China Makin Keras “Menggebuk” Perusahaan Teknologi
Mengapa Pemerintah China melakukan tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan teknologi raksasa di negara itu?

Andreas Maryoto, wartawan senior ”Kompas”
Setelah Ant Group, induk perusahaan teknologi finansial yang batal melakukan penawaran saham perdana, China terus menyasar perusahaan teknologi. Regulator pasar modal melarang upaya merger yang dilakukan perusahaan gim Tencent Holding untuk dua perusahaan, Huya dan DouYu. Otoritas siber China juga meminta agar aplikasi Didi dihapus karena mereka dianggap melanggar ketentuan.
Mengapa China melakukan semua ini? Tidak ada jawaban tunggal tentang berbagai kejadian itu. Banyak alasan dan spekulasi pascaotoritas setempat melakukan tindakan. Sejauh ini tidak diketahui secara persis alasan tindakan terhadap perusahaan teknologi itu.
Otoritas pasar modal China mencegah penawaran saham perdana Ant Group karena ada beberapa isu terkait perubahan aturan-aturan tentang layanan teknologi finansial, syarat penawaran saham, dan persyaratan keterbukaan informasi. Setelah itu bos induk Alibaba, Jack Ma, dipanggil otoritas untuk melakukan ”wawancara supervisi”. Kemudian muncul isu Ma menghilang.
Penawaran saham perdana perusahaan dengan nilai 37 miliar dollar AS itu menyebabkan spekulasi di berbagai kalangan. Menjelang penawaran saham itu, Jack Ma mengeluarkan pernyataan yang mungkin dianggap kontroversial. Ma mengatakan bahwa industri perbankan bekerja mirip pegadaian. Cara-cara mereka sangat konvensional. Ucapan Ma ini diduga menyingung Pemerintah China sehingga mereka melakukan langkah perhitungan terhadap Ant Group.
Di dalam kasus Tencent Holding yang ingin memerger dua perusahaan pengaliran konten gim video, otoritas melihat penguasaan pasar mereka terlalu besar. Tahun lalu, Tencent telah mengumumkan perlu merapikan saham-saham mereka di dua perusahaan itu. Pekan lalu otoritas mengatakan memblokir merger itu karena ada tambahan konsensi yang diajukan oleh Tencent. Apabila merger dilakukan, mereka akan menguasai 70 persen pasar sehingga akan mendominasi pasar.

Kantor Tencent di Shenzhen, Guangdong, China, 28 Mei 2021. Regulator pasar modal China melarang upaya merger yang dilakukan perusahaan gim Tencent Holding untuk dua perusahaan, Huya dan DouYu.
Menyusul pengumuman otoritas, Tencent langsung membuat pernyataan bahwa mereka akan mematuhi keputusan otoritas. Mereka juga akan memenuhi semua syarat yang dibutuhkan. Tencent menambahkan bahwa mereka akan beroperasi berdasarkan hukum dan aturan yang ada serta memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan. Keputusan ini meski diterima oleh Tencent tetapi tak mengghilangkan gosip tentang langkah yang dilakukan oleh Pemerintah China terhadap perusahaan teknologi.
Perusahaan terakhir yang harus berurusan dengan Pemerintah China adalah perusahaan transportasi daring Didi. Otoritas setempat melakukan penyelidikan seminggu setelah Didi melakukan penawaran saham perdana di New York dengan meraih dana 4,4 miliar dollar AS. Aplikasi Didi dikeluarkan dari pasar aplikasi di China. Otoritas mengatakan, platform telah diperintahkan untuk menghentikan pendaftaran pengguna baru karena mereka tengah menjalankan peninjauan untuk mencegah risiko keamanan data nasional, menjaga keamanan nasional, dan melindungi kepentingan publik.
Otoritas China mengatakan, Didi telah mengumpulkan data pengguna secara ilegal, meskipun tidak merinci pelanggarannya itu lebih lanjut. Didi tidak langsung merespons langkah otoritas itu. Mereka malah akan mengambil tindakan terhadap pemilik akun di media sosial yang mengatakan bahwa Didi menjual data ke luar sebagai bagian kesepakatan bisa melakukan perdagangan saham di Bursa New York. Mereka meyakinkan bahwa semua data tersimpan di China sesuai dengan aturan yang ada.
Seusai tindakan terhadap Didi, tiga perusahaan internet lainnya sekarang juga sedang dalam peninjauan keamanan siber atas dugaan risiko keamanan data yang serupa oleh otoritas. Dua perusahaan di antaranya adalah Full Truck Alliance Co. Ltd, perusahaan yang memiliki dua platform logistik truk, dan platform bernama Zhipin.com. Mereka mengatakan siap bekerja sama dengan otoritas dan membuat perubahan yang sesuai dengan regulasi.
Berbagai kejadian yang menimpa perusahaan teknologi asal China itu membuat sejumlah kalangan berspekulasi. Mereka ingin mengetahui secara pasti apa alasan sebenarnya otoritas China melakukan tindakan terhadap perusahaan teknologi. Kabarnya langkah berikutnya akan dilakukan terhadap perusahaan teknologi lainnya. Teka-teki ini sebenarnya sudah dirasakan oleh para eksekutif perusahaan teknologi negara itu.

Seorang sopir membuka aplikasi angkutan daring Didi di Beijing, China, 2 Juli 2021. Euforia penawaran perdana saham Didi hanya bertahan sebentar karena tekanan dari Pemerintah China.
Pada April, laman BBC melaporkan, kasus Ant Group tahun lalu menyebabkan Jack Ma didenda sebesar 2,8 miliar dollar AS atau sekitar 4 persen pendapatan mereka. Tuduhan yang dilontarkan otoritas adalah mereka melakukan pelanggaran bisnis serius dengan memanfaatkan penguasaan pasar selama ini. Ant Group kemudian melakukan rencana restrukturisasi yang sangat drastis. Ant Group disebutkan tidak lagi berlaku sebagai perusahaan teknologi finansial tetapi menjadi sebuah bank.
Langkah itu kemudian juga diikuti dengan pemanggilan 34 perusahaan teknologi ternama China. Mereka diminta untuk lebih berhati-hati dan mendapat peringatan: biarlah Alibaba menjadi pelajaran bagi kalian. Mereka diminta sebulan untuk melakukan refleksi dan mematuhi aturan baru dari pemerintah China. Tindakan otoritas itu menjadi peringatan bagi orang lain di sektor teknologi. Secara umum perusahaan yang dianggap melakukan pelanggaran ditegur dan didenda secara resmi.
Orang masih saja berspekulasi meski telah muncul peringatan itu. Ada beberapa alasan lain mengapa Pemerintah China melakukan langkah-langkah itu. Mereka menerbitkan rancangan aturan anti-monopoli yang bertujuan untuk membatasi perilaku monopoli oleh platform internet raksasa. Kekuatan platform ini sudah terlalu besar dan bisa merusak ekonomi. Langkah otoritas diyakini para analis akan mengarah pada peningkatan pengawasan pasar e-dagang, platform pengiriman makanan, dan layanan sistem pembayaran.
Laman Al Jazeera mengungkapkan isu lain lagi. Covid-19 mungkin telah mendorong regulator untuk melihat masalah ini lebih jauh. Ketika China melakuan kuncitara untuk mengekang penyebaran virus awal tahun ini, perusahaan teknologi besar diuntungkan karena terjadi lonjakan e-dagang, sementara UKM malah berjuang. China khawatir situasi ini memperburuk masalah ketidaksetaraan yang sudah mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Beijing mungkin telah memutuskan sudah waktunya bersikap keras.

CEO Alibaba Jack Ma, saat berbicara di acara inovasi perusahaan rintisan Vivatech, Paris, 16 Mei 2019.
Koneksi pasar perusahaan teknologi itu juga dipantau terkait dengan keamanan nasional. Pemerintah China mencemaskan proteksi data dan juga kemungkinan pengaliran data. Mereka juga mencemaskan perpindahan algoritma di berbagai platform yang sudah terbangun ke negara lain.
Salah satu gosip yang juga muncul adalah perusahaan teknologi sudah terlalu besar. Situasi ini menyebabkan Pemerintah China bersikap hati-hati. Kekuatan dan pengaruh perusahaan teknologi bisa membayang-bayangi otoritas. Tentu saja ujungnya adalah soal politik dan kekuasaan.
Kita bisa membayangkan sepak terjang perusahaan teknologi dengan produknya memang lebih dikenal dibandingkan langkah-langkah otoritas. Tak beda dengan China, pemerintah Amerika Serikat juga tengah mencemaskan fenomena ini dan kemungkinan juga akan melakukan tindakan serupa.