logo Kompas.id
OpiniKehilangan, yang Terampas dan ...
Iklan

Kehilangan, yang Terampas dan yang Putus

Apakah dalam pikiran negara yang melakukan penghilangan paksa pernah terlintas sekadar meminta maaf kepadanya atas kekejaman yang telah menimpa ayahnya?

Oleh
Putu Fajar Arcana
· 8 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VEb4jN0NSW2namTseYHTSg1ybII=/1024x1167/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2FCAN_1565170607-e1583251049886.jpg
Kompas

Putu Fajar Arcana, Wartawan Senior Kompas

Ketika membaca kumpulan cerpen Berita Kehilangan (2021) yang diinisiasi oleh Kontras, aku ingat Tude Moyo. Dia sahabat masa kecil paling bodoh yang pernah aku kenal. Beberapa waktu lalu secara tak sengaja, aku menemukannya menggelandang di tengah kota. Kaus yang ia kenakan tak layak lagi disebut baju. Ia cuma sesampir kain rombeng, kumal, dan berbau. Mungkin dulu warnanya putih, tetapi saking tak pernah diganti apalagi dicuci, sudah berubah menjadi coklat tanah.

Pekak dan Mbah, dua orang tua yang dulu pernah mengurusnya, sudah lama tiada. Dari Pekak, sekitar tahun 1970-an, aku sering kali mendapat cerita tentang huru-hura tahun 1965-1966 di kota kami. Apalagi, anaknya sendiri, I Wayan Teler, menghilang tanpa jejak. Teler tak lain adalah ayah dari Tude Moyo. Pada suatu pagi, kata Pekak, Teler pamit untuk mengunjungi saudara istrinya yang sakit. Rumahnya tak jauh dari pasar kota, tetapi harus melewati penjagaan di dekat tangsi militer.

Editor:
sariefebriane
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000