Perusahaan Virgin Galactic yang didirikan oleh Richard Branson kini berada di baris depan dalam industri penerbangan komersial ke ruang angkasa.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
AFP PHOTO /VIRGIN GALATIC/HANDOUT
Foto yang dirilis Virgin Galactic ini menunjukkan Sir Richard Branson (depan) dan anggota awak lainnya berada dalam kondisi tanpa gravitasi, saat mereka terbang ke ruang angkasa dengan pesawat Virgin Galactic, Minggu (11/7/2021).
Boleh jadi, dunia yang muram karena pandemi membutuhkan inspirasi. Media pun berinisiatif memberikan warna lain sebagai penghibur untuk audiensnya.
Salah satunya adalah saat Kompas.id menurunkan berita tentang penerbangan Richard Branson, perintis wahana antariksa swasta, ke tepian antariksa, Minggu (11/7/2021). Dengan roket Virgin Galactic, wahana Virgin Spaceship (VSS) Unity meluncur hingga ketinggian 50 mil atau sekitar 80 kilometer (km) di atas permukaan bumi. Misi ini jadi tonggak penting dalam era industri pariwisata ruang angkasa meski lingkupnya baru untuk kalangan amat eksklusif, yakni para miliarder.
Menjadi tonggak penting karena peran swasta kini kian menonjol dalam keantariksaan. Sebelum ini, bagi Amerika Serikat (AS), hanya astronot pilihan Badan Penerbangan dan Ruang Angkasa AS (NASA) yang bisa ambil bagian dalam misi berawak ke ruang angkasa. Kini, entrepreneur, seperti Richard Branson, bisa sampai di ruang angkasa dengan wahana yang ia kembangkan sendiri.
Inisiatif Branson memiliki tujuan, ”Membuat ruang angkasa lebih dapat diakses semua orang. Selamat datang di fajar era ruang angkasa baru,” ujar Branson yang kini berusia 70 tahun seusai pendaratan di gurun New Mexico, AS. Perusahaan Virgin Galactic yang ia dirikan kini berada di baris depan dalam industri penerbangan komersial ke ruang angkasa, yang akan terbuka bagi manusia lain dan mengubah dunia.
AFP/PATRICK T FALLON
Pendiri Virgin Galatic Sir Richard Branson (kiri) dan Sirisha Bandla yang berada di atas pundaknya tertawa bersama anggota kru lainnya, Minggu (11/7/2021), di Spaceport America, Negara Bagian New Mexico, Amerika Serikat, setelah menyelesaikan penerbangan ke ruang angkasa.
Selain Branson, dalam ikhtiar serupa kita kenal Jeff Bezos, pendiri Amazon.com, yang mendirikan perusahaan antariksa Blue Origin, yang akan meluncurkannya ke angkasa bersama saudaranya, Mark, dan perempuan pilot, Wally Frank (82), beserta seorang lagi yang tidak disebutkan namanya. Orang itu adalah pemenang lelang tiket seharga 28 juta dollar AS, sekitar Rp 420 miliar, untuk ikut melongok ruang angkasa.
Bisa juga disebutkan miliarder lain, Elon Musk, yang, selain dikenal sebagai pendiri dan pemilik pabrik mobil listrik Tesla, juga pemilik perusahaan transportasi angkasa, yakni SpaceX. Perusahaan ini berencana mengirim awak sipil pertamanya untuk mengorbit Bumi pada September yang akan datang.
Selain menswastakan program ruang angkasa, yang dilakukan para spacepreneur itu juga bernuansa menjadikan misi angkasa bisa dilakukan orang kebanyakan, bukan penerbang pesawat tempur berperforma tinggi, seperti di masa awal penerbangan antariksa. Tentu tetap diperlukan sejumlah persyaratan kesehatan khusus, tetapi tidak seberat yang diterapkan terhadap astronot awal, yang dijuluki ”The Right Stuff”.
Perusahaan Virgin Galactic yang ia dirikan kini berada di baris depan dalam industri penerbangan komersial ke ruang angkasa.
Selain sejenak jeda dari topik Covid-19, wacana penerbangan antariksa berdimensi masa depan. Sudah satu keniscayaan bahwa suatu saat Bumi tak bisa dihuni lagi dan manusia harus mencari koloni di ruang angkasa. Mungkin masa itu masih ribuan tahun lagi.
Namun, yang dilakukan bangsa maju, termasuk para perintis swasta, adalah wujud sikap waspada dan mengantisipasi masa depan. Kita mesti juga tidak selamanya menjadi negara yang berkutat dengan kebutuhan dasar, tetapi juga memiliki visi tentang masa depan.