Mengatasi Penyakit Tak Menular
Penyakit tak menular (PTM) membunuh 41 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, di mana lebih dari sepertiganya kematian dini. Di tengah pandemi Covid-19 perlu memberikan perhatian ekstra dalam penanganan risiko PTM.
Di tengah respons Covid-19, kesempatan mencegah, mendeteksi, mengendalikan, dan menangani penyakit tidak menular harus dimanfaakan secara penuh.
Penyakit tak menular (PTM) membunuh 41 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, di mana lebih dari sepertiganya kematian dini.
Keempat PTM besar —jantung, kanker, saluran pernapasan kronis, dan diabetes— menyebabkan lebih dari 80 persen semua kematian dini akibat PTM, dengan 85 persen terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Asia Tenggara.
Faktor risiko utama PTM seperti konsumsi tembakau, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol yang berbahaya, dan pola makan tak sehat juga berkontribusi dan memperburuk gangguan kesehatan jiwa, seperti depresi dan keresahan.
Orang dengan PTM, lebih berisiko mengalami Covid-19 yang parah dan kematian. Mereka termasuk yang paling terdampak oleh pandemi ini, karena interaksi antara infeksi SARS-CoV-2 dan berbagai PTM. PTM dipengaruhi kondisi sosial dan ekonomi.
Di tengah gelombang infeksi Covid-19 yang sedang melanda dunia, WHO akan terus mendukung negara-negara di Asia Tenggara untuk merespons secara agresif PTM, sambil memperkuat kemerataan kesehatan dan mempertahankan pelayanan kesehatan yang esensial, termasuk untuk PTM.
Berbagai inovasi yang berdampak besar —seperti kedokteran jarak jauh (telemedicine), resep dokter dengan jangka waktu yang lebih lama, dan pengiriman obat-obatan ke rumah —harus terus dimanfaatkan, dan semua kelompok berisiko harus terus aktif didorong untuk divaksinasi, sesuai rencana vaksinasi nasional.
Sebagian besar negara telah menyusun kebijakan kesehatan jiwa nasional, yang harus terus diperkuat dalam bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang.
Kemajuan kawasan Asia Tenggara dalam mengatasi PTM tidak boleh berhenti, apalagi mengalami kemunduran. Sejak 2014, kawasan ini telah mengintensifkan tindakan untuk mencegah dan mengendalikan PTM sebagai prioritas utama. Semua negara harus terus menerapkan rencana-rencana aksi PTM multisektor nasional dan tetap berkomitmen untuk mencapai target PTM 2025 dan 2030.
Prioritas aksi
Sebagian besar negara telah menyusun kebijakan kesehatan jiwa nasional, yang harus terus diperkuat dalam bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang. Agar Asia Tenggara dapat melindungi dan mempertahankan kemajuan-kemajuannya, serta memicu lebih banyak kemajuan, beberapa prioritas membutuhkan perhatian terarah.
Pertama, memanfaatkan sepenuhnya inisiatif-inisiatif baru. Contohnya, bulan April WHO meluncurkan inisiatif Global Diabetes Compact, yang bertujuan memastikan semua orang bisa mengakses alat-alat diagnosis, obat-obatan, dan produk-produk kesehatan lain yang berkualitas untuk diabetes, tanpa kesulitan keuangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Asia Tenggara telah mencetak kemajuan berarti dalam meningkatkan akses terhadap insulin dengan mutu terjamin, tetapi masih ada hambatan, terutama bagi orang-orang yang paling rentan. Dalam bulan-bulan mendatang, inisiatif ini akan mendorong inovasi-inovasi baru dalam hal teknologi dan harga. Semua negara di kawasan harus bisa memanfaatkan dan menerapkan dengan maksimal.
Kedua, mengimplementasi intervensi-intervensi yang paling efektif biaya (best buy) yang sudah kita ketahui berhasil. Bukti menunjukkan bahwa dengan meningkatkan cukai atas produk-produk tidak sehat, pembuat kebijakan dapat menekan konsumsi, meningkatkan kesehatan keseluruhan, dan menurunkan biaya kesehatan perorangan dan masyarakat.
Pada saat bersamaan, pemerintah juga bisa meningkatkan pendapatan fiskalnya, yang jika dialokasikan untuk kesehatan, akan membantu mencapai pemulihan kesehatan dan ekonomi dari Covid-19 yang lebih adil, tangguh, dan berkelanjutan. Pembatasan pemasaran produk-produk tidak sehat juga penting, termasuk iklan terselubung yang bertujuan untuk menumbuhkan kesetiaan pada merek di antara kawula muda.
Ketiga, memperkuat tindakan untuk mengatasi PTM di dalam sistem kesehatan, terutama di garis depan. Deklarasi Kolombo 2016 oleh kawasan ini menekankan pentingnya akses pelayanan PTM terpadu yang berkualitas di tingkat primer, termasuk konseling gaya hidup sehat, penapisan (screening) yang ditargetkan untuk diagnosis dini, serta obat-obatan dan alat kesehatan yang berkualitas untuk tata laksana PTM bagi semua orang.
Kebijakan berpusatkan manusia (people-centred policy) menjadi kebutuhan paling mendesak.
Berpusat pada manusia
Semua negara di kawasan telah mencetak kemajuan besar di masing-masing bidang ini dan bidang-bidang lain, di mana Kerangka Kerja Operasional Pelayanan Kesehatan Primer WHO dapat membantu mempercepat selama masa respons Covid-19, masa pemulihan, dan setelahnya.
Kebijakan berpusatkan manusia (people-centred policy) menjadi kebutuhan paling mendesak. Dengan mengintensifkan penjangkauan dan pelibatan masyarakat, pembuat kebijakan dapat memastikan bahwa semua orang dari segala lapisan memahami tanda-tanda dan gejala-gejala PTM, serta cara mendapatkan pelayanan tes dan pengobatan.
Penting juga bahwa mereka dapat meningkatkan literasi kesehatan dan PTM secara lebih umum, sehingga mendorong orang untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti aktivitas fisik yang memadai, pola makan sehat, dan tak mengonsumsi tembakau dan produk-produk tak sehat lainnya.
Dukungan aktif dari pemerintah dan seluruh masyarakat penting di sini. Pembuat kebijakan harus mengintensifkan pelibatan aktor-aktor utama dari berbagai sektor dan meminta pandangan dan perspektif orang-orang dengan PTM, yang paling mampu mengidentifikasi kesenjangan yang ada.
Baca juga : Hipertensi, Pembunuh Senyap di Nadi Kita
WHO berkomitmen untuk memperjelas suara kelompok masyarakat terdampak dan memastikan mereka diundang untuk bermitra dalam menciptakan bersama solusi-solusi kebijakan yang berpusatkan pada manusia. Aksi yang diperbarui dan ditingkatkan terhadap PTM tak dapat ditunda-tunda.
Di tengah respons terhadap Covid-19, WHO akan terus memberikan dukungan kritis di segala bidang kesehatan, termasuk PTM, yang merupakan ancaman mendesak terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan pembangunan berkelanjutan, ke semua negara di kawasan.
Bersama, kita harus mengurangi risiko PTM dan memastikan semua orang memiliki akses perawatan dan pengobatan berkualitas yang adil, komprehensif, dan terjangkau. Setiap kesempatan harus diraih dan setiap inovasi harus dimanfaatkan. Tak boleh ada yang tertinggal.
Poonam Khetrapal Singh Direktur WHO Kawasan Asia Tenggara