Finalis Piala Eropa 2020 dan Copa America 2020 memperlihatkan betapa kiblat sepak bola dunia belum banyak bergeser dari tim-tim elite selama ini.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Empat tim finalis Piala Eropa dan Copa America termasuk dalam peringkat 10 besar dunia versi Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Fakta ini menunjukkan betapa tim-tim yang selama ini menjadi kuda hitam atau nonunggulan belum mampu menggoyahkan dominasi tim-tim papan atas.
Di Eropa, Italia dan Inggris bertemu di laga puncak Piala Eropa 2020. Keduanya termasuk 10 besar dunia sesuai peringkat FIFA, Inggris di posisi keempat, Italia ketujuh. Takhta sebagai kampiun Eropa, juga ’runner up’, bakal mengungkit posisi kedua tim.
Adapun dari enam kontestan perempat final di luar Italia dan Inggris, tiga lainnya juga tertera di 10 kesebelasan terbaik dunia. Ketiganya ialah Belgia di urutan pertama, Spanyol keenam, dan Denmark ke-10. Belgia memperpanjang anomalinya sebagai tim teratas dunia, tetapi tanpa gelar juara.
Baca juga : https://www.kompas.id/baca/olahraga/2021/07/09/menjadi-saksi-perang-pendukung-italia-dan-inggris-di-wembley/
Kegagalan Eden Hazard dan kawan-kawan juara Eropa kali ini membuat kandidat juara masih di tim itu-itu saja. Italia pernah meraih trofi Piala Eropa 1968, selain empat kali juara dunia. Inggris, meski belum pernah juara Eropa, sekali tampil sebagai juara dunia pada perhelatan 1966.
Yang agak menjanjikan dari sisi suasana lebih kompetitif, tiga tim di perempat final berada di luar 10 besar dunia. Ada Swiss di tangga ke-13, Ukraina ke-24, dan Republik Ceko di urutan jauh di bawah untuk ukuran Eropa, ke-40 dunia.
Ceko secara mengesankan menundukkan Belanda, juara Eropa 1988 yang bertengger di posisi ke-16 FIFA. Ukraina menjungkalkan Swedia, yang juga mempunyai peringkat lebih baik, yakni ke-18. Swiss lebih impresif lagi, menyisihkan Perancis, juara dunia 2018 yang sekaligus di tangga kedua dunia. Dua tim besar juga tersingkir di 16 besar, yaitu Portugal (juara Eropa 2016) di posisi kelima dunia dan Jerman yang empat kali juara dunia, di urutan ke-12 dunia.
Di Amerika selatan, kiblat sepak bola selain Eropa, dua finalis Copa America juga tim papan atas dunia. Brasil yang lima kali juara dunia kini di peringkat ketiga dunia, sedangkan Argentina (dua kali juara dunia) di tangga kedelapan.
Yang cukup melegakan dari sisi pemerataan persaingan, tim di urutan kesembilan dunia dan dua kali juara dunia, Uruguay, terempas di perempat final. Luis Suarez dan kawan-kawan disisihkan Kolombia (posisi ke-15 dunia) lewat adu penalti. Semifinalis lain dari non-elite, Peru, bertengger di tangga ke-27 dunia.
Dari performa bagus Swiss, Ukraina dan Ceko di Eropa, serta Kolombia dan Peru di Amerika selatan, sebetulnya pemerhati sepak bola dunia bisa berharap hadirnya tim baru yang mengguncang dominasi tim mapan.
Sayangnya, kehadiran finalis yang tim-tim langganan juara atau sudah pernah juara menggugurkan potensi tim semenjana di persaingan dunia. Masih perlu waktu lagi untuk menunggu juara dari tim non-unggulan yang mendobrak kemapanan. Mungkin bisa disebut tim kuda hitam Yunani sebagai juara Eropa 2004, dan Portugal yang juara Eropa 2016.