Indonesia perlu belajar banyak dari kasus di India. Akibat ketidaksiapan stok dan suplai oksigen, banyak pasien Covid-19 di India tak tertolong.
Oleh
Budi Sartono Soetiardjo
·3 menit baca
Lonjakan kasus baru Covid-19 setelah libur panjang dan mudik Lebaran 2021 membuat banyak rumah sakit kewalahan. Tingkat keterisian Wisma Atlet di Jakarta sudah di atas 90 persen. Demikian pula rumah sakit di daerah, seperti di Bangkalan, Kudus, Bandung, Semarang.
Grafik lonjakan kasus sangat cepat, eksponensial, sehingga memunculkan banyak persoalan yang tak sederhana di lapangan, khususnya kesiapan rumah sakit, ketersediaan obat dan fasilitas pendukung, serta jumlah tenaga dokter dan petugas kesehatan. Saat ini sedang marak kekurangan ruang perawatan dan oksigen.
Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, perlu belajar banyak dari kasus di India. Akibat ketidaksiapan stok dan suplai oksigen, banyak pasien Covid-19 di India tak tertolong. Begitu juga dengan dokter dan tenaga kesehatan. Jangan sampai layanan kesehatan kolaps gara-gara kekurangan pasukan garda terdepan itu.
Perlu diwaspadai pula, potensi munculnya korban baru dari kalangan anak-anak. Varian baru Covid-19 yang sekarang menyerang Indonesia (varian Delta), karakternya sangat berbeda dengan virus Wuhan, virus Covid-19 pertama yang muncul di China. Oleh karena itu, kewaspadaan harus dilipatgandakan mengingat virus Covid-19 pada dasarnya tak pandang bulu.
Mari berhikmat. Ada apa di balik ini semua. Jaga protokol kesehatan, lindungi diri sendiri dan segenap keluarga terdekat kita.
Budi Sartono Soetiardjo
Cilame, Ngamprah, Kabupaten Bandung
Mensyukuri Vaksinasi
Saya merasa bersyukur, sebagai warga negara telah melaksanakan hak dan kewajiban mengikuti program vaksin Covid-19. Pada 28 Juni 2021, saya divaksinasi di halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, dengan Program Vaksin Pra Lansia usia 50 tahun ke atas.
Pelayanan sangat ramah, dilakukan di gedung yang bersih dan adem, pelaksanaan efektif dan efisien. Hanya perlu waktu 10-15 menit dari pendaftaran sampai selesai. Menyenangkan sekali. Proses tidak rumit, cukup menyertakan KTP.
Saya terbiasa donor darah di PMI Kota Semarang, bisa membedakan suntikan jarum donor darah dengan vaksin. Ternyata suntikan vaksinasi tidak terasa, sakit pun tidak.
Saya juga sudah mendapat sertifikat melalui SMS ke HP saya, yang bisa diunduh kapan saja. Ada perasaan nyaman secara psikologis karena saya sudah divaksin. Sebulan lagi saya akan mendapatkan vaksinasi kedua di tempat yang sama.
Yang perlu diperbaiki adalah sosialisasinya. Saya mendapatkan informasi dari teman saya. Tanpa informasi itu, mungkin sampai saat ini saya belum vaksinasi.
Terima kasih kepada Wali Kota Semarang dan Gubernur Jawa Tengah.
Sri Handoko
Tugurejo, Tugu, Semarang
Bukan ”Keuskupan Manggarai”
Kompas (Senin, 5/7/2021) membahas ”Gereja di NTT Respons Kerumunan”. Kami berterima kasih atas berita dan informasi tersebut. Namun, tampaknya redaksi sedikit keliru pada poin ”Keuskupan Manggarai”.
Disebutkan, Keuskupan Manggarai mencakup Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur.
Saat ini, di Indonesia terdapat 38 kuskupan dengan perincian 10 keuskupan agung, 27 keuskupan sufragan, dan 1 ordinariat militer. Pada 38 keuskupan tersebut, tidak ada ”Keuskupan Manggarai”.
Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur secara administratif masuk wilayah Keuskupan Ruteng, yang tiada lain adalah keuskupan sufragan pada Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Ende.
Mungkin maksud redaksi adalah Keuskupan Ruteng, bukan Keuskupan Manggarai.
Yoga Febriano
Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Giovanni XXIII, Malang
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas koreksi yang disampaikan.
Untuk Indonesia
Surat pembaca ”Menjadi Indonesia” (Kompas, 19/5/2021), mengingatkan catatan lama.
Tahun 1928, sejumlah pemuda usia 20-30 tahun berkumpul mengadakan Kongres. Pada Kongres Pemuda II, mereka bertekat untuk bersatu.
WR Soepratman yang asli Purworejo, Jawa Tengah, menulis lagu ”Indonesia Raya”. Pada refrain tidak berbunyi merdeka, merdeka, tapi Indonees, Indonees, mulia, mulia.
Beliau tampil menggesek biola dengan lagu ”Indonesia Raya”, teks/liriknya tetap disimpan dalam saku. Kongres juga merumuskan Sumpah Pemuda, cikal kemerdekaan.