Merawat Pasien di Rumah
Tidak semua orang sakit harus dirawat di ruang gawat darurat. Perawatan di rumah bersama keluarga juga bisa menjadi pilihan, apalagi apabila ditawarkan sendiri oleh dokter.
Ketika jumlah kasus baru Covid-19 meningkat tajam, pemerintah mengutamakan layanan rumah sakit untuk penderita Covid-19 yang sakit berat dan kritis. Mereka yang terinfeksi Covid-19, tetapi tanpa gejala atau bergejala ringan dapat menjalani isolasi mandiri di rumah. Untuk pengawasan kesehatan dan dukungan obat, pemerintah menyediakan layanan telemedisin.
Saya rasa, sebagai seorang pensiunan dosen, kebijakan ini merupakan kebijakan yang amat strategis. Kita mencoba menurunkan angka kematian dengan memberi layanan rumah sakit untuk yang sakit berat dan kritis, sementara yang dapat dilayani di rumah tetap dibantu, baik layanan kedokterannya maupun pembiayaannya.
Ketika mertua saya sakit kanker stadium lanjut, dokter menganjurkan untuk merawat beliau di rumah. Apalagi, mertua saya tak suka dirawat di rumah sakit. Beliau berkali-kali berpesan, jika akan meninggal, ingin meninggal di rumah di tengah keluarganya, bukan di ruang rawat intensif yang penuh dengan mesin.
Kami menjalankan perawatan di rumah bersama dokter dan perawat yang datang teratur ke rumah. Mertua saya tetap dapat bercengkerama dengan cucu-cucu. Pulang sekolah, cucu-cucu selalu mengajak berbincang neneknya dan itu merupakan masa yang menyenangkan bagi mertua saya.
Tidak seluruh pasien sakit berat harus masuk ruang perawatan intensif yang penuh dengan peralatan pemantau jantung paru dan mempunyai peralatan bantu pernapasan.
Saya dan istri bekerja sehingga hanya dapat menemani sore dan malam hari. Perawatan di rumah merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan. Sudah tentu harus ada kriteria penyakit tertentu karena di rumah tak tersedia peralatan kedokteran canggih, di rumah tak dapat dilakukan tindakan medis seperti operasi, tapi untuk merawat pasien termasuk pemberian makanan melalui selang hidung ataupun pemasangan infus dapat dilaksanakan di rumah.
Ketika mertua saya harus mendapat obat dan nutrisi yang harus melalui infus, dokter memasang saluran melalui pembuluh darah balik dekat leher. Melalui cara tersebut infus dapat bertahan dalam jangka lama.
Kami bersama perawat dan dokter mempunyai komunikasi yang baik. Di rumah ada adik perempuan saya yang tak bekerja sehingga dapat menemani mertua saya ketika kami bekerja. Jika diperlukan, dia sudah terampil menghubungi perawat atau dokter. Dia juga sudah mampu melakukan pemantauan sederhana, seperti menghitung jumlah air kemih, menghitung makanan cair yang masuk melalui selang di hidung, juga memberikan obat tablet yang diperlukan. Bahkan, dia sudah terampil mengukur suhu dan tekanan darah.
Dokter dan perawat datang secara berkala untuk memantau langsung penderita. Komunikasi kami dengan dokter dan perawat dapat dilakukan secara teratur berkat bantuan panggilan video dan keadaan mertua saya dapat dilaporkan melalui video.
Setelah pandemi Covid-19, saya berharap layanan pasien di rumah akan terus berkembang. Paradigma orang sakit hanya dapat sembuh setelah dirawat di rumah sakit dapat berubah. Semakin banyak orang berusia lanjut yang ingin meninggal di rumah saja di tengah keluarga tercinta.
Bagaimana pendapat Dokter masa depan perawatan di rumah ini? Apakah akan dapat ditingkatkan dan apa saja tantangannya? Terima kasih.
M di J
Anda benar, dewasa ini perawatan di rumah semakin populer karena bermanfaat bagi pasien, keluarga, dan juga lebih hemat dari segi pembiayaan. Pada kasus Covid-19, isolasi mandiri di rumah merupakan kebijakan yang tak dapat dielakkan. Tak mungkin lagi memasukkan semua pasien Covi-19, baik ringan maupun tanpa gejala, ke rumah sakit. Untuk menolong kasus berat dan kritis saja, rumah sakit sudah kewalahan.
Namun, perawatan di rumah tetap harus memerhatikan kepentingan pasien. Pasien harus mendapat perawatan dan pengobatan terbaik. Untuk itu, kita berterima kasih karena pemerintah menyediakan layanan telemedisin serta mempersiapkan puskesmas untuk mengawasi perawatan di rumah untuk kasus Covid-19.
Angka penyembuhan kasus Covid-19 di negeri kita cukup menggembirakan, cukup tinggi dibandingkan dengan banyak negara lain. Ini berarti kebijakan isolasi mandiri berjalan cukup baik meski pada tahap permulaan banyak kesulitan dan kebingungan. Mudah-mudahan ke depan akan semakin tertib dan teratur. Obat-obat yang diperlukan akan mudah diperoleh. Jika keadaan memburuk dapat dirujuk ke rumah sakit.
Anda benar. Layanan perawatan di rumah tak hanya untuk penyakit ringan, tetapi juga dapat dimanfaatkan bagi penderita penyakit terminal yang tujuan terapinya untuk meningkatkan kualitas hidup. Di negeri kita, sekitar 70 persen kanker didiagnosis pada stadium lanjut, sebagian bahkan sudah masuk dalam keadaan terminal.
Baca Juga: Telemedisin, Peluang dan Tantangan
Dokter bersama keluarga dapat mendiskusikan kemungkinan untuk perawatan di rumah. Keluarga tentu amat ingin memberi pengobatan terbaik bagi anggota keluarganya yang sedang sakit.
Pernah ada keluarga kaya yang mempunyai anggota keluarga menderita kanker lanjut. Mereka membawanya ke negeri Belanda ke rumah sakit terkenal untuk pengobatan kanker. Sampai di sana semua pemeriksaan di Indonesia dipelajari dan akhirnya pakar kanker di Belanda mengatakan memang pasien dalam keadaan terminal, sebaiknya dibawa kembali ke Indonesia dan mungkin akan lebih baik dirawat di rumah.
Jadi, keluarga tak perlu kecewa jika dokter menawarkan perawatan di rumah untuk kenyaman pasien.Tidak seluruh pasien sakit berat harus masuk ruang perawatan intensif yang penuh dengan peralatan pemantau jantung paru dan mempunyai peralatan bantu pernapasan.
Kita harus mengubah cara pandang, untuk masuk ruang perawatan intensif ada syarat-syarat khusus keadaan penyakit penderita. Tidak semua pasien harus meninggal di ruang perawatan intensif.
Apa tantangan perawatan di rumah? Pasien harus mendapat perawatan yang dibutuhkan, baik kenyamanan bernapas maupun asupan makanan dan minuman, serta harus bebas dari rasa nyeri. Untuk itu, diperlukan kerja sama yang erat antara petugas kesehatan dan keluarga.
Di Indonesia, peran keluarga juga dibantu oleh asisten rumah tangga. Namun, harus diyakinkan, dalam melaksanakan tugas, asisten rumah yang benar-benar memahami tugas dan kemampuannya, jangan sampai membahayakan penderita. Seperti pengalaman Anda, peran anak bahkan cucu dapat meningkatkan keceriaan penderita. Sesuatu yang sulit diperoleh jika pasien dirawat di rumah sakit, apalagi di ruang perawatan intensif.
Salah satu tantangan besar yang harus kita hadapi dalam perawatan di rumah adalah segi pembiayaan. Asuransi kesehatan termasuk BPJS harus memberi dukungan agar perawatan di rumah mendapat dukungan pembiayaan. Perawatan di rumah jauh lebih murah daripada di rumah sakit.
Jika pasien yang semula dirawat di rumah sakit dapat dijadikan perawatan di rumah, sebenarnya akan mengurangi beban biaya asuransi. Mudah-mudahan kebijakan perusahaan asuransi akan dapat cepat diubah.
Baca Juga: Pandemi Masih Mengancam, Asuransi Jadi Pegangan
Di luar negeri, perawatan di rumah sudah merupakan bagian dari perawatan. Bahkan, perawatan di rumah semakin berkembang. Asuransi sudah mendukung karena dari segi pembiayaan perawatan di rumah lebih hemat biaya.
Pandemi Covid-19 ini telah mengajarkan kita banyak hal. Semakin menghargai nilai kesehatan, kita semakin paham manfaat upaya pencegahan, termasuk vaksinasi. Begitu pula pandemi ini mengajarkan kita untuk merombak sistem perawatan orang sakit di negeri kita yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat dan biayanya lebih hemat. Terima kasih atas pandangan Anda tentang perawatan pasien di rumah.