulau Jawa dan pulau-pulau lain dalam bidang pendidikan? Apakah dorongan arus digitalisasi di segala bidang dapat turut memeratakan pendidikan hingga ke pelosok daerah? Bagaimana caranya? Hal ini yang harus dipikirkan.
Fenomena learning lost yang dikhawatirkan terjadi mudah-mudahan dapat diantisipasi dengan terobosan digital. Saya paham hal ini tidak mudah, diperlukan kerja sama antarlembaga dan dukungan penuh pemerintah. Namun, dengan peran serta setiap keluarga, masalah learning lost dapat kita atasi bersama.
Ega D Nindita
Jalan Delman Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Sertifikat Citramaja
Perkenankan saya bertanya kepada Citramaja terkait sertifikat saya. Saya sudah menghubungi dan menyuarakan keluhan saya pada akun resmi Citramaja, tidak dapat jawaban memuaskan. Saya juga sudah menghubungi bagian legal Citramaja, tidak ada hasil.
Saya sudah serah terima bangunan pada Juni 2018, tetapi sudah tiga tahun tak ada kejelasan ihwal sertifikat saya.
Saya sungguh kecewa dengan lamanya pelayanan ini, apalagi pengembang cukup ternama. Teman yang membeli unit setelah saya sudah mendapat sertifikat.
Ferry Adi Wibowo
Blok C52, Citramaja Springdale, Lebak, Banten
Masalah Transfer
Saya nasabah baik Bank UOB Buana maupun BRI. Tempat saya menerima jasa titip transfer antarbank. Saya selama ini memakai TMRW, hanya sesekali ada masalah.
Tanggal 10 saya melakukan beberapa transfer. Satu di antaranya bermasalah, yaitu ke rekening BRI atas nama Ngatmini (mohon UOB cek).
Transaksi sukses, saldo saya terpotong, resi juga keluar. Namun, dua hari kemudian pemilik rekening protes, dana belum masuk.
Saya sarankan ia melapor ke BRI Boyolali dan minta rekening koran. Menurut bank, belum masuk. Foto rekening koran dilampirkan.
Saya langsung menyurati via aplikasi TMRW dan Facebook. Penyelesaian perlu waktu 5-90 hari. Mohon pihak UOB segera mengklarifikasi karena yang punya uang minta kejelasan nasib uangnya.