Anak-anak sangat rentan terdampak pandemi. Tanpa kebijakan yang mengarusutamakan perlindungan anak, pandemi ini akan berdampak jangka panjang terhadap keselamatan, kesejahteraan, dan masa depan mereka.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Tahun ini merupakan tahun kedua peringatan Hari Anak Nasional di masa pandemi Covid-19. Perayaan di tingkat nasional diharapkan memberikan dukungan kepada anak-anak untuk tetap bersemangat, sekaligus pengingat bagi orangtua, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk meningkatkan kepedulian kepada anak-anak.
Enam belas bulan sudah kita hidup di tengah pandemi dan ini berdampak besar pada kehidupan anak, terutama anak-anak yang rentan. Tidak hanya ancaman Covid-19—kasus Covid-19 pada anak terus meningkat dengan angka kematian yang juga meningkat—upaya pengendalian pandemi juga berdampak luas pada semua dimensi kehidupan anak.
Krisis akibat pandemi berdampak ganda pada anak-anak, terutama anak-anak dari keluarga miskin. Penurunan penghasilan orangtua, bahkan tak sedikit yang kehilangan pekerjaan, memengaruhi kesejahteraan anak. Semakin kecil kesempatan mereka mendapatkan pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, termasuk makanan bergizi, bahkan dukungan psikososial yang sangat esensial untuk tumbuh kembang mereka.
Hilang pembelajaran (learning loss) bukan lagi ancaman, melainkan telah nyata terjadi pada sejumlah anak. Tidak hanya kehilangan kesempatan belajar karena kendala dalam belajar dari rumah, sejumlah anak juga terpaksa berhenti sekolah karena harus bekerja atau dinikahkan (terutama anak perempuan) untuk meringankan beban ekonomi keluarga.
Berada di rumah juga tidak selalu memberikan perlindungan terhadap anak, justru kasus kekerasan terhadap anak meningkat. Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, hingga 3 Juni 2021 terdapat 3.122 kasus kekerasan terhadap anak, itu pun tidak semua kasus dilaporkan oleh masyarakat.
Tanpa tindakan segera, melalui kebijakan yang mengarusutamakan perlindungan anak, pandemi ini akan berdampak jangka panjang terhadap keselamatan, kesejahteraan, dan masa depan anak-anak. Karena itu, hak anak untuk sehat, mendapatkan pendidikan, dan perlindungan harus menjadi prioritas dalam penanganan pandemi ini.
Tanpa tindakan segera, melalui kebijakan yang mengarusutamakan perlindungan anak, pandemi ini akan berdampak jangka panjang terhadap keselamatan, kesejahteraan, dan masa depan anak-anak.
Hak kesehatan, terutama, masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia menunjukkan, kasus Covid-19 pada anak terus meningkat, bahkan di masa PPKM darurat ini, dengan angka kematian yang termasuk tinggi pula. Hingga 5 Juli 2021 terjadi 140.877 kasus Covid-19 pada anak, dengan 556 kasus kematian.
Kasus tersebut termasuk tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Karena itu, pembukaan sekolah meski terbatas, harus sangat hati-hati dilakukan, jangan sampai menambah jumlah tersebut. Dibutuhkan inovasi dan adaptasi pembelajaran untuk menjaga keberlanjutan pendidikan anak di masa pandemi. Layanan kesehatan dasar juga harus ditingkatkan karena kesehatan anak menentukan ketahanan mereka terhadap risiko paparan Covid-19.
Kehadiran negara, untuk melindungi dan memenuhi hak-hak anak, semakin dibutuhkan di masa pandemi ini agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia berkualitas. Sebagaimana tema Hari Anak Nasional dua tahun terakhir, ”Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. Sebab, anak adalah masa depan bangsa ini.