DI India, di beberapa rumah sakit besar dipasang generator oksigen besar. Untuk perawatan di rumah, digunakan mesin konsentrator oksigen. Di Indonesia, masyarakat jangan panik dan memborong tabung oksigen.
Oleh
Yos E Susanto
·3 menit baca
Rasanya prihatin sekali membaca judul berita utama harian Kompas, ”Darurat Oksigen” (Senin, 5/7/2021). Memang keadaan benar-benar gawat jika rumah sakit pemerintah seperti RSUP Dr Sardjito kehabisan oksigen.
Saya bisa membayangkan sibuk dan tegangnya direktur dan staf RS, mencari jalan agar para pasien yang nyawanya tergantung oksigen bisa diselamatkan.
Beberapa hari lalu, tengah malam, seorang direktur rumah sakit menghubungi saya dalam kecemasan yang memuncak. ”Malam Prof, tolong bantu saya. Oksigen habis sejam lagi. Sudah berusaha sejak siang.”
Ada juga direktur yang curhat, memikirkan persediaan oksigen di rumah sakit: ”Posisi kami sekarang 521. Di bawah 500, sudah tak kuat untuk menjalankan ventilator dan High Flow Nasal Cannula (HFNC). Vendor dihubungi sejak tengah malam, tidak respons. Bagaimana kami tidak jantungan. Apalagi kalau pasien yang butuh oksigen sangat banyak, kami panas-dingin. Stres, takut ada pasien kenapa-kenapa karena kekurangan oksigen.”
India pada April dan Mei lalu juga krisis oksigen. Ada beberapa hal menarik dari laporan Amit Thadani yang bisa kita pelajari (laporan khusus 151, ORF).
Pertama, rumah sakit menghemat oksigen. Alat-alat yang membutuhkan oksigen sangat tinggi seperti HFNC dikurangi. Dibentuk tim audit oksigen. Dipasang generator oksigen. Di beberapa rumah sakit besar dipasang generator oksigen besar. Untuk perawatan di rumah, digunakan mesin konsentrator oksigen.
Kedua, pemerintah mendatangkan tangki oksigen dengan pesawat sehingga jumlahnya hampir dua kali lipat. Pemerintah juga mendatangkan generator oksigen.
Ketiga, perusahaan industri gas memperbesar kapasitas dan mengatur distribusi agar lebih efisien. Perusahaan-perusahaan industri lain, yang mampu menghasilkan oksigen, juga membantu.
Swasta juga membantu pemasangan generator oksigen di rumah sakit. Pemasangan generator oksigen kapasitas besar di rumah sakit diharapkan menjadi solusi yang permanen.
Tentu diharapkan masyarakat tak panik memborong tabung oksigen. Ini untuk mencegah spekulan memanfaatkan keadaan. Saya sungguh salut dan terenyuh melihat kegigihan staf fasilitas kesehatan. Mereka berjibaku merawat pasien dan mengatasi kekurangan oksigen. Manajemen dan staf industri gas juga demikian, memonitor pengiriman oksigen ke rumah sakit hingga dini hari.
Namun, jika masalahnya adalah kebutuhan jauh melebihi produksi, ini yang perlu segera dicari solusinya.
Yos E Susanto
Kelapa Gading, Jakarta
Darurat Oksigen 2
Oksigen tabung diperoleh dari udara bebas yang dikompres. Hasilnya adalah oksigen industri dan kesehatan dengan kemurnian berbeda.
Sebagai fasilitas kesehatan, tabung medis bermutasi dari fasilitas kesehatan ke pabrik gas yang relatif bersih dan kering. Selain itu, saluran juga harus terjaga, termasuk tidak boleh berkarat (stainless).
Tabung gas industri bermutasi dari lapangan atau proyek-proyek beragam, berpeluang kemasukan air, air laut, kotoran, atau berkarat.
Untuk keamanan, fungsi tabung oksigen dibedakan berdasar warna. Biru untuk industri dan putih untuk kesehatan dengan lambang medis berwarna merah.
Pasien Covid-19 atau pasien dengan masalah pernapasan memiliki kadar oksigen rendah dalam aliran darah. Jika tidak segera ditangani, sel-sel akan berhenti bekerja.
Maraknya penggunaan oksigen medis di luar fasilitas kesehatan tetap harus di bawah pengawasan medis.
Dalam kondisi darurat, oksigen industri bisa untuk medis, tetapi harus melalui pemeriksaan ahli serta regulator terpasang lengkap dan benar.
FX Wibisono
Jl Kumudasmoro Utara, Semarang 50148
Ganti Nomor HP
Saya adalah peserta vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Dempo Palembang. Setelah dua kali vaksinasi, saya baru sadar nomor HP saya salah.
Menurut petugas vaksin di Puskesmas Dempo, kalau mau mengganti nomor HP harus menghubungi 119. Saya telah berkali-kali menelepon 119, selalu terputus. Saya hubungi lewat Twitter, Instagram, dan e-mail, tidak ada tanggapan.
Saya perlu mengganti nomor HP karena sertifikat vaksin saya tidak keluar di laman Peduli Lindungi.